Prinsip Seorang Detektif

11 2 0
                                    

Happy reading:)

"Assalamualaikum... Aku pulang"  Tio membuka pintu rumahnya, ia langsung menuju ruang makan seperti biasa karena Arini pasti sudah menunggu.

"Kenapa lama sekali yo, sudah ditunggu loh dari tadi. Kamu tidak tersesat kan?" Tanya Arini.

Wajah Tio tertegun ketika melihat seseorang yang ada di hadapannya sekarang.
"Ibu? " Ucapnya singkat. Ia sedikit terkejut melihat ibunya duduk disebuah kursi meja makan saat ini, langkahnya sampai terhenti.
" Ibu sudah pulang? "

Arsih menatap mata Arini, ia tak mau Tio tahu tentang alasan mengapa dirinya berada disini siang ini.
" Iya.... Emmmm, ibu meninggalkan sesuatu jadi ibu pulang dulu untuk mengambilnya. Ayo makan, taruh dulu tas mu ya"

"Hmm baiklah"Ia berjalan menaikki tangga dengan rasa kecewa dihatinya, ternyata ibunya pulang bukan untuknya.

"Aku tak mau dia tahu. Mungkin setelah ini aku akan pergi keluar, agar dia percaya" sambungnya sambil menyajikan makanan di piring.

"Tapi kamu masih..... "

" Kakak lihat, aku baik baik saja... Aku tak pergi ke kantor, hanya ingin memikirkan siapa yang telah melakukan ini. Kakak tak usah khawatir" memotong ucapan Arini. Semua ini masih menjadi misteri, siapa yang telah melakukan ini semua padanya. Ia ingin mencari tahu.
"Oh iya, adik sudah makan? "

" Huhhh.....  Sudah, dia sedang terlelap tidur" jawab Arini, sambil menenggak segelas air putih.

"Maaf aku terlalu merepotkan kakak untuk anak anakku. Aku tak tahu harus bagaimana lagi. Mungkin akan seperti ini jika aku tak mempunyai kakak" Matanya menatap gelas kosong yang dipegangnya.

"Hmmm baiklah. Lagipula hanya ini yang bisa kakak bantu" Tersenyum tulus pada Arsih, tanda kasih sayang dari seorang kakak kepada adiknya.
"Sekarang kita hanya berdua, ditambah Tio dan Adik. Kita harus bisa menjaga satu sama lain. Saling menguatkan juga mengingatkan"

Di dalam kamar Tio sedang merenung. Ia mengeluarkan merpati putih itu dari sakunya dan menaruhnya didekat aquarium ikan. Ia memandangi sepasang ikan tersebut.

"Seon... Menurutmu, kenapa ibu pulang bukan untukku? Kamu tahu? Hmmm... Benar. Ibuku terlalu sayang pada pekerjaan nya, hingga ibu melupakan aku dan adik. Bagaimana ibu dan ayahmu? Kamu pasti senang memiliki orang yang kamu sayangi selalu menjemput dan mengantarmu setiap hari kesekolah. Terkadang Tio iri kepada teman teman, padamu juga. Kenapa Tio hanya sesaat merasakan hal sesenang itu? Bahkan sekarang hampir tidak pernah... Apa Tio harus berbuat nakal lagi agar Tio bisa diperhatikan? Tapi itu terdengar egois. Menurutmu.... Apa yang harus kulakukan? " ia mencurahkan segala yang ada di benaknya pada temannya. Karena hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini demi menutupi kesedihan nya.

Risalah TioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang