~4~

12 3 0
                                    


Beberapa hari ini, Farir lebih sering mengantar jemput Addelle. Walaupun masih sering disindir Marie, kakaknya Addelle, Farir tetap mengantar jemputnya tanpa memedulikan sindiran itu. Akhir-akhir Ini, Aldi, pacarnya Nita juga sering bergabung dengan mereka saat istirahat. Dia tidak ingin Nita menjadi obat nyamuk walaupun Nita sepertinya tidak terlihat seperti itu. Justru dia sangat bersemangat dan ingin mengenal lebih jauh sosok Farir. Addelle juga tidak mempermasalahkan itu. Addelle juga ingin mereka saling kenal agar Nita dapat memberi saran padanya atau yang lain.

Tringg

Addelle dan Nita keluar dari kelas sambil bercanda gurau. Mereka tidak terkejut lagi melihat Farir yang berdiri di luar pintu. Melihat Addelle dan Nita yang keluar dari kelas, dia langsung mendekat dan berdiri di antara keduanya.

Di sepanjang jalan, Addelle dan Farir tidak hentinya berbicara. Sesekali Farir melirik kearah Nita yang juga menatap mereka. Sebenarnya Farir tidak enak dengan Nita yang sedari tadi hanya menatap mereka. Akhirnya dia pun juga mengajak Nita untuk bergabung dalam pembicaraan. Sesampainya di kantin, Farir pergi memesan makanan sedangkan Nita dan Addelle mencari tempat. Tidak lama kemudian, Farir datang ke tempat mereka bersama seorang cowok yang tengah tersenyum kearah Nita. Ya, dia adalah pacarnya, Aldi.

"Ta, nanti lo mau kemana?" tanya Aldi.

"Emang kenapa?" tanya Nita.

"Aduhh Ta, dia mau jalan ama lo, ya udah dimana gitu kek, kan kasihan" goda Addelle membuat Nita memutar bola matanya jengah.

"Bioskop aja deh, soalnya ada film yang pengen gue nonton, Ah iya, Farir, lo mau ikut? Lo bisa ajak Addelle" ajak Nita antusias.

"Boleh"

"Gak usah"

"Kenapa Del?" tanya Nita.

"Kasihan ama pacar lo, kan dia pengennya berduaan ama lo"

Mendengar itu, Nita langsung menoleh kearah pacarnya.

"Boleh ya yang? Sesekali ama mereka juga ya, pleaseee" rengek Nita.

Dengan terpaksa, Aldi menganggukkan kepalanya tidak ikhlas. Nita menatap Farir dan Addelle berbinar-binar.

"Tuh Del, udah dibolehin, ikut ya?"

"Iya-iya, tapi kali ini aja"

Nita mengangguk sambil tersenyum kemudian melanjutkan makannya. Entah hanya perasaan Addelle atau bukan, tapi dia merasa kalau sedaritadi Aldi menatap tajam padanya juga Farir.

Tetapi kenapa? Apa karena Nita mengajak mereka? Entahlah. Addelle membiarkannya saja.

****

Sesuai janji, mereka berempat tengah menelusuri semua toko yang ada dimall. Setelah itu, mereka pun kembali kebioskop dan menontonnya hingga jam tangan Addelle menunjukkan jarum pendek kearah tujuh dan jarum panjang kearah satu.

"Del, lo gak mau pulang? Udah jam tujuh lewat loh" tanya Nita.

"Lo mau pulang?" tanya Farir pada Addelle memastikan.

"Ehmm.."

"Kalau lo mau pulang, lo bisa bilang ke gue, gue gak bakal marah ke lo" kekeh Farir membuat Addelle mau tidak mau mengangguk sambil tersenyum.

" Ya udah gue pergi dulu ya" pamit Addelle kemudian berlalu bersama Farir.

Diperjalanan, tidak ada yang membuka mulut mereka sampai tiba-tiba saja ada yang menyenggol bahu Addelle membuatnya tidak seimbang dan kemudian hampir terjatuh jika saja tidak ada tangan lain yang menangkapnya dengan cepat.

"Lo?"

"Eh ketemu lagi Del" ucap cowok itu. Cowok yang tidak sengaja menabrak Addelle tempo hari yang lalu.

"Lo gak papa Del?" tanya Farir yang dijawab dengan gelengan.

"Lain kali hati-hati Del, kan kalau jatuh gak lucu" omel cowok itu membuat Addelle terbengong.

Emang siapa dia? Gue aja gak kenal dia kok malah diomelin ama dia.

Melihat itu, lantas cowok itu menjadi salah tingkah dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Hmm, gue pergi dulu ya Del, gue harus beli beberapa barang nih, hati-hati ya" ujarnya kemudian melenggang pergi.

"Lo kenal dia?" tanya Farir.

"Ngak"

" Lo gak usah deket-deket ama dia"

"Emang napa?" tanya Addelle.

"Gue gak suka aja, udah ayo" Farir menarik tangan Addelle mendekat agar tidak terjadi lagi kejadian tadi.
Tentu saja, perlakuannya itu membuat Addelle senang. Farir yang melihatnya juga lantas tersenyum dalam hati.

****

"Baru pulang? Lo gak pakai jam?"

"Maaf"

"Untung papa ama mama belum balik, kalau ngak, gue gak tahu mau jawab apa" ketus Marie.

Addelle tidak memedulikannya, dia lantas kembali melangkah.

"Ngapain lo? Mau kemana? Makan dulu sana"

Makan dulu?

Addelle menatap kakaknya tidak percaya. Seolah-olah kata-kata yang dikeluarkan kakaknta itu merupakan sebuah kelangkaan atau keajaiban. Tersadar dengan perkataannya, Marie langsung memalingkan wajahnya dan kembali fokus pada siaran yang ditontonnya.

Addelle melangkah mendekati dapur dan makan disana sesuai perintah kakaknya. Setelah itu, dia mencuci piring dan masuk kekamarnya.

Sesaat setelah Addelle masuk kekamar, Marie menatap kamar adiknya itu. Dia menghela nafasnya berat.

Apa yang harus gue lakukan?

Tbc

See you next chapter ya,

Jangan lupa divomment juga,

Thx.



Girl Who Was Hurt[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang