Chapter - 23

4.4K 49 3
                                    


  Keadaan dalam kamar itu terasa menyiksa dan waktu yang berjalan terasa begitu lambat. Tubuh Jenny yang berdiri menatapnya, yang hanya tersisa CD tipis berwarna putih membuat jantung Ajie berdetak tak beraturan.

Sedangkan beberapa kali, ponselnya berdering di atas meja kerjanya. Sesaat Ajie menoleh lagi ke arah meja, kemudian ia memandang wanita itu kembali. Ternyata Jenny masih saja menatapnya lalu menggelengkan kepala seperti memohon kepada Ajie untuk tidak menjawab telpon itu.

Ajie, masih sangat berusaha melawan logikanya yang setiap detiknya menyuruhnya untuk melaksanakan apa yang di inginkan oleh gadis itu. Hingga ponselnya berhenti berdering. Dan sepertinya, penelfon itu mulai putus asa karena Ajie tak menjawab telponnya.


"Pak..." Ajie masih terdiam, ia masih berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar keras, campur aduk antara rasa takut dan ingin melaksanakan perintah di otaknya. "Bagaimana? Pilih nolongin Jenny ini malam, atau... besok pagi, Jenny akan resign!"



Jikalau wanita itu beneran resign, kenapa Ajie yang harus pusing?

Tapi, kasihan... karena wanita itu masih membutuhkan pekerjaan.


Benak Ajie masih saja berkecamuk.


Lagian-kan, ini bukan kemauan dia...

Dan, keinginan wanita itu hanya sekedar menancapkannya. Setelah itu ia akan segera melepaskannya...



Wanita itu masih menatapnya penuh harap. Ada seberkas senyuman di wajah wanita itu. Entah, apakah ia memang sengaja atau tidak. "Pak... Please!!!" Desahan penuh gairah terdengar Indah ditelinga Ajie.

Ajie kembali memandangnya. Kemudian, entah kenapa kedua matanya bergerak dan menatap dua bukit gairah dihadapannya yang sedang bergerak lembut mengikuti nafas pemiliknya yang sedang tak karuan. Dua puting kecil menghiasi bukti itu, membuat sekujur tubuh Ajie merinding.

"Pak... hanya sebentar kok." Kembali, suara Jenny berserak. Dan memohon, kepada Ajie.


Ajie menatapnya tajam.


Kilasan-kilasan ingatan berkelebat di benak Ajie, mengingat kembali kejadian saat di Bandung. Jelas saja, membuat sesuatu di bawahnya makin terasa sesak. Jenny memandangnya pasrah, lalu Ajie menundukkan kepalanya. Menarik nafas panjang, kemudian kembali memandang wanita itu dengan penuh pertanyaan. "Kamu, yakin dengan semua ini Jen?"

Jenny tak menjawab. Ia makin mendekat, lalu memegang lengan kanan Ajie dengan lembut. Ajie hanya bisa menahan nafasnya, dan masih menatapnya dengan penuh tanya.

"Ba-bapak... duduk jo neh." Sebuah kalimat beserta gerakan menarik lengan Ajie oleh wanita itu. Ia membimbingnya.



Ajie... kenapa, tidak kamu tuntaskan saja semuanya?

Apakah kamu tidak merasa kasihan terhadapnya?



Entah setan apa yang berbisik ditelinganya, seperti terbius oleh suasana. Ajie mengikuti kemauan Jenny yang membimbingnya untuk duduk di tepi ranjang.

Jenny berdiri di depannya. Tersenyum lembut, lalu mengangguk menandakan sesuatu. "Setelah ini, kita akan kembali ke keadaaan seperti semula Pak... jadi, Pak Ajie nda usah khawatir neh." Lembut suara Jenny terdengar di telinga Ajie.


Ajie tak menjawab karena jantungnya masih saja bergejolak dan hanya bisa terperangah menatap pemandangan di depannya. Begitu dekat, bahkan kedua bukit gairah itu terpampang Indah dihadapannya.

Ajie mengeratkan rahangnya, mencoba melawan rasa gejolak di dadanya. Melawan, gairah yang sudah memuncak mendesir di aliran darahnya.

"Jangan yah..." Pelan, Ajie masih saja bersuara untuk menolaknya. Saat, Jenny mulai mendekat lagi.


Jenny hanya tersenyum. Senyuman itu, membuat aliran darah Ajie makin menembus ke titik sarafnya. Hembusan nafas diwajahnya terasa begitu hangat. Jenny, hanya menatap wajahnya saat sudah sangat dekat. Dan Sepertinya, Jenny tak ingin melakukan sesuatu yang lebih. Karena terlihat, ia tak mendekatkan bibirnya ke bibir Ajie. namun, ia mencoba menyentuh sesuatu di celana pendek Ajie.

"Ja-jangan..." Ajie menahan lembut tangan Jenny yang hampir saja menyentuhnya.


Jenny hanya tersenyum manja, lalu matanya bergerak menatap sesuatu yang sudah menojol dari celana pria itu. "Pak, nda sakit tuh dia? Kasiannn... so badiri keras bagitu."

Ajie menarik nafas dalam-dalam. Lalu kedua tangannya bergerak. Ia memegang kedua tangan Jenny yang masih berdiri di hadapannya. "Jen... kamu yakin dengan ini?"


Jenny menatapnya dengan sebuah senyuman. Senyuman pasrah itu, membuat Ajie kembali menarik nafas.

"Yakin Pak... bisa-bisanya bapak masih bertanya hal itu?" Kata Jenny. Tersirat sebuah wajah kesal mendengar pertanyaan Ajie. "Padahal, Jenny sudah seperti ini di depan bapak?"

"Fiuhhhhh..." Ajie kembali menarik nafasnya, dan masih memegang kedua lengan wanita itu.


"Pak... bapak nda kasian ma Jenny? Di-dingin Pak..."

"Kalo gitu, kamu pakai baju aja yah." Kata Ajie, dan ia mendapatkan gelengan kepala Jenny menolaknya.

"Jenny, mau itu Pak." Kata Jenny, menggerakkan lengannya dan menunjuk sesuatu di selangkangan Ajie. "Please neh... hanya sebentar kok."


Ajie kembali berfikir. Lalu, kembali ia menatap kedua mata wanita itu. Mencari sebuah kebenaran dalam bola matanya.

Kemudian, karena di dorong oleh gejolak di dadanya. Dan juga sebuah keyakinan bahwa hal ini hanyalah sebuah keterpaksaan. Dan bersifat sementara, maka Ajie mengangguk pelan membuat kedua mata Jenny langsung berkaca-kaca.


"Makasih Pak." Kata Jenny pelan dan berserak. "Jenny janji... tidak akan lama." Lanjutnya saat tubuhnya mulai bergerak menunduk untuk memegang gundukan celana Ajie.

Jemari Jenny bergerak, mengelus lembut gundukan dibalik celana itu. Ajie merasakan sebuah sensasi yang menjalar ke tubuhnya.


"Pak..." Jenny kembali mendongak, memandang wajah Ajie yang masih saja terlihat berfikir. "Rileks... dan, gak usah bergerak neh." Lanjutnya.


Ajie mengangguk pasrah. Jenny tersenyum, lalu menggigit lembut bibirnya sendiri. Menahan nafas, saat jemarinya sudah menyentuh ujung celana Ajie. "Pa-pak... Jenny buka neh." Suara Jenny terdengar gemetar. "Nda usah bergerak, karena... Jenny hanya butuh 5 – 10 detik merasakannya. Itu sudah cukup buat Jenny Pak."

Kemudian setelah mengucapkan itu, Jenny memejamkan kedua matanya saat ia mendapat jawaban anggukan kepala dari Ajie.

Dengan jantung yang berdebar-debar, Jenny menarik lembut celana pendek Ajie kebawah dan ternyata pria itu tak memakai CD. Dan, seperti tersihir Ajie membantunya dengan mengangkat pelan pantatnya. Hingga membuat celananya melorot sampai ke bawah.

Ajie melirik sejenak penisnya yang sudah berdiri keram. Lalu menatap wajah Jenny yang masih terpejam.


Jenny menyentuhnya...

Lembut sekali...



Masih terpejam, Jenny tersenyum. Lalu berbalik membelakangi Ajie. "Jenny, masukkan neh Pak."

"Hmm," Ajie hanya berdehem mengeratkan lehernya menahan sesuatu yang sebentar lagi terjadi.

Jenny melepaskan CDnya sendiri. Ajie memandang tubuh Jenny dari belakang, kemudian matanya melirik kebawah. Sebuah bokong Indah yang padat dihadapannya dan sebuah belahan Indah terjepit bersembunyi, membuat jantungnya berdebar kencang.


"Pak... Jenny pegang neh. Maaf!" Kata Jenny masih terpejam.

"Hmm," Jenny tau, bahwa Ajie menyetujui permintaannya membuatnya segera menggenggam penis itu.


Tubuh keduanya bergetar, dan darahnya mengalir dengan cepat ke ujung pusat sarafnya. Saat kepala penis itu digesekkan lembut di bibir vagina yang sudah sangat basah sejak tadi.

Ajie mengepalkan kedua tangannya sambil terpejam, saat penisnya perlahan-lahan memasuki liang wanita itu.

"Uhkkk..." Terdengar lembut desahan Jenny, saat ia-pun merasakan kulit dalam liang vaginanya tergesekkan oleh penis itu.


Hangat...

Lembut, dan sesak yang Jenny rasakan.


Masih memejamkan mata, Jenny segera mendorong selangkangannya kebawah. Merasakan sensasi yang sangat luar biasa di selangkangannya.

Semuanya terlah terjadi. Kini penis itu sudah berada di dalam vaginanya. Ia tersenyum sesaat, lalu membuka kedua matanya menatap ke depan. "Mentok..." Gumamnya pelan, saat ia masih memaksa memasukkan penis itu makin dalam. Namun, ternyata sudah mentok dan masih menyisahkan beberapa senti batang itu.


Mereka terdiam.

Hanya nafas tersengal terdengar seantero ruangan dalam kamar kosan Ajie.


Tiba-tiba tubuh Jenny mengejang pelan merasakan sensasi nikmat yang menyengat di pusat kewanitaannya ketika tak sengaja Ajie mengencangkan penisnya. Membuat penisnya bergerak lembut di dalamnya. "Pak... uhkk, ka-kan dah bilang... Ja-jangan digerakkan." Suara serak menahan nikmat terdengar oleh Ajie. Membuat Ajie kembali terdiam.

Tanpa mereka sangka, mereka hanya diam tanpa bergerak yang ternyata sudah lewat 2 menit bahkan lebih. Namun, antara mereka masih belum beranjak dari posisinya.


"Su-sudah yah Jen... kan udah masuk." Kata Ajie pelan. Namun, otak dan hatinya saling tak mendukung.

"I-iya Pak... be-bentar, biar Jenny ber-diri dulu." Kata Jenny terputus-putus. Lalu wanita itu, mulai bergerak menaikkan pantatnya ke atas dengan lembut sambil menggigit bibirnya sendiri. Sebuah kenikmatan yang Jenny rasakan saat vaginanya bergerak naik mencengkram erat penis Ajie di dalamnya.

Kedua kakinya lemas, tak tahan akan kenikmatan itu hingga membuat tubuhnya kembali turun kebawah. Hampir saja terlepas penis itu yang tinggal beberapa senti lagi. "Ekhhhkkk..." Pekiknya saat penis itu kembali menancap di vaginanya.


Ajie tersentak, lalu mencengkram pinggiran ranjangnya merasakan nikmat bersamaan penisnya tertanam kembali di vagina itu.

"Maaf Pak... uhkk, Jenny nda kuat berdiri." Ujar Jenny lemah. Kemudian, ia mencoba kembali mengeluarkan penis itu. "Uhkkkk... nda mampu pak." Kembali, Jenny menanam penis itu makin dalam di vaginanya.


Penis Ajie makin mengerat di dalam. "Su-sudah... gak usah di paksa Jen." Kata Ajie pelan.


Mereka terdiam sejenak.


Dengan kedutan penis di dalam liang senggamanya, tiba-tiba Jenny merasakan kedua tangan Ajie memegang lembut pinggangnya yang ramping. Wajahnya bergerak menoleh ke samping. Hanya ekor matanya melihat pria itu di belakangnya. "Pa-pak... a-pa yang akan bapak lakukan?"


"Aku lepasin yah." Kata Ajie lembut. Namun, tiba-tiba tubuh Jenny menggeliat.

"Uhkkkk..." Sepeti sengaja, jenny me-naik turunkan tubuhnya di pangkuan Ajie. sangat lembut, membuat Ajie mebelalakkan kedua matanya.

"Je-jen... kenapa ka-" Belum sempat Ajie melanjutkan ucapannya, Jenny makin bergerak membuat penisnya keluar masuk dengan lembutnya di vagina itu.


"Pak... oughhhttt, so terlanjur kasiang... so nikmat sekali. Tanggung pak kalo mo dicabut. Uhkkk." Kata Jenny membuat Ajie pasrah. Dan hanya bisa diam menikmati penisnya keluar masuk di liang vagina wanita itu.


Plok...Plok...Plok!!! Selangkangan mereka beradu. Jenny sudah mulai bergerak liar, dan kedua tangannya meraih tangan Ajie di pinggangnya untuk menuntun menuju bongkahan bukit gairahnya.

"Remas Pak... uhkkkk." Kata Jenny mengerang lembut. "Toto' ini milik bapak malam ini."

Mungkin, secara nurani akhirnya Ajie mengikutinya. Dengan lembut Ajie mulai menggerakkan tubuhnya mengikuti ritme goyangan Jenny di pangkuannya, dan kedua tangannya mulai meremas lembut bongkahan itu. Sedangkan tubuh Jenny makin bergerak naik turun penuh nikmat menikmati gelenyar sensual yang terkirim dari kewanitaannya ke sekujur tubuhnya. "Pak... Oughttttt." Ia mengerang, sambil memegang tangan Ajie yang masih meremasnya.

Tubuh mereka berdua berkeringat, masih dalam posisi membelakangi Ajie. Jenny merasakan puncak orgasmenya hampir tiba, makin bergerak liar.


"Paaaaakkkkk... Jenny sampai Pak. Uhkkkkk." Erangan Jenny dalam pencapaiannya menandai orgasmenya, Ajie merasakan vagina itu mencengkeram kejantanannya dengan kuat di dalam.

Tubuh Jenny lunglai, dan hampir saja terjatuh kedepan. Untung Ajie segera menahannya lalu memeluk tubuh itu erat.

Jenny merapatkan tubuhnya ke tubuh Ajie. mengatur nafasnya. "Hash... Pak... nikmat banget Pak... Hash...Hash...Hash! Maafkan Jenny, so berbuat jauh seperti ini.".


Penis itu masih tertanam di dalamnya. Jenny mengetahui, kemudian hanya bisa tersenyum lembut lalu kembali menoleh. "Bapak... belum yah hehehe..."

"Gak perlu dilanjut... mending, kamu berdiri dulu yah." Jenny menggeleng, lalu dengan lembut ia mengeluarkan penis itu namun masih menggenggamnya.

"Pak, sayang aja kalo di hentikan ditengah jalan... Hash, hash. Nikmatilah Pak." Ujarnya sesaat sebelum ia membalikkan tubuhnya, berhadapan dengan Ajie tanpa melepas genggamannya di penis itu. "Hehe, dan Jenny masih pengen Pak."

Belum sempat Ajie menolak, "Eh..." Keterkejutan menghampirinya saat Jenny memasukkan penisnya kembali.

"Pak... nikmati jo kwa neh. Besok, nda bakalan bapak mo nikmati tubuh Jenny lagi... karena Jenny, tidak akan pernah melakukannya sama bapak lagi." Kata Jenny yang mulai menaik turunkan tubuhnya.

"Je-jen... uhkk." Ajie akhirnya mendesah, matanya menatap mata Jenny.

Senyuman Indah kembali terlukis di wajah wanita itu. Lalu lengannya bergerak, dan bertengger di pundak Ajie, menununjukkan bongkahan payudaranya di hadapan Ajie.


Plok...Plok...Plok!!! Kening Ajie mengerut, menahan rasa nikmat di penisnya.

Ajie menatap bongkahan itu, membuat Jenny sesaat tersenyum. "Pak... Uhkk, Bapak nda mau isap putingnya Jenny?" Kata Jenny menatapnya. Tatapan gairah dihadapan Ajie membuatnya menggertakkan giginya sendiri.

Pelan. Sangat pelan dan lembut, Jenny menarik kepala Ajie ke depan. Mendekatkan kedua payudaranya di wajah pria itu. "Isap jo Pak... malam ini Jenny jadi milik bapak. Oughttt Pak Ajie ku yang ganteng... nikmatilah tubuh admin mu ini."


Ajie dengan ragu mulai membuka mulutnya, menyentuh puting itu.

Jenny tersenyum lagi dan lagi...

Lalu mendorong kepala Ajie makin rapat ke dadanya. "Oughh Pak... gitu Pak, duhhhh nikmatnya." Ceracau Jenny saat bibir Ajie mulai menghisapnya membuat tubuhnya bergerak liar, tangannya meremas lembut rambut Ajie.

Tak lama Ajie melepaskan putingnya. Dan dengan ragu, Jenny memegang wajah Ajie. Mereka sailing bertatapan, segaris senyum terlihat dibibir masing-masing.

Masih dengan nafas yang tertahan menikmati gesekan kelamin, Jenny mulai menurunkan wajahnya mendekat dengan wajah Ajie.

"Pak... uhkkk, bo-boleh Jenny ci-" Belum sempat Jenny menyelesaikannya, Ajie sudah menyambar bibir seksi dan mungil dihadapannya.

Mereka saling berpagutan dengan gaya berpangkuan, membuat rasa ini makin nikmat. Bunyi selangkangan yang beradu di pinggir ranjang terdengar lembut.


Kemudian, Ajie mengangkat tubuh Jenny dan menggendongnya, membuat wanita itu mengangkat kakinya dan berpijak di ujung ranjang sambil mengoyangkan pantatnya maju mundur tanpa melepas pagutannya.

Merasa, posisi ini lumayan membuat pegal. Ajie memutar tubuhnya lalu menurunkan tubuh sensual Jenny di ranjang. "Auwww..." Jenny terpekik saat bibir mereka terlepas, dan saat Ajie mulai menindihnya. "Pak, makaseee neh... oughttt."


Plok...Plok...Plok.!!! Ajie tak membiarkan Jenny kembali berucap. Ia mengambil alih permainan. Dimana saat ini dia masih berdiri di pinggir ranjang, mengeluar masukkan penisnya dengan irama yang cepat di liang senggama wanita itu.

Menurutnya, nasi sudah jadi bubur. Kenapa tak di nikmatin saja.

Maka ia pun tak membiarkan kenikmatan ini bubar begitu saja. Ia ingin meraih kenikmatan itu. Ingin membuat wanita itu tak akan pernah lupa akan malam ini. Bahkan, lebih Indah dibandingkan saat kejadian di Bandung.


"Oughtt Pak, dari tadi kek... uhhkkk." Erangan mesrah keluar tanpa malu-malu dari mulut Jenny. Ajie hanya tersenyum, lalu berfokus ke kelaminnya.

Cengkraman lembut di kedua lengannya saat baru saja menekuk kedua kaki wanita itu. Membuat penisnya makin intens menyentuh titik spot itu.

"Uhkkk... Arghhhh, Pak." Jenny makin mengerang, tak perduli jika terdengar oleh tetangga saat jemari Ajie mulai meremas lembut payudaranya.


Ranjang itu mulai terbongkar tak beraturan, saat tubuhnya bergerak liar di bawah Ajie. Lalu melepaskan kaki Jenny, membuat kaki itu langsung melingkar di pinggangnya. Kemudian, ketika gerakan Ajie makin cepat dan bergairah, wanita itu mengangkat tubuhnya sambil menumpukkan tangannya di atas ranjang.

Tentu saja dengan posisi itu, bongkahan payudaranya bergerak naik turun dengan indahnya dihadapan Ajie. sungguh pemandangan yang begitu luar biasa, membuat nafsuh Ajie makin tinggi.

"Pak... Jenny so... oughhh." Jenny menggeleng-gelengkan kepalanya. Terlihat seksi dihadapan Ajie.


Plok...Plok...Plok.!!! "Arghhh Pak... jenny mo keluar lagi..." Kata Jenny mengerang, kemudian dengan cepat ia menarik lengan Ajie untuk segera menindihnya.

Tubuh sensual itu terbaring dan tertindih dibawah Ajie dengan pasrah, menerima desakan-desakan penis Ajie jauh di dalam tubuhnya yang menimbulkan gelenyar panas tak tertahankan. Jenny segera menyambar bibir Ajie saat rasa itu telah tiba.

Ajie makin menggenjot penisnya dengan cepat, saat merasakan empotan vagina itu di penisnya. Ia tahu, wanita itu akan segera orgasme lagi untuk kedua kalinya.


