Devaza telah sampai terlebih dahulu mereka langsung membereskan dua penjaga yang ada didepan kantor.
Mereka langsung masuk kedalam ruang kerja tn Chalie pemilik perusahaan furniture tersebut.
Tn Chalie tersentak saat ada seseorang yang membuka pintu ruangannya dengan kasar.
Vico dan Luwis langsung memegang tangan Chalie agar tidak kabur. Chalie memberontak.
"Lepaskan aku! mau apa kalian?" Tanyanya masih dengan memberontak.
"Diamlah atau kami akan membunuhmu sekarang" bisik Vico ditelinga Chalie.
Mendengar acaman tersebut tn Chalie langsung diam.
Arthur memarkirkan mobilnya dan mereka langsung menuju ruangan yang telah disiapkannya disana ada Felix yang sedang mengutak atik laptop yang terhubung pada kamera tersembunyi.
Arthur dan Liza duduk dikursi mereka memperhatikan Devaza dari laptop tersebut.
Felix telah menaruh kamera kecil tersembunyi yang dapat merekam secara jelas kegiatan mereka, hanya Arthur dan Felix yang tau dimana mereka menyembunyikan kamera tersebut.
Max sudah mematikan seluruh cctv dan sambungan telepon.
"Tuan Chalie apa kau mau tau tujuan kami datang kemari" tanya Devaza sambil mengeluarkan pistol kebanggaannya.
Devaza sengaja membuat korbanya takut terlebih dahulu sebelum menyerangnya. Ia ingin melihat seberapa takut mereka ketika melihat seorang penjahat kejam yang ditakuti berdiri dihadapannya.
"Kenapa tubuhmu bergetar Chalie. Tenanglah kami akan memperlakukanmu dengan cara yang manis" ujar Max.
"Tolong jangan lakukan ini padaku. Kasihanilah aku. Bagaimana dengan keluargaku jika nanti aku tiada? Kau juga pasti memiliki keluarga bukan termasuk orang yang kau sayangi?" Ucap Chalie dengan rasa ketakutan.
Mendengar perkataannya wajah Liza terlintas dipikirannya. Tapi ia menepisnya dan kembali ke tujuan awalnya.
Diruangan tersebut Liza tidak percaya apa yang dilihatnya sekarang. Sosok Devaza yang baik dihadapannya berubah menjadi sosok mengerikan.
Liza menggelengkan kepalanya "aku tak menyangka kau berani menyerang orang yang tak bersalah. Dimanakah hatimu Dev. Kenapa kau tak gunakan hatimu saat melakukan ini apa kau tak memikirkan keluarga mereka kau jahat Dev!! Aku membencimu!!" ucap Liza.
Arthur tersenyum puas sebentar lagi rencananya akan berhasil.
"Kau banyak bicara pak tua. Kau membuatku marah. Akan kubuat kau meninggalkan dunia ini" teriak Devaza.
Devaza mengarahkan pistolnya didad bagian kiri Chalie dan langsung menembaknya.
DOORR!!!!!!
Dalam hitungan Detik tubuh Chalie jatuh kelantai.
"Tidakkkkkk!!!!!!" Teriak Liza ketika melihat perbuatan Devaza didepan matanya.
Liza menutup mulutnya dan menangis. Arthur menenangkannya.
"Kau lihatlah orang yang begitu kau percayai berani melakukan hal keji dibelakangmu apa kau masih ingin bersamanya?" Tanya Arthur.
Liza mengusap wajahnya "tidak dia tidak pantas mendapatkan cinta tulusku"
"Berdirilah aku akan membawamu menemui Devaza. Kau siap?"
Liza menganggukan kepalanya Arthur mengandeng tangan Liza menuju tempat Devaza berada.
Prokk.....prokk....prokk
Liza menepukkan tangannya mereka semua menoleh dan terkejut melihat keberadaan Liza termasuk Devaza tubuhnya seketika membeku ditempat dan menjatuhkan senjatanya.
"Waww luar biasa Devaza sungguh luar biasa" puji Liza.
"Kenapa kau diam saja Devaza. Lihatlah siapa yang berdiri dihadapanmu katakanlah sesuatu" ujar Arthur.
Max berusaha ingin menghajar Arthur namun tangan Devaza menghentikannya.
"Kenapa kau menghentikanku biarkan aku menghabisi orang sepertinya" teriak Max dan kembali melangkahkan kakinya kearah Arthur.
Liza berdiri didepan Arthur "berhenti kau Max. Jika kau berani mendekat atau menyakiti Arthur aku akan melakukan sesutau yang akan membuat mu menyesal!!" bentak Liza.
Max menghentikan langkahnya. Devaza melihat senyum licik Arthur dibalik tubuh Liza. Perempuan yang dicintainya kini membela pria lain.
"Dan kau Dev terima kasih telah menghancurkan kepercayaan ku. Kenapa kau sembunyikan ini padaku. Kenapa?" Teriak Liza air matanya kembali mengalir.
"ak..kuu" Devaza tak sanggup berkata.
Disana Liza terus berteriak dan marah baru kali ini mereka melihat kemarahan besar dari Liza dirinya yang baik hati bisa merah sebesar ini.
Terjadi pertengkaran suara disana. Max, Luwis, Vico mencoba membantu Devaza namun Liza tak memperdulikan perkataan mereka.
"Aku bisa jelaskan semuanya Liza. Kumohon maaf kan aku" ucap lirih Devaza sambil melangkah mendekati Liza.
"Berhenti mendekat" seketika Devaza menghentikan langkahnya mendengar bentakan dari Liza.
"Aku tidak butuh penjelasanmu. Ayo Arthur kita pergi dari sini" ujar Liza dengan menarik tangan Arthur.
Devaza tak sanggup melihat Liza pergi bersama Arthur ia pun berlari dan mengejar Liza.
"Kau bereskan ini semuanya" perintah Devaza sebelum dia pergi.
Devaza mengetuk pintu mobil Arthur.
"Liza tolong keluarlah dengar kan penjelasanku dulu"
Devaza terus berteriak dan berlari mengikuti mobil Arthur. Arthur dengan sengaja menambah kecepatannya sehingga Devaza tertinggal jauh. Ia pun jatuh kejalan.
"LIZA!!!!" Teriak Devaza di sela tangisnya.
Devaza bangkit dan berlari mengambil mobilnya. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi.
"Kurasa Devaza kehilangan jejak kita"ucap Arthur yang mengurangi kecepatan mobilnya.
Liza hanya diam dia terus menangis.
"Setelah ini kau akan pergi kemana? Kembali ke London?" Tanya Arthur lembut.
Liza menatap kearah samping kirinya "tidak aku akan pulang ke Belgia"
Arthur mengerutkan keningnya "Belgia?"
Liza menoleh ke arah Arthur "tempat keluarga besar ayahku. Devaza tidak akan sampai mencariku kesana Hanya aku dan keluarga ku yang tau dikota mana keluarga ayahku tinggal"
"Kau ingin mengambil penerbangan pagi ini? Kenapa tidak besok saja kau bisa tinggal dimansion ku sampai siang nanti"
"Tidak aku akan mengambil flight pagi ini juga. Bisakah kau mengantarkan ku pulang untuk mengambil pakaianku dan mengantarkanku kebandara" tanya Liza.
"Baiklah dengan senang hati. Aku akan menghubungi anak buahku untuk membuat jalanan macet sehingga Devaza tidak bisa mencegahmu pergi"
Liza tersenyum "terimakasih atas semuanya Arthur. Maaf jika aku sempat meragukanmu."
Arthur membalasnya dengan senyuman. Devaza menghubungi keluarganya, ternyata Liza belum juga kembali.
Arthur memarkirkan mobilnya di pelataran mansion Devaza. Ia menunggu Liza dimobil.
Liza berlari kedalam mansion dengan rasa khawatir Ersya menghampiri Liza.
Ersya ingin menyentuh wajah Liza namun ia melangkah mundur.
"Tolong jangan mendekat" ucap lirih Liza.
"Ada apa nak?" Tanya Ersya bingung.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
I the Owner of You [SUDAH TERBIT]
General Fiction| SUDAH TERBIT -- TERSEDIA JUGA VERSI E-BOOK | Open PO di mulai tanggal 22 Januari 2020 Devaza Hildemaro (24 th) pemilik perusahaan property terbesar di Eropa. Wajah tampan, sikap yang dingin melekat pada dirinya. Namun dibalik pemilik perusahaan di...