Chapter - 17

3.2K 36 1
                                    


Sore ini Eko dan Reni sedang jalan bareng untuk sekedar menghabiskan weekend kali ini.

Awalnya Reni berfikir keras, apakah ia akan mengikuti perkataan Sinta untuk mencoba mendekati Eko. Lagian juga gak ada salahnya ia mencoba. Siapa tau dengan kehadiran Eko ia bisa melupakan Ajie yang sudah tak ada kabar sama sekali.


"Kok diam aja Ren?" Tanya Eko karena sejak tadi gadis di sampingnya hanya diam.


Reni menoleh.

"Denger-denger bokap lagi ada masalah yah?" Tanya Eko kembali.

Reni tersenyum, mencoba menahan gejolak di dalam dadanya yang tiba-tiba muncul saat menyinggung masalah orang tuanya.

"Alhamdulillah sih, udah sedikit ada kejelasan Kak... semoga aja, masalahnya cepat kelar." Jawab Reni. "Udah ah... ngapain juga bahas masalah bokap. Cukuplah gue bergalau-galau ria beberapa hari ini. Fiuhhhhhh."

"Maaf yah, kalo dah menyinggung perasaan loe." Ujar Eko menoleh.

"Santai aja kak... hehehehe." Reni membalas menatap pria itu. "Btw, mau kemana nih?"

"Hmm, jalan aja dulu... nanti bentar kita pikirkan. Hehehe," Jawab Eko yang memang belum memikirkan rencana mau kemana.

"Gimana, kalo kita ke Anjungan Pantai Losari aja Kak... hehehe, pengen liat Sunset."

"Hmm, ok lah kalo gitu."



Beberapa saat kemudian...



Anjungan Pantai Losari, sore ini terlihat ramai oleh pengunjung. Terlihat sebuah tulisan CITY OF MAKASSAR dimana bangunan ini diresmikan di akhir tahun 2012. Bangunan ini berdampingan dengan pantai losari namun ini lebih keren dan lebih ramai dengan hiasan-hiasan bangunannya. Terlihat beberapa patung seperti Pa'raga, Patung Perahu Phinisi, Patung becak, dan 20 patung tarso para pahlawan dan tokoh terkenal di Sulawesi Selatan.

Terlihat juga tulisan besar Bugis dan Makassar sebagai pelengkap bahwa di sulawesi selatan terdapat suku Bugis dan Makassar. Selain itu ada juga Mesjid Terapung dimana pengunjung bisa melaksanakan ibadah sholat bagi umat muslim.

Para pengunjung tidak perlu mengeluarkan dana besar untuk biaya masuk ke dalam pelataran anjungan. Namun, cukup menyiapkan uang parkiran saja. Beberapa tenda-tenda berjejer di sekitaran anjungan. Para pedagang jajanan pasar menjajakkan jualannya yang bisa dikatakan lumayan murah.

Eko memarkirkan mobilnya di parkiran yang di sediakan.

"Mau turun atau?" Tanya Eko.

Reni menoleh sejenak. "Hmm, dalam mobil aja deh Kak."

"Oke deh." Jawab Eko.


Hening...



Baik Reni maupun Eko masih terdiam menatap jalan raya dengan pikiran yang tak menentu.


"Gimana? Cowok loe dah bisa di hubungi?" Tanya Eko membuka obrolan.

"Belum Kak... tapi, Reni sih udah ngelupain semuanya. Toh juga dia gak care ama Reni." Jawab Reni menoleh. Sebuah senyuman indah diwajah gadis itu membuat Eko menarik nafas.

"Gitu yah..." ujar Eko tersenyum.

"Hu Uh..."

"Terus? Sekarang jomblo donk?" Tanya Eko kembali.



Degh...Degh...!!!


Jantung Reni berdebar kencang saat mendengar pertanyaan pria itu. Dalam hatinya saat ini mengatakan bahwa sebentar lagi, pria itu akan menyinggung sesuatu atau bahkan akan mengungkapkan perasaannya ke Reni.



Reni tersenyum...


"Lebih tepatnya, Pacar bayangan Kak... hehehehe."

"Loh kok pacar bayangan... hahahaha, loe ada-ada aja Ren." Ujar Eko mengerutkan keningnya.

"Emang bener kok... kan gue belum putus ma dia... masih nge-gantung gitu Kak." Jawab Reni mulai santai dan sesaat mampu menghilangkan bayangan Ajie.

"Hmm..." Eko hanya berdehem, dan terlihat sedang memikirkan kata-kata yang tepat untuk ia ungkapkan ke Reni selanjutnya.

"Kenapa Kak? Kalo mau ngomong... jangan di tahan-tahan."

"Hahaha... gak juga. Siapa juga yang nahan-nahan." Kata Eko.

"Bohong... ye.ye..ye..." Cibir Reni.

Walaupun hatinya masih berusaha keras untuk melupakan Ajie. Namun wajah Eko yang terlihat lucu, sedikit banyaknya mampu menghilangkan bayangan Ajie.

"Apaan sih..." kata Eko.

"Hahahaha... muka Kakak tuh ye... kek orang OON." Ujar Reni sambil tertawa karena melihat Eko yang kikuk di kerjain ama Reni.

"Udah ah... kenapa jadi lo ledekin gue yah." Ujar Eko.

"Siapa juga yang ledekin... cie...cie..." Ujar Reni.


Eko hanya tersenyum, lalu kembali terdiam memikirkan sesuatu.

"Kok diam Kak?" Tanya Reni.

"Enggak... gak apa-apa... lagi mikir aja."

"Mikir apaan? Hihihi..." Tawa kecil dari Reni makin membuat Eko menjadi gemas kepadanya.


Eko kembali menatapnya...


Dan Reni pun menatapnya balik.


Terlihat gerakan di bibir Reni seakan bertanya 'Kenapa?'

"Loe... mau gak jadi cewek gue... untuk sementara, sampai loe dapat kepastian dari cowok loe itu?" Ujar Eko dengan suara pelan.



Degh!!! Reni hanya diam. Namun, ia sudah bisa menebak sejak tadi bahwa sesuatu memang akan terjadi.

Sekali tarikan nafas, akhirnya Reni kembali tersenyum.


"Hmm, Iya... gue mau... hehe." Jawab Reni sambil mengangguk.

"Makasih yah... makasih udah nerima gue." Ujar Eko tersenyum.



Tangan Eko bergerak dan ingin memegang tangan Reni.

"Eh..." Reni terkejut. Tapi tetap membiarkan pria itu menggenggam tangannya.

"Jadi kita pacaran nih ceritanya?" Tanya Eko.

"Menurut loe? Hehehehe..." tanya Reni dengan senyum simpul.

"Pacaran donk... Muachhh..." Eko segera mengecup lembut tangan gadis itu. "Makasih yah." Lanjut Eko dan dijawab dengan anggukan kepala oleh gadis itu.


Mereka kembali mengobrol santai. Sambil sesekali Eko mengelus lengan gadis itu. Namun Reni, merasa biasa aja saat ini.

Jantungnya tidak berdetak kencang. Tubuhnya tidak merasakan sesuatu saat pria itu menembaknya.

Apakah karena dia tidak mencintai pria itu? Why?

Kenapa ia mau saja menerima pria itu menjadi cowoknya?


Berulangkali kalimat-kalimat tersebut berputar-putar di kepalanya. Namun, ia harus mencoba untuk memulai kehidupan barunya.



Don't Give UpWhere stories live. Discover now