Aku meletakkan sapu lalu mengelap keringatku dengan tisu yang ku ambil dari meja. Aku duduk sejenak lalu berdiri lagi. Aku ingin secepatnya membersihkan diriku agar tidak terlambat untuk bekerja. Aku mengambil sling bag ku yang kuisi dompet, ponsel, dan beberapa barang yang menurutku penting.
Aku berjalan sembari sesekali lari agar tidak terlambat. Ku lirik sekali lagi jam yang ada ditanganku, dan leganya saat menyadari aku tidak terlambat sedikitpun. Sama seperti kejadian semalam, disaat aku membuka pintu, Sasa dan Gisry menatapku tidak suka.
Aku tidak menghiraukannya, aku hanya duduk ditempat disebelah kiri. Detik itu juga, kulihat Zifo membukakan pintu pada seorang wanita yang ku perkirakan sekitar tiga puluh tahunan atau lebih.
Zifo berjalan mendekatiku lalu berbisik. "Del, lo boleh temanin dia dulu? Dia itu langganan mama gue. Gue tinggal dulu ya." Sebelum aku membalasnya, dia sudah keburu pergi keruangan mamanya. Aku hanya menghela nafas dan mendekati wanita itu.
"Hmm.. hai, namaku Addelle," ujarku mengenalkan diriku. Dia hanya tersenyum dan kembali melihat-lihat kalung.
"Boleh aku lihat kalung ini?" tanyanya padaku yang langsung kuangguk. Aku membuka laci dan mengambil kalung yang dimaksudnya itu.
"Aku ingin kalung ini," ujarnya sambil memberikan kalung itu padaku. Aku mengambilnya dan sialnya kotak kalung ini ada ditempat yang saat ini ditempati Gisry. Aku mendekatinya dan berdehem.
"Hmm.. boleh gue ambil kotaknya?" tanyaku padanya. Gisry hanya menatapku sinis. Dia mengambil kotak yang kumaksud dan melemparkannya padaku. Untung saja aku sigap menangkapnya. Tapi tidak kusangka, kalung yang kuambil itu direbut oleh Sasa. Hingga akhirnya kaling itu rusak.
"Oops, my bad."
Aku mengambil kalung itu dan kotaknya ketempatku. Aku segera mengeluarkan alat-alat yang biasanya membantuku membuat perhiasan. Aku merapikannya dan segera memperbaikinya. "Apa sudah selesai pesanan saya?"
Aku tersentak ketika pertanyaan itu masuk ke gendang telingaku. Pasalnya aku belum menyelesaikannya. "Maaf, tadi kalungnya rusak, jadi aku sedang memperbaikinya. Sekali lagi maaf."
"Apa gak bisa ambil yang lain aja?" tanyanya yang kelihatan kesal.
"Maaf, kalung ini tinggal satu, ini hampir selesai kok. Maaf."
Wanita itu hanya mengangguk dan duduk dikursi yang disediakan tak jauh dari tempatku. Aku menghela nafas. "Ada apa?"
Aku mendongak dan menoleh kearah kiriku. "Gue lagi perbaiki kalung."
Zifo menatapku kemudian menatap kalung itu. "Gue kasih ke mama gue aja, biar dia yang perbaiki." aku lantas menggeleng. "Ngak, gue bisa perbaiki ini. Lagian emang salah gue kok."
Aku tidak lagi menatapnya. Kali ini aku sepenuhnya fokus pada kalung yang sedang ku perbaiki ini. Dan untung saja setelah sepuluh menit berlalu, akhirnya kalung pesenan,wanita itu dapat ku perbaiki. Aku segera membungkusnya dan memberikannya pada wanita itu.
"Maaf sudah membuat Anda menunggu, ini pesenan Anda. Sekali lagi maaf."
Dia menerimanya. Aku dapat melihat dia mengelurkan kotak itu dari paper bag kecil lalu membukanya. "Ini?"
"Itu anting yang ku buat. Karena kesalahanku, Anda jadi harus menunggu." Ya, memang aku menyelipkan anting yang ku buat sebagai permohonan maafku padanya.
"Cantik. Apa kamu disini tugasnya membuat dan memperbaiki perhiasan?"
Aku menggeleng. Memang itu bukan tugasku.
"Sayang sekali. Kelihatannya kamu lebih berbakat dalam hal ini."
Kudengar langkah kaki seseorang membuatku menatap ke belakang. Tante Linda berjalan kearah kita. "Hai Linda, apa kabar?" tanya wanita itu pada Linda sambil memeluknya.
"Baik, kalungnya sudah diperbaiki?" jawab Linda lalu menanyakan kalung itu. Wanita itu mengangguk. "Dia yang memperbaikinya. Oh iya, ngomong-ngomong, kenapa gadis ini gak dikasih tugas lain aja?"
Ku lihat tante Linda menoleh kearahku sejenak. "Tugas lain?" bingungnya. Wanita itu menunjukkan anting yang kuberikan itu. "Kayaknya dia berbakat dalam hal ini."
Linda akhirnya tersenyum ketika menyadari apa yang diucapkan wanita itu. "Sepertinya memang harusnya dikasih tugas lain," kekehnya pada wanita itu.
Wanita itu pamit terlebih dahulu lalu pergi ketika suaminya datang menjemputnya. Zifo yang berdiri disebelahku membisikkan sesuatu. "Kerja bagus, Del. Gue gak nyangka lo bisa perbaiki."
"Thanks," balasku sambil tersenyum.
"Addelle, ikut tante sebentar ya," Aku hanya mengikuti tante Linda dari belakang. Disaat hendak memasuki ruangan itu, aku menyempatkan diri untuk melihat kearah Gisry dan Sasa. Kulihat Zifo membicarakan sesuatu pada mereka. Aku tidak peduli. Aku masuk kedalam ruangan itu dan menutup pintu terlebih dahulu.
"Ada apa tan?" tanyaku was-was. Siapa yang tidak takut saat hari pertama kerja tiba-tiba saja dipanggil bos sekaligus pemilik toko ini. Aku menundukkan kepalaku, tidak berani menatap kearahnya. Alu tahu dia pasti kesal padaku.
"Anting itu serius kamu yang buat?" tanyanya yang membuatku lantas mendongak. Ku anggukkan kepalaku.
"Mulai besok, kamu masuk keruangan ini aja. Bantu tante buat perhiasan ya. Kamu juga boleh kasih ide loh."
Aku senang bukan main. Aku tidak percaya mendapatkan tugas ini. Tugas sekaligus merupakan hobiku. Tentu aku langsung berterima kasih pada tante Linda karena diberi tugas ini. Bukan hanya itu, aku bahkan diperbolehkan untuk berjaga diluar, membantu Gisry dan Sasa ketika pelanggan yang datang sangat ramai.
Aku keluar dari ruangan dengan perasaan senang. "Apa yang tante bilang ke lo?" tanya Sasa membuatku berhenti. Aku balas menatap mereka. "Gue cuman dikasih tugas lain."
Sasa dan Gisry berjalan mendekatiku. "Maaf," ucap Sasa yang bahkan aku tidak percaya. Keajaiban mana lagi yang diterimanya hari ini. Mereka yang sebelumnya sinis padaku, sekarang berubah menjadi baik padanya.
"Gue hanya cemburu. Sorry."
"Gue maafkan kalian kok." Ya, aku memang sudah memaafkan mereka. Kulihat mereka tersenyum padaku. Dan setelah itu, kami bercerita banyak layaknya teman yang sudah lama kenal. Aku baru tahu alasan mereka bekerja disana.
Rupanya, mereka ingin bekerja disana bukannya karena menyukai Zifo seperti yang ku pikirkan, namun karena Zifo adalah sahabat mereka dan mereka juga tertarik untuk bekerja disana. Alasan mereka sinis padaku karena gosip seolah-olah aku adalah orang jahat. Apalagi jika bukan gosip tentang Nita. Gosip tentang Nita yang hanya memanfaatkanku dan menghasutku membantah orang tua dan membenci keluargaku. Itu tidak benar! Aku sama sekali tidak benci pada mereka. Aku hanya tidak nyaman bersama mereka.
Tbc.
Jgn lupa divote kalau suka.
Thx.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Who Was Hurt[COMPLETED]
JugendliteraturLuka yang kalian berikan padaku. Luka yang kalian buat, tidak peduli apakah luka lamaku sudah sembuh atau belum. Apakah aku melakukan kesalahan? Kesalahan apa itu sampai kalian membenciku? Tidak peduli seberapa benci kalian pada gue, gue tetap meny...