Setelah selesai party barbeque bersama Kakek, Jisoo dan Hanbin pergi ke rumah pohon.
Mereka berdua pergi ke sana dengan menggunakan motor scoopy merah yang sempat mereka pakai tadi, sebab jarak antara rumah kakek dan rumah pohon cukup jauh.
Jam sudah menunjukan 8 malam dan mereka tak memiliki niatan untuk pulang. Mereka terlalu nyaman disana sehingga malas untuk pulang.
Kini Jisoo dan Hanbin tengah duduk di teras rumah pohon dan sama sama tengah menatap langit malam yang memiliki sedikit bintang.
Pikiran mereka berdua bertuju pada satu permasalahan yang sama yaitu permasalahan masa lalu kedua orang tua mereka.
Mereka rasanya tidak percaya jika kedua orang tua mereka memiliki masa lalu seperti itu. Sebab baik Jisoo maupun Hanbin merasa kalau orang tua mereka baik baik saja seolah tidak ada masalah ketika sedang berjumpa.
Hanbin sendiri juga masih bingung pada perasaanya, rasanya masih jalan di tempat dengan segala perasaanya itu. Ya, sama sekali tak ada kemajuan. Sebab kini pun ia dengan Jisoo sudah tak memiliki status hubungan apapun.
Memang benar kata Donghyuk, seharusnya ia tidak memulai kisahnya bersama Jisoo dengan segala kontrak bodoh itu.
"Hanbin, lu tau gak kenapa Papa gua lebih milih Mama gua dibanding Mama lu?" Tanya Jisoo
Hanbin menghembuskan nafasnya pelan. "Hati gaada yang tau Jis, buktinya aja sampai sekarang Papa tetap mertahanin Mama yang egois"
"Maksudnya?"
"Mama seringkali bertindak semaunya tanpa mikirin gimana perasaan Papa" Ujar Hanbin
"Mama itu kalau udah merintahin satu hal,ya harus di turuti. Beliau itu otoriter dan gak suka di bantah" Lanjut Hanbin
Cowok itu mendongak, menatap langit malam. Dan Jisoo di sampingnya itu hanya memperhatikan.
"Tapi, Mama juga menyimpan banyak luka di dalam hatinya yang sama sekali orang lain gak tau. Maka dari itu, gua selalu berpikir dua kali untuk ngebantah perintah beliau" Ujar Hanbin dengan suara pelan
"Dan sekarang gua mulai faham kenapa Papa tetap bertahan sama Mama karena hal apa. Karena beliau tau sisi rapuh Mama, dan beliau bukan pengecut yang ninggalin Mama gitu aja ketika tau kelemahan nya" Kata Hanbin
"Gua juga ngerti kenapa Papa lu bisa se benci itu sama Mama gua, karena Mama itu udah bahayain dua orang yang dia sayang dan wajar aja kalau beliau pengen jauhin anak orang yang mau nyelakain lu itu dari lu. Ya kan?" Hanbin menoleh dengan senyuman tipis namun terkesan dingin nya itu
Kini Jisoo tau, kalau kelemahan Hanbin ada pada Mama nya.
Jisoo sadar kalau ia sudah mulai membandingkan Mama nya dengan Mama cowok itu. Padahal,ia sama sekali tak berhak bertanya seperti itu. Sama saja ia ingin mengatakan kalau Mama Hanbin tak jauh lebih baik dari Mama nya.
Jisoo menyesal.
"Andai aja Mama gua gak jatuh cinta se gitunya sama Papa lu jis, mungkin beliau juga gaakan nyampe hati lakuin hal se bodoh itu" Kata Hanbin
Kenapa pula disaat Jisoo mulai membuka hatinya pada Hanbin, ia malah di hantam oleh kenyataan yang ada dan juga kali ini ia yang menggoreskan luka pada Hanbin.
