Chapter - 06

6.5K 64 2
                                    


Bening embun pagi beserta cerah mentari sedang menyapa seorang pria yang sudah berpakaian rapi di depan teras rumahnya.

Seorang wanita yang baru saja melangkah masuk dari pintu pagar merasa heran dengan pria itu. "Ji. Tumben jam segini udah mau ngantor?"

Wanita itu yang berstatus sebagai seorang istri, seorang mamah yang mencintai ke tiga anaknya. Salah satu anaknya yaitu Ajie yang menoleh sambil tersenyum.

"Masa sih Mah?"

Memang Ajie bukanlah salah satu di antara pria yang ke kantornya di atas jam 8 pagi. Namun kali ini sangat berbeda.

Mamahnya baru saja tiba dari berbelanja keperluan dapurnya di pasar pagi. Kalian tau, pasar pagi itu jam operasionalnya dimulai jam 4 - 7 pagi. Sedangkan Mamahnya seringkali ke pasar pagi itu sebelum matahari terbit, atau lambat-lambatnya seperti sekarang biasanya ia keluar sebelum jam 6 pagi dan kembali dari pasar jam 6 seperempat.

Maka dari itu ia heran melihat putra sulungnya sudah rapi padahal waktu baru menunjukkan pukul 6.15.

"Gak sadar kamu yah sayang? Tapi gak apa-apa sih... hehehe, hitung-hitung biar gak telat ngantornya."

"Ups... baru jam 6 lewat yah mah... hehehe," kata Ajie setelah melihat arloji di lengan kirinya.

"Makanya tadi Mamah heran." Balas sang Mamah. "Sarapan apa sayang? Kamu sih, kepagian bangunnya jadi Mamah belum siapin sarapan." Lanjut wanita itu.

"Apa aja deh Mah." Jawab Ajie.

Wanita itu hanya gelengkan kepalanya. "Mamah buatin energen aja yah."

"Iya Mah... itu aja." Jawab Ajie lalu wanita itu masuk kedalam rumah melalui pintu samping.





Beberapa saat kemudian...

Pagi ini Ajie merasa senang dan bahagia. Apalagi setelah kejadian jumat malam kemarin. Kejadian dimana ia untuk kedua kalinya menikmati tubuh seorang gadis cantik yang sudah menggelitik relung hatinya selama ini.

Saat mengendarai Jupe kesayangannya, di balik helm terlihat wajah Ajie sangat sumringah. Senyuman sering terkembang di wajahnya.

Bagaimana bisa ia gak sayang dan cinta dengan gadis itu? Yang sudah memberikan tubuhnya kepada Ajie. Meraih kenikmatan bersama di dalam kamar kosan milik gadis itu.

Apalagi Ajie melakukannya bukan hanya sekali dengan gadis itu. Bisa dibilang, ia melakukan perbuatan itu sampai 3 kali. Bahkan sebelum Ajie pulang-pun, mereka sempat melakukannya lagi di dalam toilet.

Ajie tak akan pernah melupakan tatapan gadis itu. Wajah yang mencapai puncak kenimatan. Tubuh bersih, dengan dua payudara indah menghiasi tubuh gadis itu.

Ia melupakan janjinya terhadap gadis yang bernama lengkap Mitha Mahardewi. Janji untuk tidak menyayangi dan mencintai dia.

Yang jelas saat ini Ajie hanya ingin bahagia. Bahagia bersama dengan seorang gadis yang ia cintai.

Sebersik ingatan yang tiba-tiba sedikit mengganggunya. Ingatan dimana saat mulai hari sabtu ia ingin mengajak gadis itu untuk sekedar jalan-jalan sambil menghabiskan weekend kala itu, namun gadis itu menolaknya dengan alasan bahwa ia sedang ada urusan dengan keluarganya.

Ok, mungkin Ajie memakluminya dan tidak memaksa kehendak terhadap gadis itu.

Namun, saat Ajie ingin sekali mengobrol melalui telpon, Mitha selalu saja beralasan ia sedang sibuk atau sedang apalah. Yang jelas seperti tidak ingin di ganggu. Sabtu dan minggu berlalu begitu saja, membuat Ajie harus berdiam diri dirumah dengan mencoba menghibur dirinya.

Semalam ia menepis semua kegundahan di hatinya, dan hari ini sudah jelas ia akan melihat wajah gadis itu saat bertemu di kantor. Karena melihat wajah Mitha saja sudah cukup baginya.

Ajie memarkirkan motornya di parkiran saat ia tiba di kantor. 2 security yang berada di pos sedikit terkejut karena Ajie ke kantor sangat kepagian.

"Pagi Pak..." Ajie menyapa 2 security tersebut sambil melempar sebuah senyuman.

"Pagi Mas Ajie... pagi amat ke kantornya Mas." Candaan security itu di balas dengan senyuman oleh Ajie.

Setelah berbincang-bincang sedikit, Ajie pamit dan melangkah masuk kedalam ruangannya.

Jantungnya berdebar-debar. Mungkin baru kali ini Ajie merasakan hal seperti ini.


Ia menatap meja dan bangku yang biasa gadis itu tempati. Karena memang waktu masih sangat pagi, maka tentu saja pemilik meja tersebut belum datang.

Ajie tersenyum, dengan hati yang ceria ia melangkah keluar menuju tempat sarapan.

Perasaan dalam hati Ajie sangat sukar digambarkan. Terlihat seperti orang aneh saat ini, dimana ia duduk di ujung bangku yang bisa memudahkan ia melihat ke arah pintu gerbang kantor IAP.

Sambil menyantap sarapannya, kedua matanya tak pernah lepas melihat ke arah gerbang. Tidak biasanya ia seperti ini. Namun, aneh bin ajaib seorang Mitha bisa merubah kebiasaan Ajie kali ini.

Setiap ada seorang perempuan yang masuk melalui gerbang, Ajie selalu terbayang melihat gadis itu yang masuk. Padahal ia kenal betul sosok Mitha seperti apa.

Setengah jam lamanya dia menunggu di warung tempat ia sarapan. Namun yang ia tunggu tak kunjung datang.

"Tumben... jam segini belum datang." Gumam Ajie pelan.

Dari arah kejauhan, mobil MPV Pak Ferry sedang berjalan dan masuk ke gerbang kantor. Ajie melihatnya segera membayar ke pedagang warung makanannya, lalu bergegas masuk kedalam kantor.

Saat Ajie tiba di depan ruangan, ternyata ia terkejut saat melihat Mitha baru saja membuka pintu ruangan tersebut dari dalam.

"Eh..."

Mitha berjalan keluar ruangan dan hanya menoleh ke Ajie namun dengan ekspresi yang biasa membuat jantung Ajie berdebar kencang.

"Pagi Ji..." sapa Pak Ferry yang baru saja tiba.

"Pagi Pak." Balas Ajie kepada atasannya.

"Udah sarapan?"

"Udah Pak, baru saja selesai..." Jawab Ajie kembali.

Pak Ferry melangkah masuk keruangan, lalu langkahnya terhenti saat baru saja membuka pintu. "Si Mitha kemana?" Tanya Pak Ferry saat melihat Mitha tidak berada di ruangan.

"Kedalam Pak... mungkin!" Jawab Ajie menjawab bahwa Mitha sedang masuk ke dalam kantor Distributor.


"Ohh... kirain dia gak masuk." Kata Pak Ferry sesaat sebelum ia masuk ke dalam ruangan.


Tak lama Mitha muncul, dan memang Ajie sengaja menunggunya di depan ruangan. Mitha berjalan mendekat. "Mit.." Ajie menyapa membuat Mitha menghentikan langkahnya dan menatap wajah Ajie.

Gadis itu tersenyum sambil memanyunkan bibirnya membuat perasaan Ajie jadi plong. "Stttt..." Mitha meletakkan jarinya dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Ajie.


Akhirnya Ajie melangkah masuk ke ruangan di ikuti oleh gadis itu.

Saat di dalam ruangan, terlihat Pak Ferry masih melihat-lihat beberapa berkas di atas meja. Lalu, tak lama ia mengajak semua teamnya untuk briefing pagi.


Beberapa kali Ajie mencuri pandang ke arah Mitha. Dan Mitha memanyunkan bibirnya setiap mata mereka bertemu.

Kembali Ajie menjelaskan project-projectnya yang ia kerjakan selama ini. Terlihat Pak Ferry tersenyum dan menggangguk-ngangguk mendengar penjelasan Ajie.

"Ji... saya juga sudah update kemarin saat meeting dengan Pak Putu di pabrik." Kata Pak Ferry setelah Ajie menjelaskan semuanya. "Dan, beliau sangat interest dengan project kamu."

"Makasih Pak. Hehehe," kata Ajie. Mitha, seperti biasa menatap wajah Ajie sambil menahan senyumannya dengan menggigit bibir bawah sebelah kanannya.

"Oh iya, minggu depan Pak Putu ingin visit ke area kamu yah Ji... khususnya ia ingin lihat beberapa stockist kamu yang sudah ready dan volumenya agak bagus... kamu random aja." Ujar Pak Ferry. "Yah paling, sampai siang aja terus beliau mau lihat-lihat modern market. Jadi, Sem siapin outlet-outlet kamu yah."

"Baik Pak." Jawab Sem salah satu SR.

"Kalo saya pak?" Dody mengangkat suara.

"Hmm, yah pokoknya kamu juga siapin pasar kamu dan beberapa outlet pareto kamu... takutnya Pak Putu merubah schedullenya." Jawab Pak Ferry. "Tapi, tujuannya sih hanya pengen lihat project yang di buat oleh Ajie. Karena, ia melihat trend sales volume produk Bumbu Kaldu di area kita luar biasa growthnya, waktu saya presentasi kemarin di depan beliau... padahal Area ASS lain malah minus."

Semua team mangguk-mangguk dan bersamaan semua wajah mengikut menoleh dengan apa yang Pak Ferry lakukan. Mereka menoleh ke Ajie. "Good job Ji... dan Pak Putu sangat senang dengan hasil kamu selama hampir 2 bulan ini."

"Sama-sama Pak." Jawab Ajie tersenyum.

Akhirnya Pak Ferry menyudahi briefing pagi ini, dan masing-masing team besiap-siap untuk ke field.

"Ji..." Pak Ferry memanggil Ajie saat pria itu baru saja ingin keluar.

"Yah Pak."

"Nanti siang kita ketemu di Bangi Kopi yah, ada yang ingin saya obrolin dengan kamu." Ujar Pak Ferry.

"Baik Pak... telpon aja kalau bapak udah di sana. Biar nanti Ajie nyusul." Jawab Ajie lalu akhirnya ia pun pamit untuk berangkat ke field.

Mitha menatap kepergian Ajie dan menarik nafas panjang sesaat sebelum akhirnya ia melanjutkan pekerjaannya di depan komputer.



Don't Give UpWhere stories live. Discover now