Chapter - 28

3K 58 9
                                    

Benar apa kata orang-orang, jika kita telah lama tidak bertemu dengan seseorang yang pernah hadir dalam hidup kita. Dan berpisah begitu saja tanpa kejelasan, maka akan menimbulkan kecanggungan antara satu sama lainnya jika diberi kesempatan untuk bertemu kembali. Mungkin, karena masih adanya puing-puing kerinduan yang tersisa di dalam diri masing-masing.

Seperti halnya yang terjadi pagi ini. Reni yang awalnya sangat terkejut bertemu dengan Ajie di terminal Makale - Tanah Toraja, begitu pula sebaliknya hanya bisa terdiam kaku tanpa bisa mengeluarkan kata-kata.

Sambil memasukkan kedua tangan di saku celana, Ajie memasang wajah datar tanpa ekspresi. Akan tetapi, semuanya hanya kamuflase supaya mampu menutupi kegugupannya di hadapan Reni di tambah lagi jantungnya sudah berdebar sangat kencang saat ini. Entah, mimpi apa ia semalam hingga bisa bertemu dengan Reni dalam kondisinya yang baru saja tertimpa masalah.

Begitu juga yang dirasakan Reni, dimana ia terlihat agak canggung dan berulangkali mengangguk sopan, sambil sesekali mengaitkan rambutnya ke telinga. Yang jelas, kegugupan juga menghampiri gadis itu.

Setelah mengatur perasaannya yang sesaat sedikit kacau. Akhirnya gadis itu mencoba mengeluarkan suara untuk menyapa pria dihadapannya.

“Loe... nga-?”

“Kamu... nga-?”

Ternyata apa yang gadis itu lakukan, sama halnya yang Ajie lakukan. Dimana suara mereka bersamaan terucap dengan bibir bergetar, membuat mereka kembali mengangguk pelan dengan jantung yang berdebar-debar. “Eh...” Sekujur tubuh Reni terasa bergetar. Degupan jantungnya sangat terasa seperti baru saja lari memutari lapangan Karebosi.

Mereka masih tetap saling memandang. Tanpa adanya sebuah senyuman yang terlihat diwajah masing-masing. Baik Ajie yang masih saja bersikap dingin dan memasang ekspresi datar, maupun Reni yang memandang Ajie dengan tatapan penuh heran.

Keduanya terlihat salah tingkah. Lalu, kembali saling mengangguk yang entah apa maksud dari anggukan tersebut.

“Eh... aku duluan...” Ajie segera melangkah maju.

Bug!!! Ternyata mereka bertabrakan karena Reni yang menjawab ‘iya’-pun segera melangkah maju ke arah yang bersamaan dengan Ajie.

“Ups... maaf.” Ujar Reni sambil memasang senyuman kecut, dan Ajie hanya menjawab dengan mengangguk pelan.

“Maaf, aku harus pergi...” Kata pria itu sesaat sebelum kembali melangkahkan kaki dari tempat sebelumnya.

“Iya...” Reni menjawabnya dengan perasaan tak menentu. Dan ternyata bersamaan juga gadis itu melangkah mengikuti arah langkah kaki Ajie. Sehingga mereka kembali bertabrakan.

“Maaf…” Gumam gadis itu sambil menunduk sopan.

Ajie memilih diam. Setelah menghela nafas, dengan menggerakkan lengan kanannya ia mempersilahkan Reni untuk jalan duluan. “Kamu duluan...”

Reni tak menjawab, malah memandang wajah Ajie dengan penuh tanya.

Beberapa detik mereka saling memandang dengan perasaan yang tak menentu. Sudah sekian lama mereka tidak bertemu. Reni yang selama ini berusaha melupakannya, kini sosok itu kembali hadir dihadapannya.

Gadis itu terlihat menahan perasaannya yang berkecamuk dihadapan Ajie, dan hanya bisa menggigit bibirnya sendiri sambil kedua tangannya meremas jaket bagian bawahnya tanpa mengalihkan pandangannya ke pria itu.

Sedangkan Ajie sampai saat ini masih saja memasang pertahanan dirinya, dengan wajah datar sambil sesekali matanya berusaha tidak menatap mata Reni.

Don't Give UpWhere stories live. Discover now