Chapter - 13

3.8K 44 4
                                    

Dalam diamnya, Reni sedang duduk di teras rumah menatap bintang-bintang di langit.

Sejak kemarin, ia belum bisa menghubungi Ajie. Kadang HP tidak aktif, atau kadang-pun tidak di angkat.

kemarin ia begitu terkejut saat meng-aktifkan sim cardnya di HP yang baru dibelikan oleh seniornya di kampus. Merk dan type yang sama seperti HP sebelumnya. Ia mendapatkan SMS masuk dari Ajie yang mengatakan dia sudah menuju ke kampusnya dan akan mengajaknya sekedar jalan-jalan.

Tentu saja hal itulah yang membuat Reni menjadi Gelisah Galau Merana.


Saat masih sibuk melamun, tiba-tiba seorang wanita baru saja keluar melalu pintu. "Ren... kamu lagi ada masalah yah sayang?" Tanya wanita itu.

Reni menoleh ke wanita itu yang tak lain sang Mamah. Reni menggelengkan kepala sambil tersenyum menjawab pertanyaan wanita itu.

"Cerita gih sama Mamah..." wanita itu mengambil posisi di samping Reni.

"Gak ada kok Mah... hehehehe," jawab Reni.

"Yakin?"

"Iya Mamah sayang... Reni lagi malas aja malam ini. Gak tau kenapa." Kata Reni membuat wanita itu hanya menghela nafas.

"Ya sudah... kalo gitu makan dulu yuk." Wanita itu mengajak masuk kedalam rumah.

Reni akhirnya secara malas-malasan mengikuti permintaan sang Mamah untuk makan malam bersama di ruang makan.


Saat di meja makan, terlihat Papah Reni sudah menyendok nasi berserta lauk pauk.

"Yuk sayang." Suara Mamahnya sambil menyentuh lengan Reni yang terlihat tak bersemangat malam ini.

Saat mereka sedang makan bersama, terlihat Pak Haji seringkali memainkan HP membuat sang Mamah kesal.

"Pah... lepasin dulu HPnya. Masa lagi makan main Hp sih."

"Bentar Mah... hehehe, ini Pak Amran lagi BBM untuk menginformasikan progress proyek yang Papah kerjakan dengan beliau." Jawab Papahnya dan terlihat Mamahnya hanya bisa menarik nafas.

"Ohhh... jadi, progressnya udah sampai dimana Pah?" Tanya wanita itu sambil mengunyah makan.

"Ini, kata Pak Amran bentar lagi kita akan mendapatkan proyek itu... yah, Papah berharap sih proses balik modalnya bisa cepat. Hehehehe,"

"Emangnya Papah lagi main proyek apaan Mah?" Reni yang sedaritadi hanya diam tiba-tiba angkat bicara.

"Itu Papah kamu... lagi main proyek fire system di pemerintahan bareng teman SMA-nya dulu." Jawab Mamahnya.

"Ohhhh..." jawab Reni yang memang tak begitu mengerti dengan yang dikerjakan pria di hadapannya.

"Tapi... Papah yakin kan tidak akan ada masalah dikemudian hari?" Tanya Mamahnya.

"Iyalah Mah... kan udah Papah bilangin, kalau Pak Amran itu punya koneksi kuat di Gubernuran." Jawab Papahnya tersenyum.

"Tapi kok... Mamah agak khawatir yah Pah."

"Tenang aja Mah... kalo proyek ini gol, kalian akan Papah ajak liburan keluar negeri." Jawab Papahnya membuat Reni langsung tersenyum.

"Ok deh Pah... Reni akan tagih janji Papah nanti."

"Iya sayang... makanya, kalian berdoa-lah semoga proyeknya berhasil." Jawab pria setengah bayah itu.

"Amiiinnnnnn..." jawab Reni dan Mamahnya bersamaan.




Beberapa saat kemudian...


Reni memilih untuk naik ke kamarnya yang berada di lantai 2 setelah selesai makan malam bersama kedua orang tuanya.

Saat berada dalam kamar, ia mencoba menghubungi HP Ajie. Dan, kali ini kembali HP pria itu sedang tidak aktif.

"Fiuhhhh... nih anak kenapa sih? Apa sih mau lo Ji." Terlihat sebuah kekecewaan di wajah Reni saat mendengar suara operator di telpon.

Reni akhirnya mengetikkan sebuah pesan SMS untuk Ajie.


"Kok Hp lo gak pernah aktif, apa Reni ada salah yah ama lo?... tolong, kalo udah baca SMS Reni segera di respon yah. Reni pengen jelasin kejadian kemarin sore."


Send...


Daripada menunggu balasan dari Ajie, mending ia memutar film box office di TV-nya memakai flash disc.

Lumayanlah, saat ini Reni sudah mampu mengalihkan pikirannya ke Ajie dengan menonton sebuah film yang memang saat ini terlihat seru.

Setelah film selesai, tak terasa kedua mata Reni mulai terlihat lelah.

Sayup-sayup, ia akhirnya tertidur pulas di atas ranjang sambil memeluk bantal guling.




~•●•~




Beberapa jam yang lalu...



Pantai Tanjung Bira adalah pantai yang terletak di daerah ujung paling selatan Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya di Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba. Tanjung Bira merupakan pantai pasir putih yang terkenal di Sulawesi Selatan.

Pantai Tanjung Bira terkenal karena memiliki pasir putih yang sangat lembut. itulah yang dikenal oleh para wisatawan dalam negeri maupun turis manca negara tentang keindahan dari Pantai Tanjung Bira. Selain pasir putih yang sangat lembut, Pantai Tanjung Bira juga terkenal akan kejernihan pantai nya. Daerah ini dapat dijangkau dari Kota Makassar dengan angkutan umum (bus dan minibus). Perjalanan akan dimulai dari Terminal Mallengkeri di bagian selatan Kota Makassar, berada dikecamatan bonto bahari kabupaten Bulukumba.

Kawasan wisata Pantai Tanjung Bira dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti restoran, penginapan, villa, bungalow, dan hotel. Di tempat ini juga terdapat persewaan perlengkapan diving dan snorkling. Bagi pengunjung yang selesai berenang di pantai, disediakan kamar mandi umum dan air tawar untuk membersihkan pasir dan air laut yang masih lengket di badan. Bagi pengunjung yang ingin berkeliling di sekitar pantai, tersedia persewaan motor. Di kawasan pantai juga terdapat pelabuhan kapal ferry yang siap mengantarkan pengunjung yang ingin berwisata selam ke Pulau Selayar


Kembali ke cerita...


Sebuah mobil Toyota Rush baru saja tiba, dan Ajie segera turun dari mobil untuk menanyakan bookingan hotel yang sebelumnya ia pesan melalui salah satu situs memakai HPnya.

Hari ini, Ajie bersama dengan Mitha dan juga Dea melakukan liburan di Tanjung Bira.

Ajie memilih salah satu hotel kecil yang terletak di pinggir jalan tak jauh dari Pantai.

Hotel Soppeng Indah, Menjadi pilihan Ajie saat ini. Sebetulnya hotel ini lumayan bersih. Dan bentuknya luas.


Bentuknya lebih seperti tempat kosan dengan area parkir yang luas.

Setiap kamar, memiliki parkiran khusus di samping kiri. Jadi, bisa lebih private untuk para pengunjung yang ingin bercengkrama dan juga melakukan pesta bakar ikan di depan kamar masing-masing. Dikarenakan letak anatara masing-masing kamar berjarak 2-3 Meter. Seukuran 1 mobil.

Setelah menyelesaikan biaya administrasi, akhirnya Ajie memarkiran mobilnya persis di parkiran samping kamar yang kebetulan kamarnya terletak paling pojok.


"Yuk..." Ajie mengajak kedua perempuan cantik itu untuk turun dari mobil.

Mitha pagi ini terlihat sangat cantik dan seksi, ia memakai berwarna putih ber-motif bergaris dengan bahan dasar chiffon yang tipis dan terlihat sedikit transparan. Sedangkan dalamannya, ia menggunakan tank top berwarna hitam, dan bawahannya hanya menggunakan celana pendek yang sangat terlihat begitu santai. Sedangkan di atas kepalanya, dihiasi dengan kaca mata hitam yang hanya ia naikkan begitu saja di atas kepalanya.


Mitha tersenyum saat mendapati Ajie seringkali meliriknya.

"Udah gak usah diliatin terus... Mitha gak akan kemana-mana kok... hehehe," Ujar Mitha mengembungkan pipinya, membuatnya makin cantik dan menggemaskan di depan Ajie.

"Dasar..." Ujar Ajie lalu membuka pintu kamar. "Yuk sayang..." Lanjutnya memegang tangan Dea yang sedari tadi hanya diam memperhatikan tingkah Ajie dan Mamahnya.


Saat pintu kamar terbuka, terlihat sebuah ranjang berukuran besar berhadapan dengan sebuah TV berukuran 32 Inch. Terdapat sebuah lemari pakaian, dan juga sebuah meja kecil. Di dalam kamar juga tentu saja terdapat kamar mandi yang bentuknya seperti kebanyakan kamar mandi di hotel melati-melati.

Ajie menyalakan AC, dan Dea langsung naik ke atas ranjang sambil tiduran.

Sedangkan Mitha masih sibuk mengatur beberapa perlengkapan mereka yang ia bawa dari Makassar. Dan juga menggantung beberapa pakaian di dalam lemari.

"Huh, dah jam berapa yah?" kata Ajie sembari melihat arloji di tangannya. "Eh iya, udah jam 12 nih... mau makan gak?" Tanya Ajie selanjutnya.

"Kamu dah lapar?" Tanya Mitha dengan posisi berjongkok sedang mengatur-ngatur beberapa barang bawaan.

"Mah... Dea udah lapar." Celetuk gadis kecil di atas ranjang sambil tengkurap menghadap ke mamahnya.

"Hehe, iya sayang... bentar yah, Mamah aturin barang-barang dulu." Jawab Mitha membuat Dea sedikit cemberut.


Ajie yang melihat si Dea cemberut, segera menghampirinya di ranjang. "Mau makan apa dek?" Ajie mengusap lembut rambut Dea.

"Hehehe. Emang ada apaan disini Om?" Tanya Dea membalas senyuman Ajie.

"Hmm, paling ikan bakar doank ama ayam bakar... emangnya Dea mau makan apaan?" Tanya Ajie masih saja mengusap rambut gadis kecil itu.


Mitha sekilas menoleh ke Ajie dan Dea, lalu tersenyum bahagia kemudian merapikan kembali beberapa sisa barangnya.

"Beres..." Ujar Mitha setelah selesai mengatur semua barang-barang mereka.


Mitha melangkah mendekati Ajie dan Dea, lalu ia duduk di samping Ajie.

Tangannya bergerak melingkar di perut pria itu. "Makasih..." Bisik Mitha sambil memeluk erat perut Ajie dari samping.


Ajie menoleh lalu mengangguk dan tersenyum.

"Yeh... jadi makan gak nih Mah?" Tanya Dea yang masih tengkurap di atas ranjang.

"Jadi dong sayang... iya gak Pah." Kata Mitha manja sambil memeluk erat pria itu.


"Mah... Dea gak mau manggil Om Ajie dengan panggilan Papah nantinya." Dea, yang memang sudah berumur -+6 tahun cukup mengerti semua keadaan antara Mitha dan Ajie.

"Terus, mau manggil apaan donk?" Tanya Mitha.

"Ayah aja... hehehehe,"

"Dasar..." Ajie hanya bisa tersenyum sambil membalas memeluk lengan Mitha menggunakan lengan kanannya, sedangkan lengan kirinya masih mengusap rambut Dea.


"Yuk ah... dah lapar nih." Kata Ajie lalu akhirnya di iyakan oleh kedua perempuan itu.


Akhirnya mereka bertiga memilih salah satu tempat makan di pinggir pantai. Di sepanjang pinggiran pantai banyak terdapat warung-warung tenda berjejer dan ukurannya sama persis.

Mereka menyantap makan siang kali ini dengan menu ikan bakar dan juga sayuran sambil menikmati angina sepoi-sepoi. Sesekali mereka mengobrol, dan terlihat Dea hanya tersenyum menyaksikan kemesraan antara Ajie dan Mitha.

Setelah makan, tak lupa Ajie memesan segelas kopi dan beberapa gorengan untuk cemilan mereka.

Sepertinya mereka bertiga enggan untuk kembali ke hotel. Terlihat dimana Dea sudah mengajak Mitha untuk sekedar jalan-jalan di pinggiran pantai.

Ajie hanya menatap kedua perempuan itu dari jauh. Ia sesekali tersenyum saat Dea main kejar-kejaran dengan wanita itu.


Tiba-tiba Ajie terdiam, lalu memeriksa sesuatu di saku celananya.

"Eh... HPku mana yah?" Gumamnya pelan sambil memeriksa semua kantong celananya. "DI kamar kale." Lanjutnya bergumam saat tak mendapati HPnya dikantong.


Ajie kembali melihat Mitha dan Dea yang sedang bermain di pinggir pantai. Beberapa orang seringkali menghampiri Mitha sekedar menawarkan penyewaan kapal untuk snorkeling.

Ajie sesaat berfikir, lalu ingatannya kembali berputar saat kejadian kemarin malam...



Pasti kalian menanyakan, apa yang terjadi saat di Mall kemarin?...


Ok, kali ini TS-nya berbaik hati dan akan menceritakan kejadian di malam itu...
Malam itu...


Ajie masih terkejut setelah mendengar Dea memanggil Mah ke Mitha. Kemudian ia menoleh ke wanita itu seakan ingin mencari kepastian dengan apa yang ia pikirkan saat ini.

Mitha mengangguk dan cukup dimengerti oleh Ajie bahwa benar apa yang ia maksud.


"Yah... Dea, anak aku Ji." Suara Mitha dengan tubuh bergetar sambil memeluk Dea. "Dia, yang bikin aku kembali semangat untuk menjalani hidup ini." Lanjutnya dengan tatapan kosong.

Ajie tak bisa berkata-kata lagi. Bibirnya gemetar, kedua tangannya ia kepalkan. Apalagi hatinya saat ini terasa perih mendengar pengakuan Mitha tentang Dea.


"Kalau mau marah, jangan sekarang... kasian Dea." Suara Mitha sedikit pelan membuat Ajie menoleh ke gadis kecil itu yang ternyata sibuk bermain HP.

Ajie hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam setelah mengetahui semuanya. Pikirannya berkecamuk, dan dibenaknya penuh dengan tanda tanya tentang suami wanita itu. Dan tentu saja Ayah si gadis kecil di depannya.

"Plisss..." Kembali Mitha memohon karena melihat wajah Ajie yang sedang menahan emosi sambil menatapnya dengan tatapan tajam.


Ajie menguatkan giginya, menahan emosinya dan juga mengikuti semua kemauan Mitha untuk tidak mengeluarkan amarahnya di depan Dea.

"Makasih..." Lanjut Mitha saat melihat tatapan tajam Ajie mulai meredup. Sekilas, Ajie kembali menoleh ke Dea.

Ternyata gadis itu ikut menatapnya sambil tersenyum memperlihatkan dua gigi ginsungnya. "Om... om marah yah sama Dea dan Mamah?"


Degh!!! Ajie merasa terpukul mendengar ucapan gadis kecil itu.

Sedangkan Mitha hanya bisa menunduk dan menahan agar kedua matanya tidak mengeluarkan air mata.

"Om... Om Ajie sayangkan sama Dea?" Kembali gadis kecil itu bertanya sambil tangannya bergerak memegang tangan Ajie.

"I-iya De..." Bibir Ajie bergetar menjawab pertanyaan Dea. Mitha, mengangkat wajahnya menatap sendup ria itu.

"Kalo gitu... maafkan Dea ama Mamah yah Om."

Ajie menggigit bibirnya sendiri, menahan sesuatu yang sepertinya akan meledak.


"Om... satu lagi. Kata Mamah, Om yang nanti akan gantikan Papahnya Dea yah yang sudah berada di surga?"


DUGH!!! Ajie terkejut mendengar ucapan Dea, lalu ia menoleh ke Mitha untuk mencari kebenaran tentang semuanya.

Mitha hanya mengangguk menjawabnya. Matanya sudah berkaca-kaca dan terasa tubuh wanita itu bergetar seakan ingin meledakkan semua tangisannya di hadapan Ajie.

Ajie meraih tangan Mitha, lalu menggelengkan kepalanya. "Ajie... gak marah." Kata Ajie mencoba menenangkan wanita itu.


"Om tidak mau yah gantiin papah Dea?" Gadis itu bertanya lagi. Wajahnya terlihat sedih dan menatap wajah Ajie dengan tatapan penuh harap.

"Iya De... Om Ajie yang akan gantiin Papahnya Dea... Iya kan Mah?" Jawab Ajie lalu menoleh ke Mitha sambil tersenyum.


Mitha hanya bisa tersenyum. Lalu mengangguk tanpa bisa mengeluarkan kata-kata.

"Ya udah... habisin De makanannya, baru kita pulang." Kata Ajie dan gadis kecil itu mengangguk sambil tersenyum bahagia mendengar jawaban dari Ajie tadi.

Mitha pun ikut mengangguk sambil menoleh ke Dea. Ia mengusap lembut rambut gadis kecil itu dihadapan Ajie.



Beberapa saat kemudian...


Mereka bertiga sudah berada di dalam mobil. Ajie yang sedang menyetir melirik dari kaca spion tengah.

"Kayaknya Dea udah tidur tuh..." Kata Ajie melihat ke posisi tengah dan ternyata gadis kecil itu sudah tertidur.

Mitha menoleh kebelakang karena memang ia duduk di samping Ajie. "Heheh, iya..."


Hening...


Beberapa detik, baik Ajie maupun Mitha hanya diam.

Pikiran Ajie masih sedikit stress dengan apa yang ia ketahui beberapa saat yang lalu.

Begitu juga Mitha, ia mencoba mengatur nafasnya yang terasa berat. Awalnya sih waktu Dea belum tidur, mereka sudah tidak menyinggung apa yang dibicarakan saat di resto tadi.

Namun, saat gadis kecil itu sudah tertidur. Tiba-tiba membuat jantung keduanya berdetak kencang.


"Ji..." Mitha yang pertama kali mengeluarkan suara sambil menoleh ke pria itu.

"Hmm," Ajie hanya berdehem.

"Kamu tau, kenapa selama ini Mitha menolak kamu?" Tanya Mitha.

"Iya... tau kok." Ajie menoleh dan tersenyum.


"Karena... Hikz...hikz... karena..." Mitha tak sanggup melanjutkan kata-katanya, dan langsung menangis mengeluarkan semua kesedihannya yang sejak tadi ia tahan.

"Kok nangis?" Ajie meraih tangan Mitha lalu menggenggamnya erat.

"Hikz...hikz... Mitha takut, kalau Ajie bakalan tau semuanya... Mitha takut kalau Ajie akan meninggalkan Mitha nantinya... makanya... hikz." Mitha menunduk sambil mengeluarkan semua unek-uneknya yang selama ini ia pendam.


"Tapi... Apakah Ajie marah dan ninggalin kamu?" Tanya Ajie.

Mitha mengangkat wajahnya, lalu menoleh dan menatap pria itu. "Hikz...hikz... Gak tau. Mitha pasrah kok dengan semuanya."

"Kurang jelas yang tadi Ajie katakan?" Tanya Ajie.


Mitha menggelengkan kepalanya. Dan terlihat tangisannya sedikit mulai reda.

"Ajie yakin?" Mitha bertanya balik kepada pria itu.

"Insya allah..." Ajie menjawab sambil tersenyum membuat Mitha merasakan menjadi wanita paling bahagia malam ini. "Nanti Ajie akan jelasin ke orang tua Ajie tentang kamu dan Dea... hehehehe, jadi pas saat Ajie di Manado kamu bisa ikut juga."


"Ma-maksud kamu?"

"Hehe, kita nikah..."


Degh!!! Mitha menatap serius wajah Ajie. Jantungnya berdetak begitu kencang mendengar ucapan pria itu.

"Ka-kamu tidak bercanda kan?"

"Aku serius Mit... asal kamu mau sama Ajie yang kerjaannya hanya sebagai Sales... hehe," Kata Ajie membuat Mitha kembali menitihkan air mata.

"Hikz...Hikz... Perduli setan dengan kerjaan kamu Ji... hikz..hikz... Mitha, gak tau lagi mau ngomong apaan." Tangisan wanita itu pecah ruah. Sambil memeluk lengan kiri Ajie dari samping, ia menumpahkan semua kebahagiaannya malam ini.

"Sttt... Jangan nagis lagi, entar si dede bangun loh." Kata Ajie.

"I-iya hikz..." Jawab Mitha sambil mengusap kedua pipinya. Menghapus air mata kebahagiaan mendengar semua yang Ajie katakan.


"Jadikan besok kita liburan?" Ajie tiba-tiba bertanya saat wanita disampingnya sudah mulai tenang.

"Emangnya mau kemana?" Tanya Mitha.

"Bira yuk..." Jawab Ajie.


"Hehe, ya udah... ajak Dea kan?" Tanya Mitha menoleh ke Ajie.

"Iya dong... masa iya mau kita tinggalin."

"Makasih yah Ji... makasih atas semuanya." Suara Mitha terdengar pelan.


Ajie hanya menoleh sebentar sambil mengangguk membuat wanita itu menghela nafas karena sudah jelas bahwa Ajie tak mempermasalahkan statusnya sebagai seorang janda beranak 1.



Beberapa saat kemudian...



Akhirnya setelah mengantar Mitha dan Dea di kosan, ia pun memutuskan untuk pulang kerumah. Memang sih awalnya Mitha mengajak nginap pria itu, namun Ajie memberikan alasan bahwa ia belum memberitahukan ke keluarganya mengenai kenaikan jabatannya dikantor.

Mitha mengerti lalu menyuruh Ajie untuk pulang secepatnya.

Saat tiba dirumah, Ajie mulai mengumpulkan kedua orang tuanya dan juga ke-dua adiknya duduk di ruang tamu.

Awalnya Mamahnya bertanya mobil siapa yang Ajie bawa pulang. Namun, Ajie hanya menjawab itu punya bos-nya.

Semua orang memasang muka serius mendengarkan penjelasan Ajie.


Dimana ia telah di promosi menjadi Supervisor di kantornya. Dan harus segera ke Manado dalam waktu dekat.

Mamahnya yang paling terlihat sangat bahagia. Akhirnya cita-cita anaknya kesampaian juga.

Tangisan bahagia juga terlihat di wajah Mamahnya dan juga ke dua adiknya.

Semua keluarga mendukung Ajie untuk berangkat ke Manado. Dan Ajie akan berjanji bahwa ia akan baik-baik disana. Dan setiap bulannya akan mengirimkan dana secukupnya untuk mereka yang di Makassar.

Namun, 1 hal yang Ajie belum bisa jujur malam ini di tengah kebahagiaan semua orang di dalam rumah. Yaitu tentang Mitha, seorang janda ber-anak 1 yang telah menjalin hubungan dengan Ajie.

Mungkin belum saatnya Ajie mengatakan tentang Mitha, mengingat kebahagiaan keluarganya baru kali ini ia temukan lagi. Masa iya, dia tega menghancurkan suasana malam ini.


Setelah berbincang-bincang dengan semua, akhirnya Ajie pamit untuk tidur dan tak lupa sempat meminta izin untuk pergi ke Bira bersama teman-teman kantornya. Tidak mungkin kan dia jujur kepada kedua orang tuanya kalau ia hanya pergi dengan Mitha. Bisa jantungan Mamahnya. hehehehe

Don't Give UpWhere stories live. Discover now