~19~

6 1 0
                                    

"Jadi sebenarnya apa Gis?" tanya Sasa yang juga penasaran sama sepertiku.

"Gue kan lumayan dekat juga sama salah satu teman dekatnya kak Marie. Gue pernah dikasih tahu kalau kak Marie itu banyak kerjaan. Dia itu sering kali stress dan sedih gak tahu napa. Nah menurut gue pribadi, mungkin dia gak masuk sekolah karena emang gak mau sekolah lagi."

"Kok lo bisa seyakin itu si?" ragu Sasa.

Gisry hanya mengendikkan bahunya. "Ini kan opini gue."

Suara pintu terbuka menarik perhatian kami bertiga. Zifo berjalan kearah kami dengan menenteng sekantong plastik besar. "Gue udah tepatin janji gue kan?" tanyanya entah pada siapa.

"Udah dong," jawab Sasa sambil mengacung kedua jempolnya. Gisry membuka salah satu snack dan memakannya.

"Kak.."

Alu menoleh kearah Zifo. Memang, tante Linda pernah menjitak kepalanya karena memanggilku tanpa embel-embel 'kak'.

"Kakak sakit?"

Aku lantas menggeleng. Walau kepalaku agak berdenyut sedikit. Zifo sepertinya tidak mempercayaiku, buktinya dia masih menatapku. Aku memalingkan wajahku dan mengambil salah satu snack disana.

"Kak, kalau mau kemana-mana bilang sama gue. Gue bisa antarin lo."

Aku menatap Zifo sambil mengangguk. Walau aku merasa ada yang aneh dengannya. Makin hari makin perhatian. Lama-lama membuatku bergidik. Apakah ada maksud terselubung? Setelah mengatakan itu, Zifo keluar lagi dari toko.

"Zifo, makin hari makin sibuk?" tanyaku pada Gisry dan Sasa.

"Katanya si ada tugas kelompok. Jangan dia, gue sama Gisry juga banyak tugas kelompok," jawab Sasa.

Aku teringat lupa membeli sebuah barang. "Gue keluar dulu ya, sebentar aja kok."

Aku pergi setelah melihat mereka menganggukkan kepala. Aku masuk kedalam sebuah minimarket yang pernah menjadi tempat kerjaku. Aku membeli pelengkapan mandi. Setelah itu membayarnya dikasir. Disaat keluar, aku terlebih dahulu menoleh kekanan dan kiri. Setelah memastikan tidak ada kendaraan, aku pun menyebrangnya.

Brakkkk

Sakit. Penglihatanku kabur seketika. Aku tidak dapat melihat dengan jelas. Hingga aku kehilangan kesadaranku. Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.

****

"Sudah bangun?" suara yang tidak pernah kudengar menyapaku ketika kedua mataku terbuka dengan perlahan. Aku menatap orang yang tadi berbicara padaku.

"Maaf?"

"Kamu ada dirumah sakit. Lukamu tidak begitu parah, hanya saja kakimu mungkin tidak dapat digerakkan beberapa hari."

Kilatan ingatan itu membuatku teringat sesuatu. "Sudah berapa hari aku tidak sadar, dok?"

"Dua hari. Kami sempat menelepon ke nomor yang terakhir kali kamu hubungi."

"Nita?" tanyaku ketika mengingat alu sempat menelepon Nita waktu itu.

"Ya. Namun dia menyarankan kami untuk menelepon keluargamu saja. Keluargamu tidak dapat dihubungi."

"Tante Linda?" entah kenapa, aku spontan menyebut tante Linda.

"Dia sempat mengangkatnya. Dia juga sudah mengurus administrasinya setelah itu pergi lagi."

Bagaimana perasaanku? Aku merasa kecewa saat mendengar tidak ada yang menjengukku. Apa mereka sesibuk itu? Bola mataku membulat. Aku baru saja ingat jika hubunganku dengan keluargaku sudah renggang. Walau begitu aku juga ingin sekali dijenguk mereka. Aku rindu saat kecil. Ketika aku sakit, mereka pasti menjengukku. Ayah yang mencium keningku dan mengatakan cepat sembuh. Ibu yang selalu datang memelukku dan menyuapi makanan juga obat. Dan Marie yang selalu menemaniku bermain agar aku cepat sembuh juga memelukku disaat aku dingin.

Aku merindukan hal-hal itu. Aku merindukan masa kecilku. Masa dimana aku tidak tahu apapun. Aku tidak mengenal teman. Aku juga tidak mengenal drama hidup. Tanpa sadar air mataku keluar. Katakanlah aku tidak tahu malu. Tapi aku sangat ingin dijenguk. Mereka tidak pernah lagi memerhatikanku. Aku juga butuh kasih sayang. Aku juga butuh perhatian dari mereka. Aku juga butuh! Aku juga butuh! Aku merasa terbuang! Anak terbuang!

Apa yang salah dari ku? Apa salah ku? Salah dimana? Aku akan memperbaikinya agar hubungan kita tidak renggang. Aku...ingin sekali memeluk kalian.

Didalam kamar ini, telingaku dapat menangkap jelas suara isak tangis yang semakin lama semakin kuat. Aku tidak tahan dengan keadaan ini. Bahkan aku juga tidak sadar kapan aku kembali tertidur.

Maafkan aku. Tolong maafkan aku.

Tbc.

Jgn lupa divote kalau suka

Thx.

Girl Who Was Hurt[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang