Siang harinya......
Liza menghampiri Devaza yang tengah bersantai di taman belakang mansion. Hati dan pikirannya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan.
Ia ingin tidak percaya pada ucapan Arthur. Tapi hatinya menolak, ia sangat berharap tuduhan yang diberikan Arthur hanyalah omong kosong belaka.
Liza duduk disamping Devaza "Dev aku ingin bertanya sesuatu padamu. Kuharap kau jujur padaku" tanya Liza serius.
Devaza mengerutkan keningnya "ya katakanlah akan ku jawab sejujur mungkin."
"Sebulan lagi lembaran hidup baru kita dimulai. Sebelum pernikahan kita berlangsung aku tidak ingin ada kebohongan diantara kita. Jika kau menyembunyikan sesuatu padaku katakanlah Aku akan mencoba mengerti mu dan aku akan sungguh berterima kasih jika kau mau menceritakannya. Apa kau menyembunyikan sesuatu yang besar dariku Dev?" Tanya Liza intens.
Devaza mulai mengerti maksud pembicaraan Liza. Ia berfirasat jika Liza sudah mulai mencurigainya.
"Maaf kan aku sayang aku belum bisa menceritakannya sekarang. Saat pernikahan kita tiba aku akan menceritakan segalanya aku berjanji padamu" batin Devaza.
"Sayang percayalah aku tidak menyembunyikan apa pun darimu. Mengerti?" Jawab Devaza lembut.
Liza mengulas senyum "baiklah aku percaya padamu dan tolong jangan hancurkan kepercayaanku. Maaf jika aku meragukanmu" ucap Liza.
Devaza menarik Liza dalam pelukannya "aku tidak akan membohongi orang yang kucintai, percayalah"
"Tapi kenapa hati ini berkata seolah-olah kau berbohong kepadaku" batin Liza.
"Dan aku sudah mengatakan bahwa aku sangat membenci kebohongan. Jangan salahkan takdir jika nanti aku tau segalanya. Akan ku akhiri kisah ini dengan pergi jauh dimana kau tak lagi bisa menemukanku" batin Liza.
"sayang aku harus pergi sebentar ada pekerjaan penting yang harus kulakukan" ucap Devaza mengurai pelukan.
"Baiklah cepatlah kembali. Aku akan selalu menantimu pulang" ucap Liza.
Devaza mencium kening Liza "Love you, baby"
Devaza menemui tiga sahabatnya di cafe mereka kembali membahas masalah Arthur yang sampai saat ini belum ditemukan.
"Bagaimana apa kalian berhasil menemukan pria licik itu" tanya Devaza.
"Tidak. Dia mematikan seluruh koneksi yang ada padanya sehingga kami sulit menemukannya" ujar Max.
"Kita harus mencarinya jangan sampai dia merusak hari bahagia ku nanti" tegas Devaza.
"orang suruhanku bilang jika Arthur sepertinya masih berada di sekitar sini. Dia bersembunyi seperti orang pengecut" ujar Luwis.
Diseberang meja mereka ternyata ada Arthur dia menyamar dengan menggunakan hodey, kacamata dan masker orang tentu tidak akan mengenalinya.
Arthur tersenyum kecut "aku bukan pengecut. Lihat saja nanti kejutan apa yang akan kuberikan pada kalian terutama kau Devaza" batin Arthur yang menatap kearah Devaza.
Datanglah seseorang yang ditunggu Arthur.
"Maaf anda menunggu lama" ucap pria paruh baya tersebut.
"Tidak masalah tuan Felix apa yang ku perintahkan padamu sudah kau selesaikan?" Ucap Arthur.
"Sudah tuan kupastikan rencana mu akan berjalan dengan lancar" ucap Felix.
Arthur menyusun sebuah rencana, dia menyuruh Felix untuk menyewa jasa Devaza. Dia berniat ingin menjebak Devaza agar rahasia nya terbongkar oleh Liza.
"Kalau begitu pergilah dan jalankan perintahku berikutnya" ujar Arthur dengan senyum liciknya.
Liza dan Tania berjalan-jalan ke mall. Tania baru kembali ke Milan semalam. Dan Devaza juga sudah meminta izin untuk menikahi Liza pada orang tua Liza.
Felix menghampiri Devaza yang duduk disebrang sana.
"Tuan Devaza" ucapnya.
"Siapa kau" ketus Devaza.
"Syukurlah aku bertemu dengan kalian disini. Aku membutuhkan jasa mu untuk...." ucap Felix yang terpotong.
"Kami sudah berhenti melakukan itu lagi jadi.." ucap Vico terjeda saat Devaza mengangkat tangannya menandakan Vico untuk berhenti bicara.
"Lanjutkan" ucap Devaza.
"Aku menyewa jasa kalian untuk menghancurkan pemilik perusahaan furniture milik tuan Chalie Experardo"
"Untuk apa kau mengincar orang yang perusahaannya masih dibawah standar" ucap Max.
"Ya aku berfikir perusaahan itu harus saya hancurkan sebelum melesat sukses akan kubayar berapapun yang kalian minta" ucap Felix
Luwis menatap Devaza "bagaimana menurutmu Dev keputusan berada ditanganmu"
Devaza tampat berfikir "kita akan melakukannya. Tapi ini yang terakhir kalinya" ucap Devaza mantap.
Luwis, Max, Vico hanya menuruti perkataan Devaza. Ia mengatakan jika akan melakukannya dalam dua hari kedepan. Felix menatap kearah Arthur dan tersenyum.
Devaza dkk pergi meninggalkan cafe tersebut. Usahanya mencari Arthur harus dihentikan dulu sampai pekerjaannya selesai.
Liza duduk dikamarnya ditemani Tania.
"Tania menurutmu pilihan yang tepat tidak aku menikah dengan Devaza" tanya Liza.
Tania tampak bingung "menurutku itu pilihan yang tepat memang kenapa?"
"Eh tidak apa-apa" ucap Liza.
Pintu kamar Liza terbuka dan ternyata Ersya yang masuk.
"Mamah ada apa. Apa kau membutuhkan sesuatu?" Tanya Liza.
"tidak sayang mamah hanya ingin mengobrol dengan kalian saja. Ezra sedang keluar bersama temannya"ucap Ersya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I the Owner of You [SUDAH TERBIT]
General Fiction| SUDAH TERBIT -- TERSEDIA JUGA VERSI E-BOOK | Open PO di mulai tanggal 22 Januari 2020 Devaza Hildemaro (24 th) pemilik perusahaan property terbesar di Eropa. Wajah tampan, sikap yang dingin melekat pada dirinya. Namun dibalik pemilik perusahaan di...