Jika tidak tahu masalahnya
Jangan sok-sokan menasehati
Tidak ada guna.
Bukannya terlihat peduli
Malah terlihat Mencampuri
Urusan orang lain****
Riry menyeret Addelle kesebuah tempat makan yang dulunya sering mereka datangi setelah pulang sekolah. Tidak hanya mereka berdua, Riry juga ditemani seseorang yang sudah menjadi sahabatnya setelah insiden itu, Yeni.
"Ngapain lo bawa gue kesini?" tanya Addelle langsung ke intinya begitu duduk disalah satu meja yang dulunya menjadi tempat mereka setiap mereka datang kesana. Riry dan Yeni duduk dihadapan Addelle dengan tatapan yang serius.
"Mau pesan apa? Udah lama loh kalian gak kesini," tanya pemilik warung tersebut ramah.
"Eh ini siapa pula? Seingat bibi, kalian sering berdua aja,"
"Kenalin bi, ini Yeni," ujar Riry memperkenalkan Yeni.
"Owh, jadi mau pesan apa? Tetap sama menunya?" tanya pemilik warung tersebut yang sudah hafal dengan menu mereka berdua.
Addelle dan Riry sontak menatap satu sama lain kemudian mengangguk. Pemilik warung tersebut lantas tersenyum kemudian beralih ke Yeni, "Kalau kamu?"
"Samain aja bi,"
"Ya udah, tunggu dulu ya, bibi buatin," ujarnya ramah kemudian pergi.
"Ngapain bawa gue kesini?" ulang Addelle.
Riry menghela nafas, "Del, lo tau dengan jelas kan kesalahan lo dulu? Lo mau ulangi lagi?"
"Gue gak tau lo lagi bilang apa,"
"Del, walaupun gue gak gitu tahu tentang lo, tapi Riry sering ngebicarain lo ke gue, gue tahu lo ngelakuin itu karena ada tujuannya kan? Dari cerita Riry, gue tahu kalau lo itu orang yang baik," sahut Yeni.
"Bilang aja kalian khawatir ke gue, tapi sayangnya gue gak butuh, gue gak butuh karena gue gak ngelakuin itu, gue juga gak ada tujuan ngelakuin itu,"
"Sudahlah, gue udah capek bilangin ke lo, itu sebabnya persahabatan kita putus, lo emang tidak pernah berubah," kesal Riry.
"Udah gue bilang kan gak guna lo nasehatin dia, dia gak akan denger," ucap Yeni.
"Ini minuman kalian, nanti makanannya sebentar lagi ya," ujar pemilik warung tersebut sambil meletakkan minuman teh obeng mereka diatas meja.
"Gak perlu bi, gue ada urusan, mereka aja yang makan, ini bi," ujar Addelle sambil menyerahkan selembar sepuluh ribu.
"Ya, padahal bibi mau bicara banyak hal sama kalian, kan udah lama gak kayak gini, kalian juga udah lama gak kesini," kecewanya.
"Maaf bi, gue bener-bener ada urusan, maaf ya,"
Addelle merasa tidak enak pada bibi yang sudah dianggapnya sebagai sahabat, terkadang mereka berdua sengaja datang hanya untuk curhat atau bercanda gurau dengan pemilik warung tersebut.
"Ya udah deh, lain kali datang lagi, kan bibi kangen,"
Addelle lantas tersenyum mengangguk kemudian segera pergi untuk menepati janjinya pada seseorang yang sudah lama tidak pernah ditemuinya. Terakhir kali dia mengunjunginya sekitar tiga bulan yang lalu.
****
Tok tok tok
Kriekk
"Haiiii nenekkk," girang Addelle sambil memeluk seseorang yang sudah tua yang selalu menemaninya, mendengar curhatannya, memberi saran, juga menganggapnya sebagai cucunya sendiri.
Jika dipikir-pikir, Addelle seharusnya bersyukur, walaupun kehidupannya tidak semulus itu, tetapi dia memiliki beberapa orang yang masih memedulikannya. Ah, sepertinya dia teringat dengan seseorang yang sudah lama tidak menemuinya.
****
Rumah yang terlihat sederhana juga kecil tersebut dipenuhi suara tawa Addelle dan nenek Weni. Addelle sangat suka bercanda dengan nenek Weni begitu juga sebaliknya sehingga membuat mereka dapat akrab dari dulu sampai saat ini. Addelle juga tidak pernah ragu untuk curhat pada Weni tentang masalah-masalahnya.
Terkadang, Weni ikut larut dalam cerita itu dan tanpa sadar mengeluarkan air mata. Weni tinggal sendirian karena tidak ingin menyusahkan kedua anaknya. Anaknya sempat menawarkan untuk tinggal dirumah yang lebih besar sedikit, tetapi dia menolak. Walaupun begitu, dia tidak kesepian sama sekali, karena setiap malam, cucu angkatnya selalu datang menemaninya.
Walau hanya cucu angkat, tetapi Weni tahu kalau dia adalah anak kesayangan menantunya sehingga diberi nama 'Lyanna'. Yang membuat Weni terkejut, bahkan sifat cucunya sama persis dengan sifat menantunya. Terkadang, Weni merasa mereka memang sudah ditakdirkan menjadi keluarga, tetapi tidak ditakdirkan bersama terlalu lama.
Ponsel Addelle berbunyi membuat perbincangan mereka terhenti. Addelle mengangkat telepon dari Mary kemudian diam-diam tersenyum senang.
"Ada apa?" tanta Weni pada Addelle setelah dia meletakkan kembali ponselnya.
"Gue disuruh nginap disini untuk hari ini, katanya si rumah ada tamu, kebetulan anaknya itu masih kecil, suka lari-lari, mereka juga mengunci pintu-pintu agar anak itu tidak keluar dari rumah," girangnya.
"Ya udah, sana bersihin dulu badan kamu, bajunya ambil aja punya Allya dikamarnya,"
"Oke nek,"
****
"Nekkk, Allya pulang,"
Allya melepaskan sepatunya dan meletakkannya di rak sepatu. Dia melangkahkan kakinya kedapur dan tersentak melihat kehadiran Addelle.
"Hai kakkk, ayo makan," girang Addelle.
"Nginap lagi? Udah diizinin kan?" tanyanya sambil menyuapkan beberapa nasi kemulutnya.
"Udah lah, makanya senang banget," sahut Weni.
"Ah iya, katanya ayah bakal kesini, nek,"
"Iya? Kapan? Udah lama gak kesini? Sama siapa aja dia kesini?"
"Satu-satu lah nek, masih rencana si, mereka belum pasti kapan datangnya, katanya Alsha bakal ikut buat ngebantu kasusnya,"
Weni menghela nafas, sudah dia duga, anaknya datang karena ingin mencari bukti-bukti kematian menantunya. Semenjak kematian menantu kesayangannya, Fedrick menjadi lebih sibuk dengan kasus tersebut. Sebenarnya Weni mengetahui sosok dalangnya, tetapi dia tidak ingin memberitahukannya. Allya yang sadar perubahan ekspresi neneknya langsung mengelus punggungnya dengan sayang.
"Nek, ayah tidak maksud begitu, buktinya mereka selalu merayakan tahun baru disini kan? Mereka juga mengunjungi nenek setiap tiga bulan sekali," hibur Allya.
"Bener yang dibilang kak Allya, mereka aslinya sayang dengan nenek," timpal Addelle.
"Iya-iya nenek tau kok," ujarnya sambil tersenyum.
Tbc.
See you next chapter,
Jgn lupa divomment y,
Thx.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Who Was Hurt[COMPLETED]
Teen FictionLuka yang kalian berikan padaku. Luka yang kalian buat, tidak peduli apakah luka lamaku sudah sembuh atau belum. Apakah aku melakukan kesalahan? Kesalahan apa itu sampai kalian membenciku? Tidak peduli seberapa benci kalian pada gue, gue tetap meny...