"Hanbin, bukan gitu maksud gua" Ujar Jisoo, ada sedikit ketakutan di dalam sana
"Lu kenapa se khawatir ini Jis? Bukan nya elu emang gak punya perasaan ke gua? Lalu, apa alasan lu nge khawatirin hal yang kaya gini. Gaakan berpengaruh apa apa kan?"
"Gua belum bisa mastiin perasaan gua" lirih Jisoo
Hanbin memalingkan wajahnya, ia tidak ingin raut kecewa nya dilihat oleh Jisoo. Bagaimapun ia menghindari masalah ini, ia akan tetap menghadapinya nanti.
Dan Hanbin takut kalau ia akan salah mengambil langkah. Sebab,Hanbin sayang Mama nya dan juga Jisoo. Ia tidak ingin melukai salah satunya.
Tapi ia kembali mengingat kembali bagaimana sikap gadis itu padanya.
Hanbin memang cukup kebal menghadapi sikap cuek dan judes Jisoo. Tapi tetap saja, ada kalanya ia merasa tidak percaya diri untuk tetap mempertahankan rasanya pada Jisoo disaat gadis itu acuh kepadanya.
Dan saat tadi Jisoo bertanya hal itu, sesungguhnya itu membuat Hanbin sedikit kesal.
Bisa tidak sih lupakan saja perihal Papa Jisoo yang lebih memilih Mama Jisoo dibandingkan Mama nya dulu?
Mama nya juga perlu banyak waktu untuk menyembuhkan luka nya. Dan Hanbin memang sayang pada Jisoo, Tapi kalau gadis itu tidak bisa menghargai perasaan Mama nya..Hanbin akan kembali memikirkan nya.
Jisoo memainkan jari jarinya di atas punggung tangan Hanbin,gadis itu memanggil nama cowok itu dengan suara pelan.
"Hanbin.."
"Ke dalem yuk jis? Dingin juga nih di luar" Kata Hanbin sembari beralih mengenggam tangan Jisoo.
Hanbin berdiri dan diikuti oleh Jisoo, lalu mereka berdua masuk kedalam rumah pohon nya.
Saat ada di dalam rumah pohon, baik Jisoo maupun Hanbin sama sama diam sambil duduk berhadapan.
Jisoo bangkit dari duduknya dan mengambil salah satu buku dan juga pena dari atas meja yang berada tak jauh darinya itu.
Jisoo duduk di hadapan Hanbin dan membuka buku tersebut. Gadis itu ternyata tengah menunjukan buku diary nya.
"Buku ini hadiah dari nenek gua sebelum meninggal, beliau bilang kalau gua gak punya teman curhat gua bisa nulis di buku ini" Ujar Jisoo
"Lalu? Kenapa lu ngasih buku ini ke gua?" Tanya Hanbin sedikit heran
"Dan nenek juga bilang kalau gua harus isi setengah dari buku ini dan setengahnya lagi harus diisi sama orang yang sayang sama gua. Dan gua kasih buku ini ke lu karena..gua tau kalau lu sayang sama gua" Jelas Jisoo
Hanbin mengambil buku tersebut dan tersenyum simpul. "Perasaan manusia itu gampang berubah Jis, lu harus tetap simpan buku ini tanpa ngasih ke siapapun termasuk ke gua. Karena ke depan nya gaada yang tau kan?"
Jisoo mengerejapkan matanya, merasa kaget karena Hanbin yang berkata seperti itu.
Jadi sekarang Hanbin mulai ragu pada perasaan nya?
●●●
(26oktober2018)
Maaf telat update dan juga pendek banget:'vJangan lupa vote dan komen ya gengseu
Karena tanpa voment kalian, cerita ini gaakan terus berlanjut^^
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Was Your Man [𝐇𝐚𝐧𝐒𝐨𝐨]✓
Fiksi Penggemar[hansoo's: 01][completed:3 Season] Ini adalah kisah Kim Hanbin yang menjadikan Kim Jisoo semestanya, poros hidupnya dan rumah tempat berpulangnya. Berbagai masalah ia lalui bersama gadis itu untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna. ❝You're the righ...