Chapter - 24

3.4K 41 2
                                    


  Ajie mengajak mereka mengunjungi beberapa tempat wisata di Manado. Tujuan pertama mereka adalah ke beberapa daerah, misalnya Tomohon dan Tondano. Selama perjalanan, Ajie menjelaskan apa yang ia ketahui ke wanita itu. Sedangkan Dea, sudah tertidur sejak tadi. Memang, kebiasaan gadis kecil itu kalau di ajak berjalan jauh, ia akan memilih untuk tidur.

Ajie seringkali pergi ke Tomohon karena sebuah tugas yang mengharuskannya melakukan visit area setiap dua minggu sekali. Maka dari itu, sedikit banyaknya ia lumayan mengerti jalan-jalan di daerah itu, karena selama ini memang Ajie sengaja memilih untuk menyetir jika mengunjungi setiap daerah.

Saat mobil menaiki sebuah tanjakan, terlihat sebuah rumah makan yang terletak di sisi kiri mobil. Ajie menoleh, karena menyadari Mitha memandang aneh setelah membaca sebuah spanduk bertuliskan beberapa menu makanan yang ada di rumah makan itu.


"Itu rumah makan Heng Ming... segala jenis hewan ada di situ... hehehe, mau?" Mitha mengernyit. Lalu menoleh sambil tersenyum.

"Ihhh, enggak lah. Hehehe..." Kata Mitha.

"Kirain." Kata Ajie menggodanya.


"Dasar..." Cubitan kecil di lengan Ajie, karena baru saja ledekin wanita itu.

Mereka tersenyum bersama, penuh arti dalam setiap senyuman mereka.


Mereka kembali mengobrol santai hingga tak terasa mereka telah tiba di pusat kota Tomohon.

Yang ada dibenak Mitha saat melewati sepanjang jalan protokol, bahwa kota ini adalah kota yang Indah. Sebuah kota yang sangat bersih dan sejuk, dikarenakan semua masyarakat di kota ini sangat menjunjung tinggi hidup rukun. Tak memperdulikan status maupun perbedaan dari sisi agama. Tiba-tiba ia merasakan sebuah kedamaian saat berada di kota itu.


"Bagus yah kotanya..." Gumam Mitha yang sejak tadi memandang takjub suasana di kota Tomohon.

"Yah... emang bagus, dan masyarakat disini semuanya ramah." Jawab Ajie mengingat setiap ia berkunjung di daerah ini, ia tak pernah sama sekali mendapati tatapan tak suka dari siapapun yang berpapasan ataupun berinteraksi dengannya.

"Hehe, jadi pengen pindah ke Manado." Gumam wanita itu.


"Tapi sayangnya, aku bakalan pindah kembali ke Makassar." Jawab Ajie membuat Mitha memanyunkan bibirnya. Menggemaskan banget! Pikir Ajie.

"Iya yah, lupa... hehe, tapi... kalo ayah udah di Makassar lagi. Kita masih bisa liburan ke Manado-kan?"

"Hmm, Kamu suka banget yah dengan kota ini?"

"Sangat... sayangnya, dedek lagi bobo." Ia menoleh sesaat ke belakang. Melihat Dea yang masih tertidur dengan posisi terbaring di atas jok tengah sambil memeluk sebuah boneka beruang yang semalam Ajie belikan. "Kalo tidak, dia bakalan cerewet mengomentari kuda-kuda yang lewat dan beberapa gunung yang pastinya akan membuatnya senang yah." Lanjutnya saat beberapa hewan yang di maksud Mitha berlalu lalang di sepanjang jalan yang mereka lewati.


"Hehehe, pastinya sayang." Entah kenapa, setiap Ajie menyebutkan kata 'Sayang' membuat rona merah di pipi Mitha sering muncul.

"Makasih sayang." Balas Mitha membuat Ajie menoleh dan mengernyit saat mendapatkan wanita itu menatapnya dengan wajah yang merona.

"Kenapa jadi malu kek gitu? Kayak ABG-ABG aja. Hehehehe."

"Biarin... habisnya, jarang banget aku dengerin kamu manggil sayang." Balas Mitha manyun.

"Gak boleh yah?"

"Sangat boleh... dan, itu yang Mitha harapkan selama ini." Mitha kembali mengelus lengan kiri Ajie yang masih sibuk memegang persneling.


"Oh iya, mau makan dulu gak?"

"Hmm, ayah dah lapar?"

"Belum sih. Kan tadi sudah sarapan Tinutuan." Ajie menjawab. Mengingatkan ke Mitha, bahwa pagi tadi sebelum berangkat mereka menyempatkan sarapan di salah satu warung penjual Tinutuan atau masyarakat umum biasanya menyebutnya Bubur Manado.

"Hehe, sama... oh iya, mau kemana kita nih?" Tanya Mitha mengingat mereka sama sekali belum singgah di suatu tempat.

"Mau ke Danau Linau dulu... paling bentaran aja, kita foto-foto setelah itu kita lanjut ke beberapa tempat." Ajie tersenyum sambil menjawabnya. Dan Mitha hanya mengangguk ceria di sampingnya.





Beberapa jam kemudian...


Mereka akhirnya memilih menginap di Tomohon malam ini, karena Mitha pengen sekali merasakan suasana malam di kota itu. Sebuah hotel kecil yang terletak di daerah pusat kota menjadi pilihan mereka.

"Yuk..." Ajie mengajak mereka untuk turun dari mobil.


Seharian ini, Ajie mengajak mereka berkeliling. Melihat beberapa obyek wisata baik di Kota Tomohon maupun di kota Tondano. Ajie betul-betul membuat mereka merasakan sebuah kebahagiaan. Dan tak ada sedikitpun yang tersirat di wajah Mitha sebuah kekecewaan.

Begitupun Dea, yang sangat antusias melakukan kegiatan foto-foto bersama baik dengan Mitha maupun dengan Ajie. atau bahkan foto bertiga.

Memang Dea sangat pintar berpose di depan kamera. Dan semua hasil jepretan Ajie maupun Mitha sangat bagus menangkap foto gadis kecil itu.

Mungkin, saat gadis kecil itu dewasa. Ajie akan memasukkannya di sekolah model. Benak Ajie saat itu.


"Dedek dah lapar?" tanya Ajie saat mereka tiba di sebuah kamar yang lumayan bersih. Dea tak menjawab, lalu segera berlari dan menghambur tubuhnya di atas ranjang. Ajie hanya memandang kelakuan anak itu sambil tersenyum.

"Tuh, dedeknya ditanyain ma ayah, kok gak di jawab?" Kata Mitha mendekati Dea, lalu mengelus lembut rambutnya.

"Mau makan KFC lagi yah... hehehehe, boleh?" Ajie mengernyit, kenapa anak ini suka sekali makan KFC yah? Benak Ajie. Lalu, sesaat ia memandang Mitha yang sudah menggidikkan bahu.

"Hmm, ya sudah... ganti baju dulu, baru kita makan yah sayang." Kata Ajie sambil melangkah masuk.


"Horeeeee...." Langsung saja, Dea berteriak girang karena malam ini ia kembali diajak makan KFC oleh Ajie.

"Tapi, jangan keseringan yah dek makan KFC. Gak bagus loh." Kata Mitha yang mencoba merangkul anak itu yang masih saja bergoyang-goyang diatas ranjang. "Yuk ganti baju dulu." Lanjutnya sambil menghela lembut tubuh Dea.

Mitha segera mengganti baju anak itu. Ia memakaikan kaos singlet, lalu melapisnya dengan baju lengan panjang yang lumayan tebal. Kemudian memakaikan celana panjang beserta kaos kaki karena mengingat udara di kota ini lumayan dingin. Tak lupa, ia memakaikan kupluk kecil berwarna kuning untuk menutupi bagian atas kepala sampai ke telinganya dengan model boneka diatasnya.


"Lucu..." Ajie bergumam pelan, matanya memandang penampilan anak itu.

Mitha yang mendengarnya, hanya menoleh dan tersenyum. Namun, Ajie tak bisa menahan untuk tidak mencium anak itu karena terlihat dia menggigit bibirnya sendiri menahan rasa gemas terhadap Dea.

Kemudian Ajie mendekat, lalu menarik lembut tubuh anak itu. Ajie mencium pipi kiri Dea sambil menggigit pipi menggunakan bibirnya. Sangat lembut...

"Ihhhh ayahhh bucuuuuu.... Belum mandi." Kata Dea membuat Mitha tertawa. Bukan tertawa mengejek, akan tetapi tertawa bahagia mendengar celetutan anak itu.

"Biarin... yang penting ayah masih ganteng. Iyakan Mah." Balas Ajie lalu menoleh ke Mitha.

"Iya deh, ayah adalah ayah paling ganteng di dunia ini... dan akan selalu menyayangi kami berdua." Balas Mitha sambil melangkah dan melingkarkan lengannya ke tubuh Ajie.


"Ihhh Mamah, kok peluk-peluk ayah di depan Dea?" Anak itu cemberut, lalu Ajie segera meraihnya dan mendekatkan wajah anak itu di dadanya. Memeluknya erat dan menumpahkan seluruh kasih sayang kepadanya. Dan ternyata, Ajie mendapatkan balasan pelukan erat dari Mitha membuatnya menoleh lalu mencium kening wanita itu.

"Makasih sayang... makasih sudah menyayangi kami." Tak pernah lelah wanita itu mengucapkan terima kasih ke Ajie. dan, dalam hatinya ia akan selalu menjaganya dan akan selalu menyayangi Ajie sampai kapanpun.


"Udah ah... pada mau makan atau enggak nih?" Kata Ajie lalu akhirnya Mitha melepaskan pelukannya.

"Ayah gak ganti baju?" Tanya Mitha.

"Bentar aja... kamu aja ganti baju sana." Jawab Ajie, lalu wanita itu mengangguk pelan.


Tanpa malu Mitha berganti pakaian di depan Ajie. membuat sesuatu dibawa Ajie langsung bereaksi saat melihat semuanya. Walaupun hanya tersisa Bra dan CD, namun itu sudah cukup membangkitkan hasratnya. Ia melirik ke Dea, yang ternyata sibuk berguling-guling di atas ranjang. Lalu menghela nafas panjang membuat Mitha tersadar dan memandangnya.

"Kenapa?" Pelan suara Mitha terdengar oleh pria itu. Lalu ia mendapatkan jawaban hanya dengan gelengan kepala.


Akhirnya mereka tiba di KFC yang terletak tak jauh dari hotel tempat mereka menginap.

Mereka makan bertiga dengan penuh kebahagiaan. Dimana posisi Dea duduk di sebelah Ajie yang kadang menyuapinnya. Sedangkan Mitha duduk di depan Ajie sambil mengulum mulutnya menatap kelakuan putrinya bersama pria itu. Pria yang sebentar lagi akan meminangnya.

"Aaaa..." Ajie kembali menyuapkan potongan ayam ke Dea. Dan anak itu, segera membuka mulutnya dan menerima suapan dari Ajie.


Mitha tak melepaskan kesempatan ini. Ia segera mengambil beberapa foto yang menurutnya patut di abadikan.

Ajie sadar, kalau wanita itu mengambil fotonya. Maka ia pun mengambil beberapa pose bersama Dea membuat Mitha hanya tersenyum lalu kembali memoto mereka.


Setelah makan, Dea meminta izin untuk bermain-main di arena permainan bersama beberapa anak dari para pengunjung. "Iya, tapi hati-hati yah Dek..." Kata Mitha, lalu Dea-pun segera ke tempat permainan itu.


"Dingin banget yah sayang disini..." Ujar Mitha yang hanya duduk berdua dengan Ajie sambil memandang Dea yang sedang bermain.

Ajie menggidikkan bahunya. Karena ia merasa biasa saja, padahal dia hanya menggunakan kaos berkerah dan menggunakan celana pendek.

"Ayah gak dingin?" Mitha menoleh, sambil menyandarkan kepala dibahu Ajie.

"Enggak tuh... biasa aja."

"Dasar... orang kutub." Cibir Mitha mesrah.

"Biarin..." balas Ajie sambil melingkarkan lengannya ke pundak Mitha kemudian merapatkan tubuh wanita itu ke tubuhnya. Ajie mengelus lembut lengan Mitha yang sedang di rangkulnya.

"Yah..." Mitha mendongak, menatap wajah Ajie lembut.

"Hmm,"


"Nanti malam... hehehe, Mamah masih pengen." Bisik Mitha, membuat Ajie mengernyit.

"Dasar..." hanya mendapat tanggapan biasa, Mitha mencibirnya sambil memasang wajah cemberut.


Karena waktu sudah cukup larut, maka Ajie memutuskan memanggil Dea untuk kembali ke hotel.

Mereka akhirnya meninggalkan KFC menuju hotel tempat mereka menginap.


Saat tiba di kamar, Ajie segera duduk di kursi dan Mitha berjalan untuk berganti pakaiannya dengan memakai daster.

Sedangkan Dea, langsung berlari dan melompat naik ke atas ranjang tanpa berganti pakaian.

"Eh... dek, ganti baju dulu." Kata Mitha, membuat anak itu kembali bangun dan Mitha mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur yang tebal agar anak itu tidak kedinginan.


"Yah... Dea, bobo lagi ama ayah yah." Kata Dea yang sudah meringkuk memeluk guling karena memang udara malam ini sangat dingin dan sejuk.

Mitha menoleh melemparkan senyuman ke Ajie. "Terus mamahnya? Masa iya bobo sendirian?" Ucap Mitha lembut.

"Mamah, bobo juga ama Dea." Jawab Dea tersenyum.


Mungkin setiap orang yang melihat mereka, akan menyangka mereka adalah sepasang suami istri yang mempunyai seorang anak kecil yang cantik. Dan akan berfikir bahwa mereka adalah cerminan sebuah rumah tangga yang bahagia.

Memang, perlakuan Mitha ke Ajie seperti perhatian seorang istri ke suami. Begitu juga Ajie ke Dea. Tak ada yang mengira bahwa Dea itu bukan anak Ajie.


Setelah berganti pakaian, mereka bertiga bercanda di atas ranjang. Mengobrol sambil sesekali Ajie godain Dea dengan candaan. Seringkali mencium tipis kening ataupun pipi putri kecil nan lucu itu saat ia memeluknya.

"Dek... bobo aja, besok kan mau jalan lagi ama ayah." Kata Mitha menegur Dea yang sejak tadi masih saja mengobrol dan bercanda dengan Ajie.

"Iya Mah..." Kata Dea. "Ayah, Dea bobo dulu yah..." Lanjutnya sambil mencoba memejamkan matanya.

"Yeh, Dedek masih pengen ngobrol ama Ayah... kok disuruh bobo sih." Kata Ajie menimpali dengan candaan.

"Sttttt... Dedeknya bobo jangan ribut ayah." Kata Mitha dengan candaan, karena paham kalau Dea belum tidur karena kelopak matanya masih bergerak-gerak.

Ajie mengecup lembut kening dan kedua pipi Dea. Membuat Mitha menarik nafas dalam-dalam, melihat keakraban antara Ajie dan Dea. Tenggorokannya panas menahan sesak di dadanya. Menahan, isak tangisnya karena sebuah kebahagiaan. Kebahagiaan yang sama sekali tak pernah ia fikirkan.

Ia memandang Ajie dan Dea. Dimana ternyata Dea, entah kenapa tiba-tiba sudah tertidur betulan, dan Ajie kembali mencium kening gadis kecil itu.


"Akhirnya... bobo juga." Kata Ajie lalu mengangkat kepala Dea, untuk meletakkan sebuah bantal menggantikan posisi lengannya yang sejak tadi menopang kepala gadis kecil itu.

"Dia... senang banget ngobrol ama ayah." Mitha bergeser lalu memberikan posisi Ajie untuk beranjak dari ranjang.

"Iya, aku juga... sangat bahagia kalau dekat ama dedek." Jawab Ajie. membuat Mitha memandangnya lirih.

"Mau kemana?" Tanya Mitha saat Ajie beranjak dari ranjang. Sedangkan ia baru saja ingin bermesraan berduaan di atas ranjang samping Dea.

"Mau minum..." Ajie segera mengambil sebotol air mineral lalu meneguknya.


Kemudian, Ajie menatap wanita itu kembali. Sekilas cahaya kebahagiaan terpapar di wajah wanita itu. Kemudian, Ajie melangkah mendekat lalu naik ke ranjang.

"Kamu, kok sedih?" Tanya Ajie sambil meraih jemarinya untuk digenggam.

"Makasih yah Ji. Gak tau bagaimana, Mitha membalasnya."

"Jadi istri Ajie... hehehe," Ujar Ajie membuat Mitha segera memeluknya, menyandarkan pipinya di dada pria itu.

"Mitha, sayang banget ma ayah..."

"Sama... aku juga sayang ama kalian." Ajie mengecup lembut rambutnya. Menghirup dalam-dalam aroma shampo yang masih melekat di rambut wanita itu.

Mereka berpelukan, memberikan kehangatan ke masing-masing.

Ajie memegang dagu Mitha. Menarik wajah agar makin mendongak. Maka, dia kecup bibir Mitha penuh perasaan.

Mitha segera melumat membalas ciuman Ajie. Mereka berciuman lama, hingga entah siapa yang menghentikan duluan hingga kening mereka menyatu. Mengatur nafas yang sudah naik turun tak beraturan.


"Ji..." Mitha bersuara dengan nafas tersengal.

"Hmm,"

"Ajie... gak pengen gituan?" Tanya Mitha dengan rona merah di kedua pipinya, dan Ajie mengelus lembut pundaknya. Lalu, tersenyum menatap kembali wajahnya.

"Pengen sih... hehehe, tapi. Memang kebetulan lagi pegel nih kaki seharian nyetir." Jawab Ajie dan Mitha mengerti kondisinya. "Takutnya, Ajie mengalah sebelum berperang."

"Hehehe, bo'ong banget... Mamah yakin, ayah masih kuat. Hihihi,"

"Bobo aja dulu..." Ajie mengelus pipi Mitha.

Mitha tersenyum, lalu jemarinya membalas menyentuh pipi Ajie. memberikan sebuah kehangatan yang begitu lembut. Tentu saja, tubuh Ajie bergetar mendapatkan perlakuan seperti itu. Kemudian, Ajie menarik nafas dalam-dalam dan menunda sesuatu yang baru saja timbul dalam dirinya.


"Yakin gak mau?" Wanita itu masih menggodanya, membuat Ajie menggeleng kepalanya.

"Mending kita istirahat dulu... kan, besok masih panjang perjalanan kita."

"Hehehe, ya sudah... lagian aku juga dah ngantuk." Balas Mitha lalu mereka pun memilih untuk tidur malam ini.

Mitha tidur di samping Dea, yang berada di pojok dekat dinding. Dan Ajie memeluknya dari belakang sambil berusaha memejamkan kedua matanya. Karena mengingat masih banyak tempat atau obyek-obyek wisata yang akan dikunjungi ke-esokan harinya.




Don't Give UpWhere stories live. Discover now