20

4.5K 195 2
                                    

Liza tersenyem geli tumben sekali Aiden bersikap romantis seperti ini.

"Yaampun Aiden kau romantis sekali hari ini" ledek Liza kepada Aiden.

Liza mengambil bucket bunga itu dan sekarang terlihat jelas wajah pria itu.

Tubuh Liza seketika mematung melihat seseorang yang tidak ingin dilihatnya sekarang berada tepat didepan matanya.

Liza reflek dan menjatuhkan bucket bunga itu dari tangannya " k..aa..uu" kata Liza dengan terbata.

Pria itu memberikan senyum terbaiknya "Hai!! Kita bertemu lagi setelah sekian lama, honey"

Honey?? Panggilan macam apa lagi itu.

Pertemuan yang terjadi secara mendadak ini membuat Liza kembali mengingat masa lalunya. Masa lalu yang sudah ia kubur dalam-dalam dan akan ia lupakan kini berputar lagi dalam otaknya.

Sekarang pria itu ada dihadapannya rasanya ia ingin memeluknya dan menagis didalam dekapan hangatnya melepaskan rasa rindu yang selama ini menguasai batinnya.

Liza segera menepis pikarannya itu " Tidak Liza! Ingat pria yang sekarang dihadapamu ada seorang penjahat" batin Liza.

Mereka sempat bertatapan tapi Liza segera memalingkan wajahnya. Ia berbalik badan berniat ingin pergi dari hadapannya, tapi Devaza menghadangnya dengan berjalan mendahului Liza.

"Pergi kau dari hadapanku" ketus Liza

Devaza menggeleng "aku tidak akan pergi! aku datang kesini untuk menjemputmu pulang"

Liza tersenyum kecut "menjemputku pulang? bangunlah dari tidurmu Dev! rumahku sekarang di Belgia. Aku sudah bahagia di sini" ucap Liza dengan nada sedikit tinggi.

Perdebatan mereka mengundang mata untuk menyaksikannya. Akhirnya Liza menarik tangan Devaza keluar kantor menuju taman yang berada disamping perusahaan.

Devaza terus mengikuti langkah Liza dan terus tersenyum. Mereka sekarang berada disebuah taman kecil nan indah.

Liza memalingkan badannya berhadapan dengan Devaza "kenapa kau terus tersenyum? Tidak ada yang lucu!" Ucap Liza dengan gaya jutek andalannya.

"Aku merindukan sentuhan ini" ucap Devaza menatap tangan Liza yang memegang erat pergelangan tangannya.

Liza langsung melepaskan cekalannya. Devaza menarik Liza kedalam pelukannya wajah mereka hanya berjarak beberapa centi saja.

Liza berusaha melepaskan rengkuhan dari Devaza tapi Devaza semakin memperkuat rengkuhannya pada pinggul Liza.

"Lepaskan aku!" Kata Liza nafas hangatnya terasa diwajah Devaza ia menikmati deruan nafas Liza dan memejamkan matanya sebentar.

Devaza berbisik di samping telinganya "aku tidak akan melepaskanmu honey, aku dengan senang hati akan memberikan seluruh tubuhku untuk kau sentuh" ucap Devaza dengan nada sensualnya.

Liza mendorong tubuh Devaza dan berhasil melepaskan rengkuhannya yang begitu erat membuat Liza sedikit susah bernafas.

"Untuk apa lagi kau kembali kehidupku, pergilah! kumohon jangan ganggu aku lagi. Aku sudah melupakanmu dan kenangan kita. Aku sudah menguburnya! Luka hatiku belum sembuh, sekarang ditambah lagi kehadiranmu yang menambah lukaku semakin lebar" Jelas Liza ia menahan air matanya agar tak keluar dari matanya.

Ia tidak ingin kembali melemah dan luluh pada ucapan Devaza.

"Bukankah penyembuh semua luka adalah kehadiran orang yang disayangi? Luka sedalam apa pun akan sembuh dengan cepat karena penyembuhnya selalu adakan? Aku datang untuk menyembuhkan lukamu Liza" ucap Devaza yang suaranya sedikit serak dan melemah.

"And time also can heal the wound, right?" Tambahnya.

"Tidak semua luka bisa disembuhkan dengan waktu. Luka ku ini sangat sulit disembuhkan bahkan kurasa tidak akan ada yang bisa menyembuhkannya termasuk dirimu" lirih Liza, ia masih menahan air matanya yang sudah memenuhi kantung matanya yang siap untuk mengalir jika Liza tak menahannya.

"Kumohon Liza jangan katakan seperti itu. Maafkan aku Liza. Mari kita mulai lagi kisah cinta ini dari awal" bujuk Devaza pada Liza.

"Maaf! aku tidak bisa hidup di cinta yang menyakitkan seperti ini lagi. Sekarang kita seperti dua orang yang berbeda, terpisah jarak meski berdekatan. Cinta kita telah berakhir sejak lima minggu yang lalu, jadi untuk apa lagi dilanjutkan jika untuk  memupuk luka yang lebih banyak lagi?"

air mata Devaza lolos begitu saja dari matanya setelah mendengarkan ucapan Liza. Perkataannya bagaikan sebuah pisau tajam yang tepat ditancapkannya di hatinya.

Sakit? tentu yang sekarang dirasakan Devaza tapi ia tak menyerah untuk mendapatkan kembali cinta nya itu.

"Katakanlah apa yang harus kulakukan supaya kamu memaafkanku? Kau pantas mendapatkan banyak hal yang berharga, karena dirimu memang cukup berharga untuk mendapatkannya. Kau begitu menguasai hatiku Liza"

"Kau sungguh akan melakukan apapun agar aku memaafkanmu?" Tanya Liza untuk meyakinkan Devaza.

Devaza mengangguk dengan yakin.

"Dengar kan aku baik-baik. Aku menginginkan kau pergi dari hidupku dan lupakan aku" Liza memajukan tubuhnya dan berbisik ditelinga Devaza.

Devaza menggeleng "tidak! Aku tidak bisa melakukan itu. Aku akan memberikan yang kau inginkan. Tubuhku, jiwaku, nyawa, hatiku, cintaku, semua yang kumiliki yang kau minta pasti kuberi. Tapi kumohon jangan usir aku dari hidupmu" Devaza memohon kepada Liza ia bertekuk lutut dihadapannya.

"Tapi aku hanya menginginkan itu, aku tidak ingin yang lain. Kalau kau menginginkan maaf ku lakukanlah permintaanku itu dan aku akan senang hati memaafkanmu" ucap Liza.

Liza membalikkan tubuhnya berniat untuk pergi namun tangannya ada yang menahan. Ternyata itu Devaza yang masih memohon kepada Liza.

Liza mendengus kesal "berdiri Devaza!" Bentak Liza Devaza tidak bergerak.

"SAYA BILANG BERDIRILAH!!" Liza sudah mulai kehabisan kesabaran.

Akhirnya Devaza berdiri tapi ia tidak melepaskan genggamannya dari tangan Liza.

"Lepaskan tanganmu"

"Tidak aku tidak akan melepaskanmu lagi. TIDAK LAGI!!"

"Lepaskan!! Atau kau tidak akan pernah lagi melihat diriku!" Devaza dengan berat hati melepaskan genggamannya.

Liza berlari meninggalkan Devaza sendiri ditaman yang masih berdiri seperti patung.

"LIZA!! PLEASE DON'T LEAVE ME!!" teriak Devaza.

Ia tidak bisa lagi menahan air matanya. Dari kejauhan Aiden melihat Liza berlari kearahnya karena Aiden berdiri didepan pintu masuk perusahaan.

Liza langsung memeluk Aiden dan terus menangis "hiks....hiks.....dia datang lagi setelah..hiks....setelah aku bisa melupakannya....hiks...." Aiden membelai ramput Liza dan menenangkannya.

Aiden mengurai pelukan dan mengusap lembut pipi Liza "tenanglah Liza aku tau dia datang kesini jauh-jauh hanya untuk meminta maaf  padamu kan?"

Liza mengangguk pelan "yasudah kita pergi dari sini, kita kembalikan suasana hati mu."

Devaza terus memperhatikan mereka ia bingung siapa pria yang berani menyentuh miliknya itu.

To be continued

I the Owner of You [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang