Aksioma #24

65.7K 6.3K 1.2K
                                    

Part selanjutnya adalah part ending di wattpad yeeaaaa. Habis itu, kita vote cover yaaa. Terus buka PO xD

PO dibuka Minggu tanggal 27 juni 2021
Semangattt tandain tanggal xD
***







SHAFAY
"Gue duluan mau ke toilet dulu," ujar Laras. "Bawain tas gue. Nanti gue tunggu di gerbang depan." Dia memberikan tasnya padaku sebelum berlari ke luar kelas.

Aku menggendong tas, lalu keluar dari bangku sambil memeluk tas Laras untuk menunggu Fadia yang masih membereskan alat tulisnya.

"Mau beli minum dulu nggak? Gue haus, nih," ujar Fadia yang kini sudah menggendong tasnya.

"Boleh," jawabku sambil melirik Pandu yang masih menelungkup di atas meja sementara temen-teman yang lain sudah berlarian ke luar kelas.

"Kenapa?" tanya Fadia.

Aku menggeleng. "Nggak."

"Pandu, ya?" terka Fadia. "Udah kayak anak ayam kehilangan induk dia," ujarnya seraya tersenyum mencibir ke arah Pandu.

Aku tersenyum, menatap Pandu yang masih belum bergerak, menenggelamkan wajahnya di atas meja. Hari ini, dia sangat pendiam, kelas terasa agak sepi tanpa teriakan dan ocehannya. Sepik-sepik garing andalannya untuk cewek-cewek juga nggak terdengar.

Aku akan menyusul Fadia untuk melangkah ke luar, tapi melihat tingkah Davin dan Garda yang sekarang ke luar kelas lebih dulu tanpa menunggu Pandu, membuatku kembali diam, heran. Pandu masih di bangkunya, sendirian, karena Akas mulai hari ini menjalani hukuman skorsing-nya, sementara Davin dan Garda sudah pergi tanpa mengajaknya. Pada jam istirahat, Garda dan Davin juga ke kantin tanpa Pandu. Seharian ini, mereka seolah-olah mengacuhkan Pandu.

"Ndu!" Aku melihat Reysa menyapa Pandu dengan menggoyang-goyangkan tangannya.

Pandu bergerak malas, dia bangun dan menoleh ke arah Reysa tanpa menyahut.

"Ayo pulang, udah bel juga!" ujar Reysa lagi, dengan wajah ceria seperti biasanya.

Pandu mengangguk pelan, lalu tersenyum. Jika biasanya dia akan kegirangan setengah mati saat Reysa mendekatinya, kali ini tidak, Pandu menjadi pemurung.

"Fay! Ayo!" Fadia memanggilku dari arah luar, membuatku berhenti memperhatikan Pandu.

Aku mengangguk, lalu bergegas menyusul Fadia.

"Gimana sama Kak Yugo?" tanya Fadia tiba-tiba ketika aku sudah berjalan di sampingnya.

"Hah?" Aku menatapnya, bingung, lalu menggeleng. "Nggak gimana-gimana."

"Kan, kemarin jalan."

"Iya, cuma jalan doang."

Fadia mengangguk-angguk. "Entah perasaan gue doang apa memang bener, hari ini lo juga hampir sama murungnya sama Pandu."

Aku mengernyit. "Apa, sih? Random banget."

"Karena Akas, ya?" tanya Fadia. "Karena Akas lagi dihukum?"

Aku mengangkat bahu. "Nggak. Gue biasa aja."

"Fay, lo tahu kan gue nggak pernah maksa lo untuk ninggalin Akas dan pindah ke Kak Yugo?" tanya Fadia. "Kalau memang lo merasa nggak nyambung sama Kak Yugo, nggak usah dipaksain."

Aku tersenyum. "Lo ngerasa gitu?"

Gantian Fadia yang mengangkat bahu. "Gue cuma merasa, ekspresi lo berbeda saat lo menjawab pertanyaan gue tentang Kak Yugo dan Akas."

AksiomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang