"Tania boleh kutanyakan sesuatu padamu?" Devaza bertanya.
"Ya katakanlah" balas Tania ramah.
Devaza menceritakan perubahan sikap Liza padanya Tania pun baru tau seban Liza tak pernah bercerita padanya.
Devaza meminta bantuan Tania untuk menanyakan hal tersebut padanya karena Tania sudah dianggap seperti kakaknya sendiri.
Tania mengulas senyum "baiklah aku akan menemui Liza" ujar Tania lalu pergi meninggalkan Devaza.
Tania mengetuk pintu namun tak dijawab. Ia pun masuk karena pintu kamarnya tidak dikunci mungkin sudah dibuka kembali saat Devaza pergi dari depan kamarnya.
Tania pun melihat Liza sedang menangis dan menenangkannya.
Tania duduk disamping Liza "Liza why are you crying? tell me I will listen to it"
Liza langsung memeluk Tania ia kembali menenangkan adiknya itu dengan mengusap lembut punggungnya.
Liza mengurai pelukannya, dia menceritakan semuanya tentang Devaza bahwa dialah pelaku penyerangan kepada orang tuanya.
Tania tersentak mendengar cerita Liza ia pun juga marah mengetahui jika Devaza adalah penjahat kejam.
Tania menghapus air mata Liza dengan lembut "lalu apa yang kau ingin lakukan sekarang?" Tanya Tania.
"Aku akan mengukuti rencana Arthur dia akan membawaku melihat perbuatan Devaza malam ini" papar Liza.
"Jika kau sudah mengetahui segalanya apa kau akan meninggalkan nya?"
Liza berdiri "tentu aku akan mengakhiri kisah ini. Aku akan pergi jauh meninggalkan kannya. Aku akan membencinya seumur hidupku"
"Apa kau tak memikirkan bagaimana perasaannya dan keluarga ini yang begitu menyayangimu?"
"Aku menyayangi keluarga ini. Tapi Devaza! apa dia memikirkan perasaanku ketika dia dengan sadisnya ingin membunuh orang tuaku. Apa dia tau apa yang akan ku alami jika hal itu benar-benar terjadi?!" bentak Liza yang mengagetkan Tania
Dia baru melihat Liza begitu marah di hadapannya langsung.
"aku terlalu bodoh yang percaya pada ucapan manisnya itu. Aku sudah memberinya kesempatan untuk dia mengatakan segalanya jika ia menyembunyikan sesuatu kepadaku dan aku akan mencoba mengerti saat itu juga."
Liza berniat jika saat itu Devaza mengakui segalanya dia akan berusaha memaafkannya dan melupakan segalanya.
Tapi tidak untuk sekarang dia bener benar marah dan kecewa kepada Devaza. Tubuh Liza mulai terkulai lemas dengan sigap Tania menahannya dan menyuruhnya duduk ia memberikan minum untul menenangkannya.
"Aku akan selalu mendukungmu. Jika kau ingin pergi setelah tau segalanya aku tidak bisa melarangmu. Aku tau apa yang kau rasakan" ucap Tania dengan mengenggam tangan Liza.
"Aku takkan menceritakan ini pada Devaza bila kau sudah tau segalanya" ucapnya "sekarang kau tenanglah aku akan keluar sebentar"tambahnya.
Tania mencari Devaza dan melihat nya sedang berbincang dengan tiga sahabatnya.
"Dev apa kau sungguh ingin melakukan ini" tanya Max untuk memastikannya karena dia merasa khawatir.
"Iya nanti malam kita berangkat. Kalian menetaplah disini sampai malam hari" ujar Devaza.
Devaza melihat Tania menghampirinya dan dia langsung beranjak dari duduknya menemui Tania.
"bagaimana apa yang Liza katakan?" Tanya Devaza dengan penasaran.
"Liza sedang kurang sehat. Makannya dia seperti itu kau baru mengetahuinya yah?" ujar Tania berbohong dan sedikit tertawa agar Devaza tak curiga.
Devaza tersenyum lega "aku baru tau jika kekasihku itu akan marah jika sedang kurang sehat. Kebiasaan yang unik" Tania tersenyum kikuk.
"Ya jadi kau maklumi saja jika nanti kau sudah menikahinya. Yasudah aku harus pulang ke apartemen banyak yang harus ku urus"
"Baiklah terima kasih atas bantuanmu Tania"
Malam harinya....
Liza keluar kamar dan menemui keluarga Hildemaro yang sedang bersantai di ruang keluarga.
"Sayang kemarilah" ujar Gion
"Apa Devaza telah membicarakan tentang foto preweding kepada mu" tanya Ersya.
Liza hanya menggeleng dan memaksakan senyumnya.
"Aku mengucapkan terima kasih kepada kalian. Kalian begitu menyayangiku maaf kan aku jika nanti aku tidak bisa memenuhi impian kalian untuk menjadi menantu dikeluarga ini" jelas Liza.
"Kenapa kau berkata seperti itu nak, kau pasti akan menjadi menantu kami. Hanya kamu yang kami inginkan" ucap Ersya yang menatap wajah Liza dengan sendu.
"Tapi aku tidak yakin mah. Maaf kan aku" ujar Liza pergi berlari ke kamarnya.
"aku takut suamiku, Liza akan pergi meninggalkan kita" ucap Ersya.
"Tenanglah istriku semuanya akan baik-baik saja itu kan hanya firasatmu saja" ujar Gion yang menenangkan Ersya dalam pelukannya.
Devaza dkk mulai bersiap sebelum pergi ia menemui Liza.
"Sayang aku pergi dulu yah, secepatnya aku akan kembali padamu lagi, ok" ucap Devaza kepada Liza dengan mencium keningnya.
"Aku yang tidak akan pernah kembali lagi padamu!" batin Liza.
Devaza keluar dan pergi menjalankan aksinya. Sebelum pergi dia menemui ibunya di ruang keluarga.
"Kalian ingin pergi kemana, malam-malam begini?" Tanya Ersya karena melihat pakaian mereka yang serba hitam dan rapih.
"Ada pekerjaan yang harus kami selesaikan. Aku titip Liza pada mu jangan izinkan dia keluar rumah untuk malam ini" ucap Devaza dengan nada bicara dingin.
Ersya hanya mengangguk. Mereka pun keluar meninggalkan mansion.
Liza mendapat pesan dari Arthur.
From : Arthur
Cepatlah keluar sekarang aku menunggumu disamping mansion.
Liza bergegas turun namun saat ingin keluar mansion Ersya menghalanginya.
"Kau ingin pergi kemana nak?" Tanya Ersya.
"Aku akan keluar sebentar mah"
"Tidak kau tidak bisa keluar untuk malam ini. Tetaplah di mansion" ujar Ersya tegas.
Liza memikirkan rencana untuk bisa keluar dia tau pasti Devaza yang melakukan ini.
"Ayolah mah Tania sedang sakit dia membutuhkanku sekarang" ujar Liza dengan memasang wajah paniknya.
Melihat wajah Liza yang sedikit panik akhirnya Ersya mengizinkan Liza keluar. Liza berlari menuju mobil Arthur.
"Ayo cepatlah" ujar Liza.
Arthur tampak bingung "wouww nona kau terlihat semangat sekali. Ada apa denganmu?"
Liza melirik ke arah Arthur "nanti saja ku jelaskan. Sekarang cepat lajukan mobilmu atau aku yang mengambil ahli kemudinya"
Arthur pun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
I the Owner of You [SUDAH TERBIT]
General Fiction| SUDAH TERBIT -- TERSEDIA JUGA VERSI E-BOOK | Open PO di mulai tanggal 22 Januari 2020 Devaza Hildemaro (24 th) pemilik perusahaan property terbesar di Eropa. Wajah tampan, sikap yang dingin melekat pada dirinya. Namun dibalik pemilik perusahaan di...