~21~

7 0 0
                                    


"Del, ada apa nak?"

"Ngak tan," jawabku singkat. Aku bahkan tidak tahu lagi caranya berbicara.

"Del.."

Aku mendongak, membalas tatapan tante Linda. "Ada apa tan?"

Kulihat tante Linda terdiam sejenak. Merasa enggan untuk berbicara atau bertanya sesuatu padaku. "Nanti bisa ikut tante kerumah sakit?" tanyanya padaku. Rumah sakit? Untuk apa?

"Ngapain tan? Siapa yang sakit?"

"Ikut tante aja ya."

Aku mengangguk. Terlihat jelas dia enggan menjawab pertanyaanku. Siapa yang sakit? Zifo?

****

Sesampainya dirumah sakit, aku hanya mengikuti tante Linda. Saat dia membuka pintu salah satu ruang inap, mataku terbelalak. Didepan sana, terlihat ayah yang terbaring tidak berdaya dengan alat-alat.

Aku melangkah kedalam dengan berat ketika tante Linda menyuruhku masuk. Aku dapat melihat dengan jelas Ayah yang terbaring disana. Aku menyentuh tangan Ayah membuatnya membuka matanya. Seulas senyumnya langsung meruntuhkan pertahananku. Air mataku keluar. Isak tangisku terdengar. Bagaimana bisa aku segitu jahatnya hingga membuat keluargaku terluka?

"Ayah maafin aku," isakku. Bahkan kakiku tidak lagi bertenaga. Tangan Ayah mengelus kepalaku yang sama tinggi dengan brangkarnya dengan pelan.

"Ja..jangan..na..nangis. A..ayah ba..baik..ba..ik aja."

"Ayah maafkan aku. Aku tahu aku salah selama ini." aku bener-bener menyesal. Mengapa aku begitu bodoh?

"Del.."

Aku mendongak. "Iya yah? Ada apa? Aku akan setiap hari kesini temani ayah. Aku tidak akan lagi melawan kalian."

"Jangan..."

Aku hanya terdiam menunggu lanjutannya dari mulut ayah.

"To..long ka..kakmu. Bantu dia..wujudkan...mimpinya itu..."

Aku mengerti apa yang diucapkan Ayah. Dia memintaku untuk membantu Marie agar bisa menggantikan posisi ayah diperusahaan itu. Tapi mengapa?

"Linda..."

Aku menoleh kebelakang dan melihat tante Linda yang sedang tersenyum walau masih meneteskan air mata.

"To..long ban..tu anak..anak.... Maaf...telah mem...buatmu ke..cewa... Aku...—"

"Sudah cukup. Jangan bicara lagi. Aku akan membantu mereka sebisaku. Kau tidak pernah membuatku kecewa sama sekali."

Aku berdiri dan membiarkan tante Linda mendekat. Apa yang terjadi? Ayah pernah membuat tante Linda kecewa? Apa hubungan mereka?

"Walau hanya setahun. Tapi terima kasih. Aku juga tahu kau melakukannya agar keadaan tidak bertambah parah." tangan tante Linda mengenggam erat tangan Ayah. Ayah tersenyum padanya. Jujur saja. Aku semakin bingung dengan situasi ini.

Pintu terbuka dan aku dapat menangkap dengan jelas om Harry yang tampak terkejut melihat istrinya mengenggam tangan Ayah.

"Har.."

"Linda, apa separah ini?" tanyanya pada tante Linda. Apa mungkin dia salah paham setelah melihat tante Linda menggenggam tangan Ayah?

"Bro, apa harus separah ini? Tenang aja. Gue gak bakal ngelepasin mereka gitu aja," lanjutnya tampak jelas tidak terima. Mereka siapa? Nanti nanti. Apa mungkin yang dibilang om Harry itu, Nita dan keluarganya? Sebenarnya apa yang terjadi sekarang?!

"Ssstt, sudah. Kita keluar dulu. Kamu jaga baik-baik dirimu ya. Bertahanlah. Aku tahu kamu sangat ingin melihat Marie menggantikan posisimu bukan? Jadi bertahanlah."

Ayah hanya mengangguk mendengar ucapan tante Linda tadi. Tante Linda mendekatiku dan merangkulku. "Ayo Del. Kita pulang ya."

Aku hanya mengangguk. Aku tersenyum pada Ayah. Jujur saja, aku masih ingin berlama-lama disini. Berbicara dan bercanda brrsama Ayah. Tapi mungkin nanti. Setelah Ayah baikkan, aku akan datang lagi dan berbicara panjang lebar dengan nya.

"Del, kamu nanti ikut Zifo aja ya. Tante ada urusan."

Aku mengangguk. Aku berjalan hingga kakiku tidak lagi menginjak rumah sakit. Bener saja. Zifo menungguku disana.

"Kak, ayo kita makan dulu," ajaknya.
"Fo, kok gue ngerasa ada yang aneh dengan nyokap lo?"

Zifo tertawa. "Mana ada yang aneh, kak. Jangan-jangan karena terkejut ngeliat interaksi bonyok gue dengan bokap lo?"

Aku mengangguk. "Tepat sekali. Lo tahu sesuatu kan?" tanyaku mencurigainya. Dia malah tertawa dan metangkulku. "Kita makan sambil bicara. Emang udah saatnya lo gak usah polos-polos amat. Lo selama ini udah kayak orang bodoh."

"Hei!" sentakku tidak terima. Dia kembali tertawa. Dia membukakan pintu mobil padaku. "Silahkan." aku hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuannya. Ada-ada saja.

****

Sambil menyesap tehku, aku menunggu Zifo mengeluarkan suaranya, menjelaskan padaku situasi sekarang ini yang bahkan gagal kucerna baik-baik.

"Mama gue itu mantan istri papa lo, lo anak kandung mereka," ucap Zifo singkat namun membuatku merasa semakin bersalah. Kupikir aku bukan anak kandung ayah, ternyata aku memang anak kandungnya. Seharusnya aku mendengar dulu penjelasan ibu. Aku sedikit menyesal dan malu padanya. Kira-kira dimana sekarang ibu dan kak Marie?

Tbc.

Jgn lupa divote kalau suka.

Thx.

Girl Who Was Hurt[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang