Untuk saat ini
Biarkan gue bahagia
Walaupun hanya sesaat
Biarkan gue menuruti
Kata hati gue
Untuk merasakan apa yang ingin gue rasakan
~~~~
"Selamat pagi" sapa Addelle. Seperti biasa, sapaannya diabaikan begitu saja. Addelle melangkah mendekati mereka dan duduk disana."Siapa cowok didepan rumah kita?" tanya Troy saat Addelle hendak mengambil roti dimeja. Addelle lantas mengernyit tidak mengerti dengan ucapan ayahnya. Ia memilih melangkah keluar. Ia terkejut mendapati Farir yang tengah bersandar dimobil Lamborghininya sambil memainkan ponsel.
"Lo kenapa disini?" tanya Addelle. Farir mendongak dan tersenyum padanya. "Ya buat jemput lo lah"
"Tapi gue pikir lo cuman bercanda"
"Ya ngak lah, ya udah yuk berangkat"
Addelle mengangguk dan masuk kerumahnya untuk pamit dan mengambil tasnya. Marie menatap kepergian adiknya itu dengan kesal. Dia tidak suka dengan cowok yang mendekati Addelle itu juga dengan kedekatan mereka.
****
Semuanya menatap tidak percaya pada Farir yang keluar dari mobilnya bersama Addelle. Addelle semakin menunduk ketika mendengar bisikkan mereka.
"Gak usah didengerin" bisik Farir. Dia mengenggam tangan Addelle dan berjalan dengan cepat.
Tentu disepanjang jalan, banyak yang mengosip tentang mereka. Tidak ada yang menghinanya, hanya saja mereka tidak percaya, karena selama ini, Farir yang mereka kenal adalah sosok laki-laki yang tidak mudah dekat dengan cewek. Bahkan ada yang memuji keserasian mereka.
****
Tidak disangka beritanya menyebar dengan cepat bahkan Nita lebih dulu tahu,sebelum Addelle menceritakannya.
"Beneran?" tanya Nita girang. Addelle hanya mengangguk menanggapi sahabatnya yang daritadi mengodanya.
"Gue pikir, dia hanya bercanda, rupanya beneran" gumam Nita.
"By the way, gimana rasanya dijemput pangeran lo? Berbunga-bunga pastinya kan?" goda Nita.
"Issh udah" kesal Addelle bercampur malu.
"Udah deh yuk, lima menit lagi bel nih" ajak Nita.
"Cieeee yang dijemput Farir" goda seorang cewek yang lewat didepannya.
"Mereka marah ya?" tanya Addelle polos.
"Ngak lah, kan mereka itu tahu lo itu orangnya baik, lagian mereka ketawa cuman karena lo kelihatan bodoh aja, masa orang kaya tapi milihnya mobil tua si"
"Ya udah deh yuk kekelas, gue lagi pengen nyeritain ke lo tentang pacar gue nih"
Nita menarik tangan Addelle tetapi tiba-tiba saja ada orang yang menabrak bahu kanan Addelle membuatnya hampir kehilangan keseimbangan.
Addelle menoleh kepelakunya yang tidak sengaja menabraknya tadi tengah memungut buku-buku yang jatuh karena tabrakan tadi.
Addelle lantas berjongkok untuk membantu memunggut buku tersebut.
" Terima kasih" ujar cowok itu tulus. Cowok itu menatap Addelle sambil terkejut. Sedetik kemudian dia lantas tersenyum senang membuat mereka heran.
"Lo yang namanya Addelle?" tanyanya. Melihat Addelle mengangguk membuat cowok itu senang bukan main.
"Akhirnya ketemu juga lo" ujarnya sambil tersenyum kemudian pergi meninggalkan Addelle dan Nita yang dilanda kebingungan.
"Itu adik kelas kan? Tak salah si kelas sepuluh"
Addelle pun menjitak Nita karena saking gemasnya. "Ya iyalah kelas sepuluh, kita aja baru kelas sebelas, kan ngak mungkin kelas dua belas kita panggilnya adkel si"
"Iya iya, tapi apa maksudnya tadi? Jangan-jangan dia naksir lo?"
"Enggaklah, eh udah bel nih, ayo masuk"
Addelle segera menarik tangan Nita agar tidak terlambat masuk kekelas.
****
"Pulang ama siapa?" tanya Marie saat melihat adiknya baru pulang padahal bel pulang sudah sejam yang lalu.
Addelle menatap kakaknya bingung, tidak biasanya kakaknya bertanya padanya seperti ini. Tapi, pertanyaan yang diajukan kakaknya itu berhasil membuatnya senang dalam hati. Itu bisa membuktikan kalau kakaknya itu mengkhawatirkannya dan mulai ingin menerimanya lagi seperti dulu.
"Gue sama Farir" jawab Addelle.
"Jauhin dia" ketus Marie sambil menatap tajam Addelle.
"Kenapa kak?"
"Lakukan aja apa yang gue suruh, kalau gue bilang jangan ya jangan, ngerti" marah Marie lalu pergi meninggalkan Addelle yang tertegun.
Dia tersenyum miris. Ternyata, kakaknya masih belum bisa menerimanya seperti dulu. Padahal dia sempat berpikir kalau kakaknya sudah menerimanya dan mereka berdua akan mengobrol dan melakukan kegiatan yang biasanya dilakukan adik bersama kakak. Tapi itu semua lenyap seketika.
Sebelum menaiki tangga, Marie menoleh kearah Addelle yang menunduk dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Ah iya, satu lagi. Gue lihat, lo suka sama cowok itu?" tanya Marie membuat Addelle semakin terdiam dan menunduk.
Dan kata-kata selanjutnya yang keluar dari mulut Marie mampu membuat Addelle mendongak dan menatap tidak percaya pada kakaknya.
"Hilangkan perasaan lo itu, menjauh darinya kalau perlu gak usah ketemu lagi sama dia" ketusnya kemudian menaiki tangga dan melenggang masuk kedalam kamarnya.
Mata Addelle sudah berkaca-kaca berusaha menahan air matanya yang sudah memberontak untuk turun.
Apa kakaknya tidak menyukai kedekatannya dengan Farir? Atau kakak memang tidak pernah ingin gue bahagia?
Addelle menghela nafasnya berat. Ditatapnya kamar kakaknya.
Maaf kak, untuk saat ini biarkan gue menuruti kata hati gue, biarkan gue bahagia untuk sesaat, batinnya.
Dia segera menghapus air matanya yang membasahi pipinya dan melangkah nasuk kedalam kamarnya. Dia ingin tidur untuk melupakan semua ini dan memulai yang baru saat dia bangun.
See you next chapter,
Jgn lupa divomment ya,
Thx.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Who Was Hurt[COMPLETED]
Teen FictionLuka yang kalian berikan padaku. Luka yang kalian buat, tidak peduli apakah luka lamaku sudah sembuh atau belum. Apakah aku melakukan kesalahan? Kesalahan apa itu sampai kalian membenciku? Tidak peduli seberapa benci kalian pada gue, gue tetap meny...