Aksioma #10

80.5K 7.5K 971
                                    


AKAS
Gue baru saja memarkirkan motor di lahan parkir khusus siswa. Setelah merapikan rambut yang rusak karena helm sambil bercermin di kaca spion, gue segera turun dari motor. Dan, untung gue nggak mengumpat atau tiba-tiba melakukan gerakan memukul, karena melihat Dania berdiri di hadapan gue dengan tiba-tiba sambil membawa kotak bekal di tangannya.

"Buat lo," ujarnya sembari mengangsurkan kotak bekal itu ke hadapan gue.

Gue menatap tangannya dan segera membuang napas gerah. Dania nggak main-main dengan rencananya yang bilang bahwa dia akan bilang yang sebenarnya pada Davin? "Lo kasih Davin aja."

Dania menarik tangan gue, menyimpan kotak bekal itu di telapak tangan gue dengan paksa. "Gue bilang, buat lo!" Setelah itu dia pergi.

Gue membuka isi kotak tersebut, ada dua tumpuk roti isi. Entah memang karena ini jiwa Bambang untuk Adam yang seperti Garda ceritakan atau apa pun itu, gue mendadak ingat Pandu. Gue melangkah tergesa melewati koridor sekolah, melewati beberapa adik kelas yang menatap gue sambil senyum-senyum. Hal yang biasa memang, tapi entah kenapa perasaan gue tiba-tiba nggak enak saat melihat beberapa anak cowok juga melakukan hal yang sama.

Gue masuk ke kelas, disambut tawa yang riuh dari seisi kelas. Pandu yang tawanya paling kencang segera menjemput kedatangan gue, merangkul pundak dan menyuruh gue duduk.

"Ada apaan?" tanya gue bingung.

"Buka IG, dong," suruh Garda, sementara Pandu sudah lebih dulu tertarik pada kotak bekal di tangan gue dan mengambilnya.

"Buat gue ya, Kas?" tanya Pandu basa-basi, karena sebelum gue menyetujuinya, dia sudah membuka kotak bekalnya lebih dulu.

Gue mengangguk tak acuh sembari memperhatikan layar ponsel. Hal pertama yang gue lihat saat membuka time line adalah akun Halal Ketawa yang mengunggah foto gue. Gue ingat, foto itu diambil saat rapat OSIS yang diadakan di aula. Sebenarnya nggak ada tingkah gue yang aneh di sana, hanya kebetulan kamera menangkap pose gue sedang membuka mulut lebar-lebar dan mata yang sedikit terpejam kayak orang mabuk.

"Sialan, sialan," umpat gue dengan suara pelan sembari iseng melihat kolom komentar.

@windasopianti YANG BEGINI AIB? APAAN? TETEP GANTENG INI MAH!
@Fergienindiya Macam apa pun, Ketua OSIS-ku paling tampan.
@salshaazahra Sumpahin yang punya akun biar jatuh dari tangga.
@Femmy Bakar orang di balik akun ini!
@nitzana Hai, Akas tampan.
@dindaauliana AIB APA? INI COOL!
@trisnaw Yang punya akun akan mendapat ganjarannya.
@nuranggi Liat ini kayak liat jodoh. Uwuwuwuwu.
@dellaoktaviani Yang banyak, dong. Akas lagiiii.
@ditadita Akun sampah.
@mutiarahsl Ini akun caper. Tobat lo tobat.
@nitzah Akasssss. Masih bisa ganteng dalam pose begini? Why?
@elyatatiana Yang punya akun cepet mati. Aamiin.

Dari dua ratusan komentar, gue belum menemukan komentar negatif selain sumpah serapah untuk pemilik akun. Mungkin ini yang orang namakan kutukan aura positif.

"Dan pindahlah semua semua haters Ayu Tingting ke akun ini ketika foto Akas yang diposting," gumam Pandu yang telah selesai makan sepotong roti dari kotak bekal yang gue bawa. Sekarang dia sedang memainkan ponselnya. "Sialan, ya. Sekalinya Akas, komennya positif semua."

"Lo ngeluarin di dalem, Kas?" tanya Garda, sok polos.

"Si bego!" Davin yang tadi ikut makan roti tiba-tiba terbatuk, wajahnya memerah, dan sekarang dia sibuk membuka tas.

"Lho, kan Pandu bilang harus begitu, biar positif." Garda menepuk-nepuk punggung Davin, sementara Davin sibuk meminum air dari botol yang ditemukannya di tas.

AksiomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang