Merpati Tanda Keabadian

14 3 0
                                    

Happy Reading:)

" kalau begitu, saya pamit dulu. Semoga.... Keadilan akan tahu tempatnya dimana ia seharusnya berada" Han tersenyum kepada pria itu, ia bangkit dari kursi dan mengenakan jaket hitamnya.

"semoga saja begitu. Kebenaran, akan mengalahkan kepalsuan. Terimakasih detektif" mereka berdua berjabat tangan.

Ia beranjak meninggalkan kafe, menaikki motor nya menuju kesebuah tempat. Toko buah lah yang didatangi, ia membeli beberapa buah yang dikemas rapi salam satu keranjang. Ia beranjak dari toko buah tersebut, saat hendak menaikki motornya, ia melihat dari pantulan spionnya yang mengarah pada toko bunga. Ia pun mengunjungi toko tersebut.

"Aku ingin bunga ini satu ikat. Tolong kemas yang rapi ya" tuturnya kepada salah satu penjaga toko.

"Wahh ternyata kamu pandai memilih bunga ya. Untuk pacarmu? Dia pasti sangat senang sekali " tersenyum menggoda.
" Baiklah, akan kukemas dengan rapi" sambungnya.

" Apa membawa buah dan seikat bunga cocok untuk berkunjung kerumah pacar? Aahhhh aku melupakan coklat." ia balik menggoda penjaga toko tersebut.

"Aaa..a..a itu terlihat.... "

" Sangat tidak romantis....Bukankah begitu?" saut Han memotong ucapan penjaga toko itu.

"Ahaha maaf... " Ia tersenyum malu atas pertanyaan nya tadi.

" Juga..... Membawa bunga untuk seorang kekasih itu bukan caraku. Itu yang dilakukan anak muda sepertimu, bukankah begitu? Hem? "

Penjaga toko itu terkejut mendengar perkataan Han. Ia merasa aneh sekaligus penasaran kenapa pria itu berbicara seperti itu.

"Memang..... Jika aku boleh tahu, berapa umurmu?" sambil merangkai dan mengemas bunga.

"Empat Puluh dua. Umurku, empat puluh dua tahun sekarang. Hmmm" berbisik kepada penjaga toko tersebut. Tetapi itu tidaklah benar, ia hanya melebihkannya 10 tahun. Namun begitu, orang yang melihatnya takkan menyangka jika umurnya telah menginjak kepala tiga.

"Hah? "ia tercengang, mulut nya terkunci seketika. Bagaimana bisa dia bahkan tak terlihat tua sedikitpun. Bahkan ia mengira pria itu seumuran dengannya.

" Hei... Hei? Ahh kamu bengong. Bukankah bungaku sudah selesai dikemas? Hah baiklah, aku ambil bunganya. Uangnya kutaruh disini, oke... Terimakasih " ia keluar dari toko tersebut sambil tersenyum kecil.

Risalah TioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang