~13~

13 3 0
                                    

Addelle berlari dengan tergesa-gesa, tidak peduli dengan Farir yang terus meneriaki namanya. Addelle membuka pintu tersebut dan terkejut. Bukan hanya Addelle, orang tua Nita dan Nita sendiri juga kaget.

"Addelle..." pucat Nita melihat kedatangan Addelle. Addelle berjalan kearahnya dan memeluknya.

"Maaf, gue hari ini baru bisa jenguk lo," isaknya.

Nita yang masih kaget berusaha menghilangkan rasa kaget itu dan tersenyum.

"Cengeng banget lo, ada apa? Lo ada masalah? Gue dengar dari Farir lo semalam nangis."

Addelle mengangguk. "Bukan masalah besar juga. Gue udah gak tahan."

Nita tersenyum. "Ma.. ini yang namanya Addelle."

Addelle menatap kesebelahnya dan mendapati seorang cewek yang mempunyai paras yang cantik, disampingnya terdapat seorang cowok yang tidak asing baginya.

"Maaf tan, om, tadi gue langsung masuk tanpa sapa," malunya.

Nassy tersenyum. "Gak papa, kalian pasti sangat dekat ya?"

"Bukan dekat lagi ma, tapi sangat dekat. Dia itu sahabat baikku," jawab Nita dengan senyuman yang mengembang.

Nassy mengangguk. "Addelle, kamu disini temani Nita ya, tante ada urusan."

Addelle mengangguk. Setelah orang tua Nita pergi, Addelle kembali menatap Nita.

"Lo kenapa bisa kecelekaan?"

"Itu semua karena Ayah lo." bukan Nita yang menjawab, melainkan Farir yang baru saja masuk kedalam.

"Ayah gue?"

"Nita tertabrak mobil ayah lo pas pulang dari mini market. Untung aja gue ada disana," jelas Farir. Addelle tidak percaya ayahnya terlibat dalam hal ini.

"Jadi Ayah gue yang nabrak lo?" tanya Addelle pada Nita memastikan. Nita mengangguk. "Tapi jangan salahkan ayah lo. Farir juga ada disana, dia juga tahu kejadiannya. Itu karena kesalahan gue juga. Gue waktu itu gak sengaja jatuhin buah, gue nyebrang tanpa ngeliat kanan kiri."

Addelle merasa malu pada sahabatnya. "Nita.. maafkan ayah gue ya. Gue tahu dia pasti gak sengaja."

Nita mengangguk. "gue tahu." Addelle memeluk sahabatnya itu dengan perasaan yang tercampur aduk. Rasa kesal, marah, sedih, bersalah menjadi satu dan menghampirinya secara bersamaan.

****

Suara deru mobil mengalihkan perhatian Addelle. Kini Addelle sepenuhnya menatap ayahnya yang tengah memasuki rumah dengan sebuah tas kantor ditangannya. Raut wajahnya memperlihatkan dirinya tengah dalam suasana hati yang senang. Melihat Addelle yang tadinya menonton televisi berubah menjadi menatap tajam padanya, lantas membuat Troy mau tidak mau berjalan kearah Addelle.

"Apa itu tatapan yang pantas untuk Ayahmu?"

"Dan apa menabrak orang dan tidak bertanggung jawab pantas dilakukan oleh seorang pemilik perusahaan terkenal seperti Anda?" tanya Addelle gak kalah dingin membuat Troy membulatkan matanya terkejut.

"Ap..a..apa maksudmu?" tanya Troy terbata-bata.

Addelle tersenyum miring. Dia beranjak dari duduknya dan berdiri dihadapan ayahnya yang dulu sangat dibanggakannya itu sambil melipat tangan didepan dadanya.

"Gue udah tahu. Lo semalam habis nabrak Nita kan, tuan Troy Harold?"

Troy semakin terkejut. Namun ekspresinya berubah menjadi marah setelah mengetahui apa yang terjadi sekarang. Rahangnya mengeras seketika. "Dia yang bilang gitu ke kamu?"

"Gue gak nyangka." bukannya menjawab, malah mengucapkan sesuatu yang tidak dimengerti troy. "Gue rasa—kalian udah berubah. Kalian memang bukan keluarga gue yang dulu lagi."

PLAKK!!

"Kau bilang apa?!" murka Troy.

"Lalu apa?! " tantang Addelle. "Kalian semua udah berubah! Semua kebahagiaan gue, kalian ambil! Semua keputusan gue, kalian tentang! Semua hal yang pengen gue lakuin, kalian tolak! Tapi kali ini gue gak bisa! Gue tertekan, apa kalian tahu?!"

Addelle tidak peduli dirinya mendapatkan tamparan yang jujur saja menyakitinya secara fisik dan hati lagi. Troy terdiam mendengar bentakan itu. Putrinya tertekan? Itu tidak mungkin! Tatapan tajam kini tergantikan dengan tatapan hangat dan rasa bersalah. Troy tahu selama ini, dirinya bukanlah ayah yang baik bagi Addelle. Namun dirinya masih mengingat keputusannya. ini semua demi kepentingan keluarganya, nama baiknya juga perusahaan, dan terutama putrinya itu sendiri.

Addelle tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya sekarang. Semua keluhannya selama ini akhirnya terkeluarkan. Kakinya bergerak menjauhi ayahnya yang masih menatapnya dengan tatapan yang sekarang lagi tidak dibutuhkannya sekarang.

"Addelle.."

"Jangan panggil gue. Biarkan gue tenangin diri dulu. Gue malas ketemu kalian."

Troy hanya bisa pasrah sekarang. Dia membiarkan putrinya itu menjauh dan pergi dari hadapannya dengan perasaan kecewa. Tangannya terkepal seiring dengan punggung Addelle yang makin menghilang dari hadapannya.

Lihat saja apa yang bisa ku lakuin pada kalian. Apapun yang akan terjadi, aku tidak peduli!

Tbc.

Jgn lupa divomment kalau suka, wkwk.

Btw, kalau misal author jadi jarang up, mohon maklumin aja. Soalnya lagi banyak ujian wkwk.

Thx.

Girl Who Was Hurt[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang