~15~

6 1 0
                                    



Aku tidak salah.
Aku hanya mencari kebahagiaanku saja.

****

Akhirnya setelah menghabiskan beberapa jam untuk membereskan apartemenku, aku dapat duduk disofa dan menyesap teh yang kubuat tadi. Melihat-lihat media sosial yang mungkin dapat membantuku menemukan pekerjaan yang cocok untukku. Dan hasilnya nol. Aku sama sekali tidak menemukan apa pun. Dengan helaan nafas yang keluar dari mulutku, aku berdiri dan berjalan kekamar. Aku mengganti pakaianku dengan kaos putih biasa tanpa lengan disertai jaket jeans favoritku dan celana jeans selutut. Kumasukkan ponsel, dompet, kunci apartemen, dan beberapa benda yang kurasa tidak begitu penting namun akan sangat membantuku kedalam tas selempangku.

Aku memakai sneaker putih dan langsung saja keluar dari apartemenku. Tempatnya tidak begitu buruk. Yang dikatakan Nita memang benar. Bukan hanya dekat dengan sekolah, namun tempat ini juga dekat dengan beberapa tempat favoritku. Aku sempat bingung ingin memilih jalan mana, namun kuputuskan akan mengambil jalan kanan saja.

Aku berjalan dengan santai sambil melihat-lihat beberapa toko yang mungkin saja akan membuatku tertarik untuk bekerja disana. Dari sekian toko yang kulihat, tidak ada satupun yang membuatku tertarik. Sampailah dimana sebuah toko yang menjual aksesoris.

Aku membuka pintu tersebut dan langsung disambut ....? What the...

"Loh? Addelle? Ngapain lo disini? Nak beli apa? Kalung? Gelang? Bakal gue diskonin kok."

Kalian tahu siapa? Dia adik kelas yang entah darimana bisa kenal aku. Ya, dia Zifo. Zifo masih menatapku menunggu jawaban dari mulutku. Namun rasa penasaranku lebih tinggi dan telah berada diujung lidah.

"Lo kerja disini?"

Zifo menatapku sambil terkekeh. Dia mengangguk sambil tersenyum padaku. Senyum yang membuatku hangat seketika.

"Jadi lo mau beli apa?"

Aku tersenyum. Bukan itu yang ku mau. "Gue boleh kerja disini juga?" tanya ku yang membuatnya terkejut.

"Lo mau kerja disini?" tanya Zifo sekali lagi memastikan jika dia tidak salah dengar.

Aku mengangguk. Tidak ada salahnya kan jika aku bekerja disini? "Boleh?"

Zifo tampak menimang-nimang sejenak. "Gue bicara dulu sama mama gue. Lo tunggu sini."

Hah? Aku baru saja ingin bertanya, tetapi Zifo sudah keburu pergi. Aku hanya bisa menyimpan kembali pertanyaanku itu sampai dia kembali. Aku melihat-lihat sekelilingku. Aksesoris-aksesorisnya ditata dengan sangat rapi. Bukan hanya itu, tampaknya aksesoris-aksesoris ini dibuat sendiri. Bagaimana aku tahu? Aku juga biasanya membuat aksesorisku sendiri. Jadi aku tahu bagaimana bentuknya. Walau memang tidak bermerek dan semahal temanku, tapi aku bangga memakai aksesoris buatanku sendiri. Itu jauh lebih simple dan sederhana. Bahkan Nita sendiri juga memujinya.

Sebuah tangan menyentuh pundakku membuatku refleks menoleh kebelakang dan mendapati Zifo yang menatapku dengan tersenyum.

"Lo dipanggil nyokap gue."

Aku mengangguk. Aku berjalan tepat dibelakangnya. Aku menatap sekitar sejenak. Ada dua orang yang menatapku sinis. Aku hanya menghiraukannya saja. Toh, aku juga gak peduli. Didepanku sekarang ada tante Linda yang tengah tersenyum padaku. Tangannya meletakkan sesuatu yang ku perkirakan adalah kalung buatannya sendiri.

"Lama tidak ketemu. Apa kabar Del?"

"Baik tan."

Linda mengangguk. "Aku dengar kamu mau kerja disini?" tanyanya padaku yang langsung saja kuangguki karena memang itu yang kumau. Dia tersenyum padaku.

"Kamu mau mulai hari ini atau besok?"

Aku menatapnya tidak percaya. Jadi aku diterima? Aku mengangguk sambil tersenyum lebar. "Makasih tan. Gue langsung kerja hari ini aja."

Kulihat dia tersenyum sembari mengangguk. "Fo, bantu dia ya."

"Iya ma."

Dia kembali fokus dengan pekerjaan yang ditundanya tadi. Aku hanya mengikuti Zifo dan lagi-lagi kedua cewek yang tengah duduk itu kembali menatap sinis padaku. Zifo menjelaskan semuanya padaku. Setelah itu, dia memintaku untuk melayani seseorang yang baru masuk kedalan toko. Sebelum itu terjadi, salah satu dari cewek itu mendekatinya. Aku kembali menatap Zifo yang menatapku. "Mungkin kesempatan lain hehe."

Dasar. Ekspresinya seperti sedang menahan diri untuk tidak mengejekku. Zifo mengajakku ketempat dimana cewek satunya lagi duduk.

"Sa, kenalin ini Addelle. Del, dia itu Sasa."

Aku menatap Sasa sambil tersenyum. Sebelah tanganku terangkat sambil memperkenalkan diriku. "Addelle."

"Sasa."

Aku kembali menarik tanganku. Tangan yang sama sekali tidak dijabatnya sama sekali. Cewek yang tadi melayani pelanggan itu datang menghampiri kita.

"Nah itu namanya Gisry. Ry, dia itu Addelle."

Zifo lagi-lagi memperkenalkan kami dan lagi-lagi tanganku tidak dijabatnya. Bahkan lebih buruk dari itu. Dia bahkan tidak mengenalkan namanya padaku dan langsung berlalu dari kita. Dia masih dengan santainya duduk ditempatnya seolah aku ini tidak terlihat.

"Lo jangan simpan dihati," bisik Zifo padaku yang kubalas dengan anggukkan. Aku juga tidak ingin menyimpannya dihati. Tidak berguna sama sekali.

****

Aku dipersilahkan pulang duluan karena aku masih baru disana. Lagian aku juga masih SMA. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, kedua cewek itu yang ku ketahui namanya Sasa dan Gisry itu. Ternyata mereka adalah adik kelas ku tepatnya teman satu kelasnya Zifo. Yang bener saja kan? Pantas saja mereka menatapku sinis. Menurutku, mereka pasti takut aku ingin merebut Zifo dari mereka.

Aku berhenti didepan sebuah minimarket. Sempat terlintas dipikiranku untuk bekerja disini juga. Aku tidak yakin jika gajiku ditempat tadi dapat membayar uang SPP sekolahku dan masih banyak lagi. Mungkin kalian bilang aku gila. Namun aku tidak salah. Aku lebih memilih tidak memiliki uang dibanding tidak memiliki kebahagiaan. Menurutku, aku terkekang disana. Kebahagiaanku seolah dikekang mereka. Lagian tidak ada salahnya aku bekerja seperti ini. Melatih kemandirianku.

Aku berpikir sejenak lalu mengangguk. Ini demi keuanganku juga. Lagian bukankah ini resiko berada jauh dari keluarga. Atau mungkin sudah tidak dianggap lagi?

Tbc.

Jgn lupa divote kalau suka.

Thx.


Girl Who Was Hurt[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang