Detektif

26 3 0
                                    

Happy Reading :)

Matahari telah bertengget tepat diatas. Dan Arini telah kembali dari butiknya dengan rasa bahagia. Semua bisnis butiknya kini berjalan lancar tanpa hambatan, bahkan ia berencana menambah jumlah cabang

" Assalamualaikum.. Aku pulang" Arini terlihat senang, wajar saja karena sudah seminggu ia tak mengunjungi butiknya.

"Wa'alaikumsallam...  Ahh anu... Itu... Ibu " Bi Sukma yang sedari tadi telah menunggu Arini dengan harap harap cemas. Ia sangat terlihat khawatir sehingga bicarapun ia terbata bata.

" Hemm.. Kenapa? Bi, ada apa? " Sambil berjalan menuju kursi. Ia mengambil handphone yang berada di dalam tas nya.
" Loh bibi ini kenapa, wajah bibi....... "

" Ibu Arini jatuh pingsan tadi pagi" Memotong ucapan Arini yang membuatnya berhenti melangkah.

BRAKKKK.... Arini menjatuhkan handphone nya ke lantai. Seketika wajahnya berubah. Ia langsung berlari menuju kamar Arsih, terlihat jelas rasa khawatir dari raut wajahnya. Ia membuka pintu kamar, terlihat Arsih yang lemas tak sadarkan diri di atas kasur. Ia berjalan mendekat.

Bi Sukma pun mengambil handphone Arini yang tergeletak di lantai, ia segera menyusul Arini.

"Apa yang sudah terjadi padanya bi? " Arini terlihat sedih melihat wajah pucat adiknya saat ini. Ia menggenggam tangan arsih dan duduk disebelah nya.

" Ada yang sengaja menaruh apel yang berlumuran darah di depan rumah tadi pagi. Lalu, bibi mendengar ibu berteriak. Saat bibi melihat keluar, ibu sudah jatuh ke lantai. Bibi tak tahu harus bagaimana"

"Kenapa bibi tidak menelpon Arini?...  Arini akan langsung pulang jika tahu ini" tanya nya
"Kenapa ada orang yang berbuat seperti ini. Memang dimana Owi? Sampai sampai ia tak melihat ada orang yang masuk dan menaruh apel itu... Ahh astaga" ucapnya sedikit emosi.

"Bibi pun tadi sudah bertanya. Dia minta maaf atas kejadian ini pada ibu. Ia pergi ke kamar mandi sebentar pada saat itu mungkin penyusup masuk. Itu yang bibi terima dari pengakuannya. Bibi benar benar minta maaf" Bi Sukma menjelaskan. Ia pun merasa bersalah.

Owi adalah seorang satpam baru di rumah ini. Umurnya masih muda dan  pemula itu yang membuat Arini tak tega menyalahkan sepenuhnya kepadanya. Tak ada pilihan selain menjadi satpam, karena ia hidup sebatang kara.

"Ouchh. Sudah kak,  aku baik baik saja" Arsih mulai sadar, ia menggenggam tangan Arini.

Risalah TioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang