SHAFAY
"AKUN ig ini nge-follow anak satu sekolah, deh, kayaknya," ujar Laras seraya memperlihatkan layar ponselnya padaku dan Fadia.Sebuah akun instagram bernama @halalketawa membuat geger siswa satu sekolah sejak liburan akhir semester kemarin. Akun itu mencari perhatian dengan mem-follow akun semua siswa dan memposting foto-foto dan video aib cowok-cowok ganteng di sekolah. Benar-benar akun kurang kerjaan.
"Gue yakin, sih, orang di balik akun ini cowok." Fadia merebut ponsel Laras. "Ini orang ngiri sama Cowok-cowok Most Wanted di sekolah."
Aku mengangguk. "Atau mungkin akun itu sengaja dibikin supaya semua cewek ilfeel sama cowok-cowok itu. Kasian juga, sih, yang udah keposting di situ." Aku meringis membayangkan foto Kak Bara yang sedang mangap hampir ngiler ketiduran di ruang OSIS, juga Kak Aryan yang lagi ngupil diam-diam di koridor kelas XII, belum lagi Riswan yang tiba-tiba saja kesan gantengnya luntur saat videonya yang sedang bersihin gigi pakai kuku di kantin tersebar, dan yang paling parah ....
"Yang sialnya paling melekat di kepala gue adalah ketika lihat video Kak Sakti yang tampan dan gagah berani lagi galer di-" ucapan Laras terhenti karena Fadia mendorong keningnya.
"Si bego!" umpat Fadia. "Berisik! Galer, galer! Lo mau bantu garukin?"
Aku tertawa, sedangkan Laras segera menangkup kedua matanya. "Mata gue mendadak perih kalau inget itu. Astaga."
"Dan setelah liat video itu lo masih berada di jajaran fans nggak tahu dirinya Kak Sakti?" tanyaku pada Laras dengan tatapan jijik.
"Kalau dia minta tolong ke gue buat bantu garukin, sih, ya...." Laras cengar-cengir.
"Ini bego lo udah nyampe pankreas belum, sih?" Fadia kelihatan gemas dan tawaku meledak.
"Udah, ah. Kantin, yuk!" Aku berdiri dari bangku, dua tanganku menarik tangan Laras dan Fadia. Makin lama membicarakan postingan akun itu, bisa-bisa niat sarapan pagiku hilang.
"Belum sarapan emang?" tanya Laras sambil mengikutiku yang kini melangkah mundur, karena aku masih menghadap pada dua temanku itu.
"Apa yang bisa gue harapkan di rumah? Ayah bikin roti panggang yang gosong atau Bang Sultan masak mie instan yang kuahnya kayak air di Kali Angke?" tanyaku sarkastik.
Setelah melihat Laras dan Fadia tertawa, dengan cepat aku membalikkan tubuh karena merasa sudah sampai di batas pintu keluar. Namun, langkahku terhenti otomatis dan dua telapak tangan kusimpan sejajar bahu. Kaget. Aku melihat Akas hendak masuk ke kelas dan langkahnya terhenti di luar pintu karena-mungkin-nggak mau bertabrakan denganku.
Aku memutuskan untuk mengambil satu langkah ke kanan, bermaksud memberinya ruang agar dia bisa masuk. Namun, Akas melakukan hal yang sama, sehingga kami kembali berhadapan. Selanjutnya, dengan cepat aku mengambil satu langkah ke kiri, dan sialnya Akas juga melakukannya. Begitu terus, sampai Fadia menangkap pundakku.
"Kamunya diem, dong, dungu," bisik Fadia padaku. "Kasih dia jalan buat masuk," lanjutnya kemudian.
"Silakan, Kas." Laras mengarahkan tangannya ke dalam kelas, mempersilakan Akas masuk.
Akas melewati kami, tanpa suara. Selalu. Tanpa suara. Berasa buang-buang tenaga banget kalau bicara sama orang nggak penting kayak kita gini kali, ya. Iya, sih, dia ketua OSIS, ganteng lagi, wajar saja mau berlagak cool. Kayak kebanyakan orang bilang, ORANG GANTENG MAH BEBASSS!
Kenapa jadi sewot, Fay?
Dan ketika Akas sudah menjauh, aku mendengar kedua temanku membuang napas lega. "Lo yang hadep-hadepan sama Akas kok ya gue yang deg-degan." Fadia memegang dadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aksioma
Dla nastolatków-Shafay Nataya- Akas? Cowok yang mirip patung itu? Nggak pernah senyum dia. Nggak ngerti, deh. Mungkin kalau dia senyum, mukanya bakal retak-retak kayak tanah musim kemarau nggak kesiram air. Suka bikin orang yang ngajak dia ngobrol salah tingkah. S...