Chapter - 14

3.4K 40 1
                                    

Sore hari, di salah satu café daerah selatan kota Makassar terlihat cukup ramai. Café Numerica29 yang terletak di jalan Bontolempangan, Reni dan ke-tiga sahabatnya baru saja tiba lalu memilih untuk nongkrong di lantai 2.

Salah satu pelayan café yang melihat ke-empat gadis itu tiba, segera menghampiri mereka.

"Selamat sore, Mau pesan apa?" Tanya pelayan itu sembari memberikan 2 buku menu kepada mereka.

Reni terlihat masih memilih-milih menu dan kebetulan duduk berdampingan disofa yang sama dengan Sinta.

Sedangkan Geby dan Lyla duduk berhadapan dengan Reni dan Sinta. "Nek... lo mesen apaan?" Tanya Geby menoleh ke dua gadis di depannya.


"Apa yah... bingung." Ujar Reni tersenyum tapi matanya masih melihat-lihat menu di buku tersebut.

"Kalo lo Sin?" Tanya Reni selanjutnya sambil menoleh ke Sinta.

"Mas... pesen Americano Coffee yah." Ujar Sinta sambil melihat pelayan yang masih berdiri menunggu pesanan mereka.


"Eh... serius lo, mau minum kopi?" Tanya Reni.

"Kenapa? Ada yang salah... hehehehe," Jawab Sinta.


"Ya udah, mas... kalo gue Green tea latte aja yah." Reni menyebutkan pesanannya. Lalu tak lama Geby dan Lyla pun menyebutkan pesanan mereka.


Saat pelayan itu beranjak dari tempatnya, mereka mengobrol santai sambil menikmati lantunan lagu-lagu terbaru yang di bawakan oleh Home band di atas panggung kecil di café itu.

Sudah beberapa hari ini, Reni mulai menghilangkan pikirannya tentang Ajie.

Mungkin memang pria itu tak pernah serius dengannya. Terbukti, sampai detik ini nomor HPnya sudah tidak pernah aktif lagi.

Reni pun sebetulnya ingin mencaritahu tentang apa yang terjadi, namun ia bingung mau menanyakan ke siapa.

Sempat terfikir ia ingin bertanya ke Papahnya, namun karena beberapa hari ini Papahnya sedang sibuk dan terlihat jarang dirumah. Maka, ia urungkan niatnya untuk bertanya.

Sehingga mau tak mau ia harus menghilangkan pikirannya tentang pria itu.

Sempat ia bingung sendiri akan tingkahnya. Kenapa ia mesti sakit hati? Padahal hubungan mereka sebetulnya berawal dari sebuah candaan.


Kenapa ia mesti sedih? Padahal Ajie tak pernah menyakitinya.

Mengenai telpon Ajie yang susah di hubungi? Kenapa ia mesti marah? Apakah ia sudah berusaha mencari tau tentang hal itu?

Minimnya informasi tentang Ajie, dan juga memang pertemuan mereka bisa di katakan sangat singkat. Membuat Reni tak tau harus bagaimana.

Apakah ia harus melakukan seperti di pilem-pilem mencari tau tentang Ajie?

Sedangkan ia sendiri tak yakin akan semua ini. Ia tak yakin apakah memang dia benar-benar mencintai Ajie? Atas dasar apa ia mencintai Ajie?

Setiap hari, Reni mencoba menganalisa semuanya. Memikirkan hubungan mereka yang aneh. Memikirkan pria yang mungkin saja tidak pernah memikirkannya.

Makanya dari pada dia menderita sendiri, ia berusaha menghibur dirinya dengan seringnya mengajak nongkrong para sahabatnya setelah lepas jam kampus.

"Hei... lo kenapa nek?" Tanya Sinta yang sejak tadi memperhatikan Reni yang sedang melamun dan menatap kosong band penghibur di café itu.


"Silahkan Mba..." Tiba-tiba pelayan mengantarkan pesanan para gadis itu.

"Makasih yah mas." Ujar mereka yang hampir bersamaan.


Setelah pelayan itu pergi, terlihat Reni kembali menatap band penghibur itu membuat Sinta menggelengkan kepalanya.

Sedangkan Geby dan Lyla sibuk mengaduk-ngaduk minumannya. "Ly, cakep juga tuh vokalisnya." Biasa, Geby mengajak ngobrol dan bergosip ria si Lyla tentang vokalis band itu.

"Biasa aja tuh..." Jawab Lyla sambil menyeruput hot coklatnya.


Berbeda dengan Sinta, ia masih saja memperhatikan sahabatnya yang makin hari makin berbeda.

Sejenak, ia berfikir apakah masalah tentang Ajie? Oh iya, tiba-tiba justru Sinta malah ikutan memikirkan Ajie. "Gimana kabar ntuh anak yah? Udah lama juga gak ngelihat dia... hehehe" Gumam Sinta dalam hati.


"Ren... gimana kabar Ajie?" Sinta kembali bertanya ke Reni.

"Ren.... Ren..." Lanjut Sinta memanggil namun sepertinya Reni masih saja melamun.


"Eh gila... nih anak lamunin apaan yah?" Celetuk Sinta membuat Geby dan Lyla pun heran melihat Reni.


"Woiiiyyyyyyy Ren..." Tiba-tiba ketiganya hampir bersamaan memanggil Reni.

"Eh... Eh... apaan sih kalian bertiga teriak-teriak." Ujar Reni terkejut membuat ketiga sahabatnya memandangnya dengan pandangan aneh.


"Jujur ama gue sekarang..." Kata geby menatap tajam wajah Reni.

"Lo ada masalah apa nek?" Lyla menimpali.


"Ajie... lo di apain ma dia? Huh!!" Sinta ikutan bertanya membuat Reni terkejut.

"Eh... apaan sih kalian. Siapa yang lagi ada masalah? Dan, ada apa dengan si Ajie?" Kata Reni namun tak bisa menutupi wajahnya yang sedikit tak bersemangat.


"Reni sayang... jujur, selama gue bersahabat ama elu. Baru kali ini gue ngelihat elu murung kek gini... apalagi gegara masalah cowok." Kata Sinta disamping. "Sedangkan dulu ye, saat lo putus ma tuh Joko. Loe gak pernah kelihatan murung kek gini. Dan lo masih bisa nutupin kesedihan loe di depan kami."

"Betul... dan, gue gak tau yah apa masalah lo... Tapi, gue lihat lo dah berbeda Ren." Lyla menimpali.

"Gue yakin, ini pasti bukan karena masalah cowok." Geby yang ikut menimpali.


"Nah... betul tuh Geb. Gak ada hubungannya dengan cowok kali. Hehehe, kebetulan aja gue lagi gak mood beberapa hari belakangan ini." Kata Reni, namun sepertinya Sinta masih tak percaya dengan apa yang gadis itu ucapkan.


"Ya Syukurlah kalo bukan masalah cowok... hehehe, masa iya kite-kite jadi sedih gegara cowok sih. Bikin malu nama genk aja." Kata Geby membuat Reni tersenyum.


"Ajie yah?" Ujar Sinta menembak Reni dengan suara pelan sambil menatapnya dari samping.

"Kenapa sih lo Sin... gue kan dah bilang, gak ada hubungannya ma tuh anak." Jawab Reni. "DAN INGAT!!! Gue itu gak ada hubungan apa-apa dengan Ajie." Lanjutnya dengan suara penegasan, namun sepertinya Sinta tidak mempercayainya.

"Iya... Lo juga Sin, sotoy amat sih lo... emang siapa sih tuh Ajie, sok penting banget." Balas Geby yang kesal.


"Bukan siapa-siapa kok Geb..." Jawab Sinta menatap kedepan. Lalu menyeringai. "Tapi, andai dia suka ma gue... gue gak bakalan nyia-nyiain dia."


DEGH!!! Sepertinya ucapan terakhir Sinta berhasil meng-KO jantung Reni.


Reni hanya menoleh ke Sinta.

"Asal lo orang tau, dia beda dengan cowok-cowok yang pernah gue kenal." Kembali ucapan Sinta membuat tubuh Reni bergetar.


Lyla menangkap sesuatu yang beda yang Reni katakan sebelumnya. Ia menatap wajah Reni. "Yakin, bukan karena Ajie?" Tanya Lyla menatapnya tajam.

"Bukan Ly." Jawab Reni mencoba tersenyum.

"Lo beruda apa-apaan sih... udah dibilangin kalo ini bukan masalah cowok." Ujar Geby yang memang paling tak senang jika salah satu dari mereka sedih karena masalah cowok.


"Semoga aja..." Kata Lyla.

Akhirnya Reni menghela nafas saat ke tiga sahabatnya tak menanyakan lagi tentang pria itu.

Masing-masing sibuk membalas pesan maupun komentar di social media. Sedangkan Reni kembali menatap band penghibur yang memainkan intro sebuah lagu.


Don't Give UpWhere stories live. Discover now