Choice

43 5 0
                                    

Happy Reading:)

Tio berjalan sendiri di lorong sekolah yang saat itu masih sepi, ia selalu datang lebih awal dari pada siswa yang lainnya. Tidak seperti Tyo 5 bulan yang lalu, sifatnya berubah drastis menjadi dingin, pendiam dan penyendiri. Teman temannya pun terkadang ketakutan melihat sifatnya yang tidak seperti tyo dahulu. Ia berjalan menunduk disepanjang jalan, hingga langkahnya terhenti pada sepasang kaki dibalut sepatu hitam pekat di hadapannya.

"Emmm" Melihat sepasang kaki yang menghadangnya, tatapannya langsung mengarah kedepan. "Seon... "

Seon pun hanya tersenyum manis di hadapan Tyo, dengan syal merah menyelimuti lehernya.

" Ada apa? " Tio bertanya dengan wajah keanehan . Walau ia sering memperhatikan seon dari kejauhan sedari dulu, ia tak pernah sekalipun menatap nya sedekat ini. Ia menjadi gugup dan gagal mengkondisikan jantung nya... Ada perasaan menggelitik saat ini yang mungkin aneh baginya.

Seon.. Adik kelas Tio , dia berada di kelas 5 SD. Dia anak pindahan sejak awal semester. Mereka berdua memiliki kesamaan, tidak memiliki teman disekolah nya, yaa karna Tio memang menjadi pendiam dan sangat dingun tak, sementara Seon pun sama halnya lebih banyak diam daripada berbicara, lebih banyak menghabiskan waktu sendiri daripada bergaul dan itu sangat misterius menurut pandangan anak sebaya di sekolah nya.. Namun sifatnya berubah jika ada yang mengganggu nya, pernah sekali dulu ia menampar anak laki laki yang memegang tangannya dengan tiba tiba, ia yang tersentak dengan refleks menampar wajah anak itu. Tak lama suara tangis keluar dari anak laki laki yang ada di hadapannya..... Bisa dibilang ia sedikit tomboy memang, namun wajah nya sangat cantik manis, dengan rambut panjang tergerai melewati bahu.

Sepatah kalimat keluar dari mulut kecilnya.
"tidak... Aku.. hanya ingin berterima kasih karna telah menolongku kemarin"

FLASHBACK ON

Ting.. Ting.. Ting

Bel istirahat berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas menyerang kantin. Tio pun pergi ke kantin, seperti biasanya ia selalu membawa buku komik kesukaannya. Komik itu adalah pemberian ayahnya 2 tahun lalu saat ia berhasil menjadi juara kelas. Jika disekolah, kemanapun ia pergi komik itu selalu dibawa dalam genggamannya. Bagaikan sahabat sejati, mereka berdua selalu melekat. Karena tak ada yang bisa ia lakukan, teman temannya sudah terlanjur menganggapnya aneh setelah kematian ayahnya, dan sekarang bahkan ia jadi sangat pendiam. Tak ada satupun teman nya dulu yang mendekatinya lagi, walau sekedar menghibur, mereka terlalu cuek. Seakan mereka berada di dunia yang berbeda dengan Tio.
"Bibi, aku ingin... " Tio belum selesai mengucap namun telah dipotong

" Jus Mangga kan?sebentar bibi buatkan" tersenyum ramah, memotong ucapan tio, jus mangga kantin memang kesukaannya.

" Tidak bibi, aku ingin alpukat, hemmm" ucapnya tersenyum meledek bibi kantin itu. Bagi yang sudah dekat dengannya, Tio memang dikenal sebagai anak yang pintar, rajin, dan juga ramah, selalu senyum kepada siapapun yang bertemu dengannya. Baginya Tyo yang sekarang pun sama halnya dengan yang dulu, hanya memang lebih tertutup.

" Ahhh Tio, oke deh siap.. Jus alpukat, dengan sedikit gula, dan kental manis yang banyak..... Akan bibi buatkan hehe. Tunggu oke"

"Oke bi " Tio berbalik menuju kursi kosong menunggu pesanan datang, sambil membaca komik kesukaannya. Walaupun telah dibacanya berulang ulang kali, tak pernah ada kata bosan untuk mengulangnya. Ia menatap ke sekeliling kantin, ternyata hari ini lebih ramai dari biasanya.

Risalah TioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang