Chapter - 10

4.4K 60 2
                                    

Malam semakin larut, bintang-bintang mulai tersenyum menyaksikan kisahnya. Kisah yang berawal 2 hari yang lalu.

Kisah dimana ia memberanikan diri untuk mengatakan hal yang seharusnya tidak ia katakan.

Mengajak seorang pria untuk menjalin kasih dengannya.



Saat ini...

Disudut kamar, dan di atas ranjang ia sedang membaringkan tubuhnya.

Walaupun ia tahu ini adalah sesuatu yang sangat tidak masuk akal. Namun, hati-nya selalu mendorongnya untuk menyatakan semuanya.

Dalam kamar dengan cahaya yang minim, ia belum bisa memejamkan kedua matanya. Dalam otaknya saat ini, hanya memikirkan pria itu.

"Ngapain yah dia??" Gumamnya pelan.

Seorang pria yang telah merebut hatinya. Merebut perhatiannya dan juga merebut gengsinya terhadap semua pria selama ini.

Ia meraih HPnya lalu mencoba menghubungi pria itu.


"Nomor yang anda hubungi, sedang sibuk." Ia cemberut saat mendengar suara operator.


Kembali ia memikirkan pria itu.

Senyumnya...


Tawanya yang membuat ia terpesona...



Sikapnya, walau kadang dingin namun itulah yang menjadi daya tarik pria itu...

Gadis itu tersenyum setelah memikirkan tentang pria itu.



Ia mencoba menghubunginya lagi. "Nomor yang anda hubungi sedang sibuk..."

"Tumben..." gumamnya.



5 menit berlalu...

Namun, nomor pria itu masih saja sibuk. Akhirnya, ia-pun mengirimkan sebuah pesan kepada pria itu.


"Sibuk banget telponnya..."


Wajah yang awalnya ceria, berubah menjadi cemberut saat beberapa menit tak ada balasan dari pria itu. Maka ia memilih untuk mencoba memejamkan matanya kembali.

Sayup-sayup, ia sudah mulai kehilangan kesadarannya menuju ke alam mimpi.



ZzzzzzZ...



~•●•~


Ajie pagi ini terlihat begitu semangat. Senyum ceria ia tunjukkan kepada dunia.

Beberapa menit ia tiba di kantor. Lalu memarkirkan motornya ke parkiran yang disediakan.

"Ceria amat lo Ji?" Sapa Sem yang melihatnya tiba di ruangan.

"Masa sih pak Sem?" Kata Ajie dengan nada bertanya. Ia, selalu memanggil rekan kerjanya dengan panggilan Pak. Walau mereka se-level.

"Ye... dibilangin."


Ajie tak mengubris pria itu. Ia malah menatap meja di dalam ruangan. Meja yang selalu di gunakan oleh seorang gadis yang saat ini hadir di dalam tempurung kepalanya.


"Pagi..." sapaan merdu dari seseorang yang baru saja tiba.

Ajie menoleh ke arah suara tersebut begitu juga rekannya Sem.

Sebuah senyuman terlempar ke arahnya, saat mata Ajie bertemu pandang dengan mata seseorang yang baru saja tiba.


"Pageee nona... cantik amat lo pagi ini." Goda Sem membuat Ajie ikut tersenyum.

"Ahhh... Pak Sem bisa aja." Kata gadis itu bernama Mitha.


Terlihat gadis itu mengangguk saat bertemu pandang lagi dengan Ajie. Lalu melangkah menuju meja kerjanya.

Saat berpapasan dengan Ajie, ia menoleh sambil melirik dengan ekor matanya sambil menggigit bibir bawahnya membuat Ajie salah tingkah. "Makasih yah, semalam udah nemenin nelpon." Bisik gadis itu sesaat sebelum ia duduk di kursinya.


Mitha menyalakan komputernya sambil menatap wajah Ajie.

"Eh Ji... Pak Ferry belom datang yah?" Kata Sem yang sibuk mengatur beberapa laporannya.

"Udah sih, semalam beliau nelfon." Jawab Ajie.

"Ohhh... kirain si bos belom pulang."



Beberapa saat kemudian...


Pak Ferry yang tiba, langsung mengajak teamnya untuk meeting pagi.

Semua langsung berkumpul di ruangan.

Beberapa hal dijelaskan oleh Pak Ferry, mulai dari pembahasan market share produk mereka dengan produk kompetitor. Sampai membahas beberapa challenge baru yang akan mereka jalankan.

"Jadi, Pak Putu mengintruksikan bahwa kita harus menambah market share kita lagi... walaupun, hasil kita di quartal 2 ini versus quartal 1 terjadi peningkatan 3%. Tapi, pesan Pak Putu kita jangan merasa puas dulu... karena saat ini kompetitor kita itu masih tertidur dan belum bergerak untuk melakukan Counter attack terhadap kita yang sudah menggerogoti market share mereka." Kata Pak Ferry menjelaskan. "Bagaimana menurut kalian? Apa ada saran atau plan dari kalian?"

"Pak, apakah kita bisa ngajuin lagi untuk tambahan promo Diskon Pak?" Tanya Dodi dan di iyakan oleh Sem.

"Kalau kamu Ji?" Tanya Pak Ferry menoleh ke Ajie. Dan sontak semua orang di dalam ruangan menoleh ke arahnya.

Beberapa detik Ajie terlihat sedang menganalisa sesuatu. Lalu ia-pun tersenyum sebelum menjelaskan ke mereka. "Hmm, promo yang ada saat ini udah lumayan bagus sih menurut Ajie... tapi gak tau deh kalau dari bapak-bapak yang lainnya." Kata Ajie. Terlihat Mitha menopang dagu di atas meja dengan menggunakan kedua tangan sambil menatap wajah Ajie yang baru saja menjelaskan opininya.

"Gak kompak lo ah." Celetuk Sem di sampingnya.

"Bisa jelasin gak Ji, apa alasannya kamu mempunyai opini lain kek gitu?" Tanya Pak Ferry.

Ajie menoleh sekilas ke arah Mitha yang masih sibuk menatapnya. Ia tersenyum, dan Mitha pun membalasnya dengan senyuman menggoda.

"Alasannya simple sih Pak..." Ajie mulai melangkah ke papan tulis lalu mengambil sebuah spidol. Ia menjelaskan sambil menggambar sebuah lingkaran di papan tersebut.

"Ini adalah market produk seasoning 100%... ok yah." Kata Ajie menulis angka 100% di dalam lingkaran tadi. "Terus, ini adalah market share produk kita." Lanjutnya menggambar sebuah lingkaran kecil di dalam lingkaran besar tadi, lalu menuliskan sebuah tulisan persentase di dalamnya.


"Jadi, inilah opportunity kita di market... inilah lingkaran besar yang akan kita grogoti perlahan-lahan... coba bayangkan, saat ini kita masih 7%" lanjutnya sambil menjelaskan dengan mencorat-coret lingkaran besar dan menyisahkan gambar lingkaran kecil tadi. "Apabila kita grogoti lagi 7% secara diam-diam, maka dampak untuk kenaikan volume kita sangat berasa..." kembali Ajie menjelaskan. "Berbanding terbalik dengan kompetitor, dimana kita sudah menggrogoti market sharenya sebanyak 7% namun mereka belum merasakan dampak yang signifikan terhadap volume mereka."

"Karena jelas, bisnis mereka juga growth sesuai penambahan jumlah penduduk di Negara ini." Semua orang mendengar dengan seksama penjelasan Ajie. "Tanpa mereka sadari, bahwa kita bisa growth 2 bahkan 3 kali lipat dari sebelumnya."

"Jadi apa hubungannya dengan promo tambahan Ji?" Tanya Dodi membuat Ajie tersenyum menatapnya.

"Jelas ada... apa yang telah kita lakukan saat ini dengan promo yang sedang berjalan dan juga beberapa activitas yang telah kita lakukan bersama, sudah mampu menggerogoti mereka dan produk kita juga diterima dengan baik di market... jadi, Apabila kita tambahkan promo lagi yang besar bisa jadi akan menjadikan kompotitor kita yang sedang tidur akan terganggu." Jawab Ajie membuat semua orang terdiam.


"Karena pasti outlet-outlet akan mengadu domba kita. Outlet akan mengatakan, masa Indofood pemain baru bisa dengan harga segini... masa kalian gak bisa dengan harga segitu juga...." jelas Ajie kembali.

"Satu lagi, produk kita akan terlihat murahan jikalau promo kita ditambah." Lanjut Ajie. "Jàdi, biarkan harga kita tetap sama dengan harga kompetitor... namun, kita memberikan nilai lebih buat para outlet yang mencapai target... simplenya sih gitu. Jadi, gak akan kecium ama kompetitor aktivity apa yang sedang kita jalankan."


Semua orang mengangguk-ngangguk mendengar penjelasan Ajie barusan.

"Cemerlang... good idea Ji." Kata Pak Ferry. "Jadi yang saya simpulkan, biarkan produk kita akan di cap oleh para konsumen adalah produk yang setara dengan competitor... namun, kita tetap melakukan perang gerilya terhadap mereka dengan melakukan kontrak volume, good will seperti arisan para paguyuban bahkan melakukan demo icip-icip di beberapa kecamatan bahkan kelurahan."

"Betul Pak..." Jawab Ajie.

"Ok... silahkan lanjutkan semua apa yang telah kita lakukan, dan segera ajukan beberapa plan yang berbeda namun mempunyai system yang hampir sama ke saya secepatnya yah."

"Siap Pak." Jawab ke tiga SR.


Ajie menoleh ke Mitha. Senyum hangat dari gadis itu membuat Ajie menghela nafas.

Mitha mengembungkan pipinya, kemudian mengalihkan pandangannya sambil tersenyum kea rah computer.

"Oh iya, Ji... habis ini saya mau ngomong sesuatu sama kamu." Kata Pak Ferry membuat Ajie sekilas menoleh ke Mitha.


Mitha yang sedikit terkejut mendengarnya, langsung menatap ke pria itu yang juga sedang menatapnya. Kemudian gadis itu mengangguk pelan yang entah apa maksudnya, membuat Ajie kembali menoleh ke atasannya.

"Baik Pak."

"Oke... meeting kita tutup, silahkan lanjutkan kerjaan kalian masing-masing." Kata Pak Ferry menutup meeting pagi ini.


Beberapa menit kemudian, ruangan sudah sepi tinggal Mitha, Ajie dan Pak Ferry yang masih berada di dalam.


"Mit... bisa keluar dulu?" Kata Pak Ferry menoleh ke Mitha. "Confidential masalahnya."

Akhirnya gadis itu beranjak dari mejanya lalu berjalan keluar. Sesaat ia sempat menatap wajah Ajie dengan sebuah kecemasan. Namun, Ajie menggeleng pelan mengisyaratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Pak Ferry memperbaiki posisi duduknya "Ji... duduk dulu." Pak Ferry menyuruhnya duduk.

Ajie mengambil posisi di depan Pak Ferry lalu mencoba menganalisa apa gerangan yang akan dikatakan oleh atasannya itu.

"Jadi gini Ji." Pak Ferry mulai menjelaskan maksudnya. "Pak Putu itu sangat interest dengan kamu... apalagi kerjaan kamu yang selama ini kamu tunjukkan dengan hasil yang sangat bagus, maka Pak Putu memberikanmu sebuah tantangan baru."

"Makasih Pak..." Ajie tersenyum tapi masih harap-harap cemas dengan tantangan yang dimaksud.

"Ini..." Pak Ferry memberikan sebuah kertas.


"Apa ini Pak..." Ajie menerimanya.

"Ini adalah (PIP) Performance Individual Plan untuk kamu." Jawab pak ferry.


Ajie membaca isi kertas tersebut. 'Promotion Grade.' Ia sangat terkejut saat membaca 2 kata di kertas itu.

Ia menatap wajah Pak Ferry. "I-ini maksudnya apaan Pak?" Bibir Ajie gemetar, tak percaya dengan apa yang ia baca di kertas itu. Namanya tercetak menggunakan tulisan BOLD dengan penjelasan rencana kenaikan grade dari Sales Representatif menjadi Area Sales Supervisor.

"Oke, saya jelaskan dulu apa itu PIP." Kata Pak Ferry menatap wajah Ajie yang penuh ke-khawatiran. "PIP itu adalah rencana manajemen untuk men-challenge karyawannya yang apabila di anggap sudah mempunyai kemampuan yang lebih dari sebelumnya untuk naik ke grade yang lebih tinggi."


Ajie belum mampu mengeluarkan suara, tubuhnya sedikit gemetar dan masih bingung dengan apa yang ia dengar barusan.

"Pasti kamu bertanya, kenapa harus kamu yang dapat PIP ini?"

"i-iya Pak, kenapa harus Ajie?" Tanya Ajie.

"Karena Pak Putu dan Manajemen sudah menilai kemampuan kamu selama ini Ji. Bahkan, bisa dikatakan performance kamu saat ini jauh di atas rata-rata SR yang ada di area Pak Putu... bahkan saya bilang, di hampir semua area."


"Tapi Pak..."

"Ini sudah keputusan manajemen Ji, gak ada tapi-tapian... heehehe." Ujar Pak Ferry mengajak Ajie bercanda. "Udah, gak usah pusing... jalani aja dulu."

"Iya Pak..." Jawab Ajie dengan wajah yang masih sedikit tak percaya akan semua ini.


"Oh iya, sekali lagi Congratulation yah Ji... kamu diberikan waktu selama sebulan ini untuk menjalankan PIP tersebut... maka tunjukkan kemampuan kamu Ji, kalau saya bilang sih gak butuh sebulan untuk mempelajari semua tentang pekerjaan sebagai seorang Area Sales Supervisor."

"Fiuhhhhh... ok deh Pak, Ajie akan berusaha secara maksimal dan akan membuktikan kepada manajemen bahwa Ajie akan mampu menaklukkan tantangan tersebut." Jawab Ajie membuat Pak Ferry bernafas lega.

"Manajemen tidak buta Ji... dan manajemen tidak pernah salah dalam memilih." Kata Pak Ferry meyakinkan Ajie. "Oh iya satu lagi pesan Pak Putu, perdalam lagi leadership kamu.. dan juga keep dulu jangan sampai bocor ke orang lain tentang informasi ini sampai saatnya tiba."

"Yakinkan diri kamu Ji... bahwa kamu pasti bisa melewatinya. Ingat! Tidak semua orang mempunyai keberuntungan sepertimu." Kata Pak Ferry lagi menambah keyakinan Ajie, hingga membuat Ajie mengangguk dan mengusap wajah. "Udah... gak usah stress, nanti kamu akan saya bantu untuk menguasai semuanya."

"Terus... ini area di-" belum sempat Ajie menyelesaikan ucapannya.


"Rencananya untuk handling area Manado, Gorontalo dan Palu." Kata Pak Ferry membuat Ajie sedikit terkejut. "Lagian kan belum sekarang kok kamu berangkat kesana... namanya PIP, belum tentu kamu lulus atau tidak. biar nanti Pak Putu, saya dan HRD yang akan menilainya... nah setelah di anggap kamu sudah layak, maka HRD akan menjelaskan kembali semua benefit kamu sebagai seorang Area Sales Supervisor." Lanjut Pak Ferry. "Makanya belajar dulu disini, biar nanti saat kamu di Manado udah langsung fight."

"Fiuhhhhh..."

"Jangan stress man... jalani aja. Karena ini adalah masa depanmu." Pak Ferry beranjak berdiri lalu menepuk pundak Ajie yang terlihat sedikit stress.

"Baik Pak... makasih sebelumnya karena sudah membimbing Ajie hingga menjadi seperti sekarang." Kata Ajie menoleh ke Pak Ferry.

"Sama-sama Ji... sekali lagi congratz yah." Ajie berdiri lalu bersalaman dengan Pak ferry.


"Sippp Pak." Ajie menatap dinding dalam ruangan. Berucap syukur dalam hati kepada tuhan yang maha esa atas apa yang ia dapatkan hingga saat ini.

"Ya sudah... malam minggu ini Pak Putu ajakin kita nongkrong sambil rayain PIP promotion grade kamu yah." Kata Pak Ferry sesaat sebelum melangkah keluar.

"Iya Pak."


Ia meraih kertas itu lagi. Dan membacanya berulang kali, namun tetap tulisan dikertas itu sesuai yang Pak Ferry jelaskan tadi. "Ji... langkah ke 2 menuju sebuah masa depan." Gumamnya pelan.


Tak lama Pak Ferry keluar dari ruangan, Mitha masuk kedalam lalu menghampiri Ajie.

Ajie segera melipat kertas tadi lalu memasukkan ke dalam saku celananya.

"Ada apa Ji?" Tanya Mitha mengambil posisi duduk di depan pria itu.

"Gak ada apa-apa Mit... hehehe," Jawab Ajie tersenyum.

"Yakin?" Tanya Mitha yang sudah terlihat cemas.

"Iya, hehehehe..."

"Ya sudah... maaf yah, Mitha terlalu banyak mencampuri urusan kamu." Kata gadis itu membuat Ajie menatap wajahnya sambil tersenyum.


"Udah ah... nanti Ajie makin sayang ma kamu kalau berduaan melulu kek gini." Kata Ajie berdiri membuat Mitha menggelengkan kepalanya.

"Biarin... hehehe, Mitha suka kok kalau Ajie sayang terus ma Mitha." Jawab Mitha dengan suara pelan namun cukup terdengar di telinga pria itu.

"Udah yah, Ajie berangkat dulu." Ajie tak mengubrisnya, lalu berpamitan untuk keluar ke lapangan.


"Ji..." Ajie menghentikan langkahnya di depan pintu.

"Hmm,"


"Nanti malam, kamu sibuk gak?" Tanya Mitha. Ajie menoleh ke arah gadis itu yang sudah tersenyum sambil menggigit tipis bibirnya.

"Belum tau..." Jawab Ajie.


"Hmm, kalau gak sibuk. Ajie maen ke kosan Mitha yah."



DEGH!!!



"Nanti dilihat yah." Jawab Ajie mencoba bersikap biasa, melawan rasa grogi dan juga rasa kerinduan untuk berduaan dengan gadis itu.

"Pokoknya Mitha tunggu nanti malam."

Ajie tak menjawab, malah memilih keluar ruangan dengan berjuta tanda tanya dalam kepalanya tentang gadis itu.




Don't Give UpWhere stories live. Discover now