Chapter - 07

5.1K 57 1
                                    


Sebuah rumah berlantai 2 terlihat sebuah motor, baru saja berhenti di depan pagar. Malam ini, Ajie mengantar Reni pulang kerumah.

"Thanks yah ji." Ujar Reni saat turun dari motor.

"Iya." Jawab Ajie menoleh.

"Oh iya, helmnya gue bawa aja yah... kali aja nanti ketemu ma elu lagi, mayan bisa gratisan. Hehe," Ujar Reni membuat Ajie hanya geleng-geleng kepala.

"Ok... aku duluan yah." Kata Ajie kemudian.

"Gak singgah dulu? Kali aja mau ngobrol ma bokap... kebetulan keknya doi ada dirumah deh." Ujar Reni sambil menoleh dan melihat bahwa mobil SUV milik orang tuanya ada digarasi.

"Hmm, gak deh... besok aja di toko pasti ketemu kok." Jawab Ajie.

"Baiklah... sekali lagi thanks banget yah udah ngantarin Reni pulang." Kata gadis itu mencoba tersenyum.

"Ok," Jawab Ajie lalu ia pun memutar motornya dan meninggalkan Reni yang masih berdiri menatap kepergiannya.


"Eh iya... kok gue lupa nanyain nomor HPnya." Gumam Reni pelan setelah Ajie pergi. "Ah sudahlah... besok-besok aja kalau ketemu lagi." Lanjutnya sesaat setelah akhirnya ia pun masuk kedalam rumahnya.


Saat dalam rumah, terlihat Reni melepaskan sepatunya di tempat yang sudah di sediakan.

"Dari mana sayang?" Tanya Mamahnya yang sedang duduk di ruang tengah sambil menikmati tontonan telenovela di layar LED TV 54 inch.

"Dari nongkrong Mah... hehehe," Jawab Reni lalu ia mengambil tempat di samping sang Mamah. "Duh, capeknya." Lanjutnya sambil menyelonjorkan ke dua kakinya.


"Dalam rumah itu gak boleh pakai topi... lagian anak cewek kok suka-sukanya pakai topi." Tiba-tiba Papah Reni muncul dari dapur sambil melangkah membawa sepiring nasi beserta lauknya lalu duduk di salah satu kursi santai diruang tengah.

"Iya..iya... Reni lupa buka. Hehehehe" Jawab Reni lalu melepaskan topinya dan melemparnya begitu saja.

Mamahnya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak gadis satu-satunya. "Rambut kamu bagus, cantik... tapi kok malah seneng pake topi sih sayang?" tanya mamahnya sambil mengusap lembut rambut Reni saat gadis itu sudah menyandarkan kepalanya di bahu sang Mamah.

"Suka aja Mah." Jawab Reni.

"Keluar ma Joko lagi yah?" Tanya Papahnya sambil menyantap makanan.

"Ihhh amit-amit deh Pah... cuihhhh." Jawab Reni. Terlihat saat menyebut nama Joko, gadis itu seakan merasa jijik dan Nampak sekali dari tingkahnya barusan.

"Lah terus? Sama siapa donk?" Mamahnya menimpali.

"Ada deh... hehehe," Jawab Reni nyengir.


"Tapi, kenapa wajah kamu kusut gini?" Tanya Mamahnya kembali.

"Ya iyalah... orang pulangnya naek motor." Jawab Reni santai.

"Motor? Hmm... tumben." Ujar sang Mamah seperti meledek putrinya dan menoleh ke suaminya.

"Kenapa? Ada yang salah dengan motor?" Tanya Reni kebingungan.

"Gak ada kok." Jawab Mamahnya.

"Terus, helooo... muka Mamah dan Papah itu loh. Kayak ngeledekin Reni deh." Ujar Reni sambil menggeser tubuhnya dan duduk didepan Mamahnya sambil memandang wajah kedua orang tuanya bergantian.

"Gak biasanya..." Gumam Mamahnya makin menyulutkan rasa kesal gadis itu.

"Alhamdulillah kalo gitu Mah, berarti anak kita udah gak takut lagi panas-panasan." Sambung Papahnya.

"Ihh apaan sih Papah ma Mamah."

"Cowok kamu yah yang antarin pakai motor?" masih saja wanita itu menggoda anaknya.

"Bukan kok... gak mungkinlah dia cowok Reni." Jawab Reni dengan cemberut.

"Karena dia make Motor?" Celetuk Papahnya membuat Reni melotokan matanya.

"Apa hubungannya..." Ucap Reni sewot.

"Kalau gak ada hubungannya, kenapa kamu sewot gitu?" Kata Mamahnya membuat Reni mengerutkan keningnya.

"Habisnya ihhhhh... apa sih maksud Papah dan Mamah?"


Suasana dalam ruang keluarga terlihat begitu akrab, dimana terlihat kedua orang tua Reni masih saja menggoda anak semata wayangnya.

"Pah... jangan kabur dulu." Ujar sang mamah saat suaminya beranjak dari duduknya.

"Lah... orang mau naroh piring dulu." Jawab Papah Reni sambil melangkah ke dapur.


"Sudah Pah?" Tanya Mamahnya saat suaminya sudah kembali ke ruang tengah.

"Udah deh Mah... cukup lah ledekin Reni ihhhhh." Ujar Reni masih kesal.

"Reni sayang... mamah hanya mau bilang yah, jangan memandang orang itu dari luarnya. Baik itu dia hanya naik motor, naik mobil bahkan berjalan kaki tetap kita harus hargai." Ujar Mamahnya membuat Reni bingung.

"Lah kok jadi serius gini ngomongnya?" Tanya Reni.

"Yah kan Mamah hanya berpesan."

"Papah aja naik motor, tapi mamah masih cinta tuh ama Papah." Celetuk pria dihadapan para perempuan itu.

"Iya deh... Reni ngalah kalau udah bahas tentang Papah ma mamah." Ujar Reni tersenyum.


Akhirnya mereka mengobrol santai sambil menonton tayangan di TV. Dan terlihat sang Mamah sangat senang dengan acara kali ini.

Saat TV kembali menayangkan beberapa iklan, kedua orang tua Reni kembali menoleh ke putrinya.


"Jadi kamu udah gak sama Joko lagi kan?" Tanya sang Mamah.

"Iyalah Mah... ke laut aje tuh anak." Jawab Reni.

"Terus yang anterin pake motor itu siapa? Upss... maksudnya namanya siapa?" Goda mamahnya kembali.

"Ohhhh... itu, si Ajie." Jawab Reni santai membuat kedua orang tuanya saling menatap.

"Ajie?" Mamahnya bersuara.

"Mamah gak kenal kok." Ujar Reni.

"Ajie penjual bumbu-bumbu itu?" Tanya Papahnya.


"Hahahaha, kok bumbu-bumbu sih Pah." Reni tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

"Lah. Kan memang dia jualan bumbu." Jawab pria itu.

"Siapa sih Pah?" Tanya Mamahnya menoleh ke pria itu.

"Itu loh... salah satu sales yang suka ke toko." Jawab Papahnya.


"Sales? Tumben..." Gumam Mamahnya lagi membuat Reni memanyunkan bibirnya.

"Udah ah... daripada panjang, Reni naik dulu... mau bobo." Kata Reni memilih menghindari kedua orang tuanya dan bergegas pergi ke kamarnya.

Kedua pasangan suami istri itu saling menatap saat putrinya sudah naik ke kamarnya. Kemudian, sesaat mereka berdua menaikkan bahunya merasa heran akan sesuatu.


Don't Give UpWhere stories live. Discover now