Troy bingung dengan Addelle yang tiba-tiba saja bangun lebih awal dari biasanya. Ditambah wajah Addelle yang tampaknya tidak ingin lagi melihatnya. Tentu perubahan Addelle yang mendadak ini tiba-tiba saja membuat Troy seolah hanya orang asing bagi,putrinya. Walau begitu, dia tetap harus bertahan dengan sikapnya ini. Dia ingin Addelle mengerti jika dirinya tidak ingin dibantah, apalagi jika demi keselamatan keluarganya. Addelle sadar sedaritadi dirinya ditatap bingung oleh ayahnya, namun dia tetap mempertahankan cueknya. Baginya tidak ada gunanya lagi. Jika dia tetap diam, maka dia akan lebih menderita.
Setelah menghabiskan sarapannya, dia lantas meninggalkan meja makan tersebut tanpa pamit. Carla menoleh kearah suaminya dengan tatapan bingung. Troy hanya bisa mengangguk saja mengisyaratkan semuanya baik-baik saja.
Hari ini, entah kenapa Addelle tidak begitu semangat menjalani hari. Disaat dirinya bersiap-siap, sebuah pesan masuk dari Farir membuatnya langsung tidak bersemangat. Farir tidak bisa menjemputnya karena ada sesuatu yang mendadak terjadi didalam rumahnya. Untuk itu, hari ini Addelle memutuskan untuk memakai taxi. Mobilnya? Dirinya disarankan Farir untuk membuang mobil tersebut. Tentu dia mengikuti saran Farir. Dia juga tidak ingin lagi diejek hanya karena mobil itu. Padahal mobil itu sangat bermakna baginya.
Taxi yang ditumpanginya melesat cepat hingga hanya membutuhkan lima belas menit untuk sampai disekolah. Dia keluar dari taxi setelah membayarnya. Para siswa yang kebetulan masuk melalui gerbang menatap bingung padanya, karena memang biasanya dia diantar oleh Farir. Kedekatannya dengan Farir juga sudah diketahui oleh semua murid disekolah itu.
Ada yang mendukung dan ada yang tidak terima. Karena itu, tidak heran lagi jika meja Addelle terkadang dibuat kotor dengan sampah-sampah berserakan yang sengaja diletakkan disana. Addelle berjalan santai ke kelasnya sambil bersenandung pelan.
"LO JANGAN HINA ADDELLE?!"
Teriakan dari kelasnya itu membuatnya terkejut. Dia segera berlari kedalam kelas dan terkejut dimana Nita tengah dipegang oleh kedua teman Hazy. Addelle segera menahan tangan Hazy yang akan menampar Nita jika dia terlambat mencegahnya. Addelle mendorong Hazy kasar sehingga membuat Hazy kehilangan keseimbangan dan jatuh. Sontak kedua teman Hazy melepaskan Nita dan segera membantu Hazy untuk berdiri.
"Lo! Berani-beraninya lo," geram Hazy. Dia melangkah marah hendak memberikan balasan pada Addelle namun dicegah kedua temannya.
"Haz.. Kita pergi aja. Udah bel tuh."
Hazy mengatur emosinya. Tatapan tajamnya masih dilayangkannya pada Addelle yabg menatapnya tak kalah tajam. Dia menunjuk tepat didepan mata Addelle. "Gue peringatin lo! Kalau lo masih tetap ngebela jalang dibelakang lo, gue doain lo menyesal dan men.de.ri.ta."
Hazy melangkah keluar disusuli kedua temannya dibelakang. Addelle menoleh kearah Nita yang menundukkan kepalanya.
"Kenapa lagi?" tanya Addelle.
"Gue.. Gue cuman.. Pengen ngebela lo. Gue gak sangka mereka bakal marah kayak gini. Gue gak pengen ngedengar mereka ngehina lo didepan gue. Gue gak tahan."
Addelle tersenyum. Dia memeluk sahabat satu-satunya yang begitu menyayanginya. "Gue bersyukur tuhan ngirim sahabat yang baik kayak lo."
"Gue juga."
Mereka melepaskan pelukan mereka lalu tertawa bersama-sama. Beberapa siswi yang memang sedaritadi berada dikelas melirik sinis sepasang sahabat yang tengah tertawa bersama itu.
****
"Del, lo sama Farir udah seberapa dekat?" tanya Nita begitu kelasnya sudah sepi dan hanya tersisa mereka berdua.
Addelle tersenyum. "Mau tahu atau mau tahu banget?"
"Issh, gue penasaran. Farir kayak serius gitu sama lo."
Addelle tidak ingin membalas. Dia memalingkan mukanya. Dia yakin wajahnya sudah memerah. Nita terkekeh dengan reaksi Addelle.
"Eh, gue lupa, bukannya Aldi biasanya datang kesini buat kekantin bareng lo?"
Pertanyaan Addelle membuat Nita menghentikan senyumnya. Air matanya lolos begitu saja namun dirinya masih berusaha tersenyum.
"Kita udah putus,Del"
Addelle terkejut. Dia tidak menyangka mereka akan putus. "Emang ada masalah apa? Kok bisa putus?"
Nita menggeleng seraya menghapus air matanya yang tidak ingin berhenti mengalir. "Gue gak tahu," jawabnya serak.
Addelle memeluk sahabatnya, menenangkan sahabatnya agar tidak terlalu bersedih.
"Del, gue salah apa? Waktu itu, Aldi bawa gue ke kelas. Pas itu, kelas emang lagi sepi. Dia tiba-tiba aja bilang putus ke gue. Gue harus apa? Gue cuman bisa nerima kalau dia lebih memilih Marie dibanding gue."
Addelle terkejut, tidak menyangka alasan Aldi putus dengan Nita karena kakaknya. Apa kakaknya memang ingin merebut kebahagiaan orang? Bukan hanya kebahagiaannya saja yang direbut, bahkan sekarang dia merebut pacar Nita.
"Del, lo janji ke gue, jangan ngamuk ke kakak lo. Gue gak ingin lihat lo berantam ama dia karena gue," mohonnya. Addelle mengangguk. Dia mengelus kepala Nita sambil tersenyum.
"Masih ada gue, lo gak akan kesepian kok karena gak ada pacar," hibur Addelle membuat Nita tertawa.
"Gue tahu itu," kekeh Nita.
Tbc.
Jgn lupa divomment ya,
Thx.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Who Was Hurt[COMPLETED]
Teen FictionLuka yang kalian berikan padaku. Luka yang kalian buat, tidak peduli apakah luka lamaku sudah sembuh atau belum. Apakah aku melakukan kesalahan? Kesalahan apa itu sampai kalian membenciku? Tidak peduli seberapa benci kalian pada gue, gue tetap meny...