Plok...Plok...Plok!!! "Pakkkkkkk... Jenny keluaaaaaaaarrrrrrr." Erangan panjang di-iringi tubuhnya yang melengkung ke atas. Dan perut bagian bawahnya bergetar kencang, dan naik turun saat mencapai orgasmenya yang kedua.


Ajie mengetahuinya, lalu membiarkan tubuh itu bergerak mengejang di hadapannya tanpa melepaskan penisnya.

Beberapa saat, Jenny terdiam dan tersadar dari kejang-kejangnya yang cukup lama. Rona merah dipipinya tampak Indah dihadapan Ajie.

Jenny tak berani menatap wajah pria itu, membuatnya memalingkan wajah kesamping. Namun, ia tersadar dan merasakan penis itu masih tertanam di liang kenikmatannya sambil berkedut-kedut membuatnya makin merona malu.


"Kamu puas?" Tanya Ajie pelan.

Jenny perlahan-lahan menggerakkan wajahnya. Memandang wajah Ajie yang masih berada di atas tubuhnya. "Ihhh, bapak... Jenny malu Pak." Kata Jenny lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Ajie tersenyum. Lalu, iseng menggerakkan penisnya keluar masuk lembut di dalam vaginanya.

"Ehh... Erghhhh, Pak." Jenny melepas tangan dari wajahnya. Lalu menatap dengan malu dan cemberut wajah Ajie. "Lagi Pak?" Tanya Jenny. Ajie mengernyit, lalu tersenyum tanpa menghentikan gerakan penisnya.

"Menurut kamu?" Ajie menahan senyum, sambil menatap wajah merona wanita itu. Kemudian, menurunkan tatapannya ke bongkahan bukit gairah itu yang terlihat sudah memerah akibat remasan tangannya tadi.


"Pak, Jenny so kehabisan nafas eh... Uh..Uh...Uh." Ujar Jenny dengan tubuh bergerak, sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan saat Ajie menaikkan ritme goyangannya.

"Uhkk Jen..." Ajie hanya mendesah. Membuat Jenny pasrah kemudian memejamkan kedua matanya merasakannya lagi. Merasakan nikmat yang perlahan-lahan mulai menjalar masuk ke titik sarafnya.

Ajie menyentuh bongkahan itu. Indah dan ranum menurut Ajie, hingga dengan gemas ia menghisapnya lagi. Memainkan putingnya dengan gemas menggunakan bibirnya.

"Uhkkk Pak, kuat sekali Pak Ajie eh."


Plok...Plok...Plok!!! Tubuh Ajie mulai bergerak naik turun dengan kedua tangannya bertumpu di atas ranjang samping wajah Jenny.


Mereka saling menatap, senyum kepuasan terkembang diwajah keduanya. Merasakan kenikmatan itu kembali di selangkangannya yang masih saling ber-adu.

"Uhkkk Pak, Jenny nda jadi resign dunk ini... uhkkkk." Erang Jenny di sela-sela.

"I-iya... kan uhkk, udah dituntaskan." Jawab Ajie dengan suara terbata-bata.


Mereka kembali saling menatap. Kemudian, Jenny menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berceloteh liar. "Pak, lolo-mu enak sekali Pak. Nih meki, sesak sekali Pak."


Ajie hanya tersenyum mendengar ocehan itu.

Lama dengan posisi tersebut, Ajie mulai menuntun Jenny untuk berganti posisi. Ajie berbaring di belakang Jenny yang ikut memiringkan tubuh. "Pak, uhkkk... bisa masuk yah ternyata." Kata Jenny mengernyit, saat Ajie memasukkan penisnya dengan posisi menyamping.

"Ehkk, yah masuk lah... kan gak ada penghalang." Kata Ajie menjawabnya sambil menggoyangkan penisnya keluar masuk dengan intens di liang vagina Jenny.

"I-iya Pak, ta-tapi... oughttt shit. Gatal nya meki Jenny Pak...." Desah jenny tak tertahan. "Tapi, ka-kalo sama Jon... uhkkk, gak pernah berhasil masuk Pak." Seringai tipis di wajah Ajie saat mendengar celotehan wanita itu.

Ajie menarik wajah Jenny, lalu melumat bibir seksinya tanpa membiarkan ia celoteh lagi.


Nikmat sekali yang mereka rasakan, kulit sensitive mereka saling bergesekan dengan lembut dibawah sana. Meraih sebuah kenikmatan yang sempat tertunda sebelumnya. Mengeluarkan semua rasa penasaran yang selama ini mereka pendam. Ajie, tak memungkiri bahwa ia selalu mengingatnya. Mengingat kejadian malam itu di Bandung.

Kenikmatan yang tertunda itu, akhirnya terbayarkan malam ini. Tubuh seksi dan sensual milik Jenny, sudah tak berdaya dalam pelukannya.


Lalu, tak lama Penis Ajie berdenyut-denyut menandakan sebentar lagi ia akan pecah.

"Pak, so mo keluar?" Tanya Jenny disela-sela.

"Uhkk, i-iya... tapi, masih bisa nahan kok." Kata Ajie tersenyum membuat Jenny segera menggerakkan tubuhnya.

"Tahan neh Pak." Ujarnya sesaat. Lalu, tanpa melepaskan penis itu ia mengganti posisi dengan mengangkat tubuhnya perlahan-lahan hingga berada di atas tubuh Ajie.

Jenny bergoyang di atas. Mencoba mengejar puncak orgasmenya. "Pak... uhkkk, Jenny juga mo keluar lagi." Kata Jenny, saat berada di atas Ajie dan tubuhnya membelakanginya.



Plok...Plok...Plok.!!!

"Ougght Jen," Ajie menarik lembut lengan Jenny, membuat tubuhnya terjatuh di atas tubuh Ajie.

Jenny tak percaya dengan semua ini. Dimana saat ini posisinya terlentang pasrah menghadap ke atas. Dan ternyata penis itu masih bisa keluar masuk dengan nikmat di vaginanya.

"Pak... Plisss, Jenny keluar lagiiiii." Kata Jenny tiba-tiba. Membuat Ajie memeluknya dari bawah. "Arghhhh, keluaaaaaaaar." Erang Jenny sambil melebarkan kedua kakinya, dan tubunya mengejang di atas tubuh Ajie saat orgasmenya tiba.


Segera Ajie, mengangkat tubuh lemas wanita itu. Lalu membaringkannya di atas ranjang.

"Ekh..." Jenny terpekik, saat penis itu menembusnya kembali.


Plok...Plok...Plok!!! "Pak... arghhhh, istirahat dulu Pak." Jenny menggelengkan kepalanya, tubuhnya terasa begitu lemas. Namun, Ajie tak menghiraukan celotehannya dan menggenjotnya makin kencang.

"Pak, Je-Jenny nda kuat Pak." Suara lemas Jenny di-iringi nafasnya yang tersengal-sengal.


Ajie tak menghiraukannya, karena ia merasa sebentar lagi akan memecahkan orgasmenya.

"Jenn... di dalam atau diluar??" Tanya Ajie disela-sela. Namun, Jenny tak menjawab karena matanya sudah terpejam.

Ajie tak tahan lagi. Ia segera menyentakkan pantatnya mendorong kuat penisnya kedalam-dalam. Lalu, melepaskan penisnya dari dalam vagina wanita itu. "Arghhhhhhh..."

Ajie memegang penisnya sendiri, lalu mengocok di atas selangkangan wanita itu. Croottttt...Crooootttt...Crooooootttt!!!

Akhirnya, tumpah juga, dengan menembakkan spermanya beberapa kali di atas tubuh Jenny. "Uhkkkkk..." Ajie menarik nafasnya dalam-dalam saat tetesan terakhir menandakan sisa orgasmenya barusan.


Setelah merasa sudah selesai, Ajie merebahkan tubuhnya di samping tubuh Jenny. Sambil mengatur nafasnya kembali.

Kemudian, Ajie menoleh kesamping. "Jen...Jen." Ajie menyenggol lemas lengan wanita itu.


"Hrrrr..." Zzzzzzzz!!!


"Eh..." Ajie terkejut, saat mendengar suara nafas serak wanita itu. "Astaga," Ternyata, Jenny sejak tadi sudah tertidur dan tak sadarkan diri. Entah sejak kapan, Ajie tak mengetahuinya.

Ajie sejenak menggelengkan kepalanya, lalu beranjak dari ranjang untuk membersihkan tubuhnya di kamar mandi.

Don't Give UpWhere stories live. Discover now