Bagian Puzzle Tersembunyi

5 1 0
                                    

Happy Reading to All :*

Pada hari itu juga, malam itu juga Han menelusuri sebuah petunjuk yang menurutnya ini bisa memberikan sedikit jawaban. Ia pergi ke salah satu kota yang tidak terlalu jauh dari kota Bandung. Karena keterbatasan kendaraan, ia meminjam mobil pribadi Arsih untuk menuju kesana. Baginya kawasan kota itu adalah makanan baginya. Ia menghabiskan masa remaja nya di sana, hingga akhirnya ia menetap di Bandung.

Hari sudah larut malam, ia sudah tiba di depan sebuah bar. Tidak salah lagi, alamat yang ia terima dari Arsih sudah tepat. Sebelumnya ia sempat dilarang oleh Arsih untuk pergi kesana, namun prinsipnya tetap menunjukkan ada sesuatu yang bisa ia dapatkan di sana, akhirnya hati Arsih pun luluh.

Sebuah bar kecil yang tak terlalu ramai, tidak menunjukkan ada yang aneh disini, terlihat seperti tempat pada umumnya. Ia yang memakai pakaian serba hitam itu mulai melangkahkan kakinya memasuki bar, melihat situasi dalam dan sekali lagi. Ini terlihat seperti bar biasa pada umumnya. Aaa tidak tidak, bukan bar, melainkan hanya sebuah cafe kecil. Benaknya mulai berfikir apakah tempat seperti ini benar benar menjual minuman memabukkan itu.

Ia memilih sebuah tempat di sudut ruang, dan memanggil seorang pelayan. Tak ada pekerja lain, sepertinya hanya dia saja, pikirnya.
"Selamat malam... Silakan, anda ingin memesan apa? " tanya pelayan itu dengan sangat ramah. Ia berbadan gemuk berambut klimis, dengan celemek melilit di pinggang nya.

"Apa boleh aku bertanya sesuatu?" jawab Han dengan pelan.

"Ahaha ya tentu saja. Kau ini, ya Silakan, silakan bertanya... Kebetulan, pelanggan sedang sepi. " Dengan suara lantang ia berbicara sangat keras. Han yang melihatnya seperti itu hanya memegang kepalanya tersenyum kecil. Jika dia bersuara seperti itu dalam menjawab, penyelidikan akan gagal.

" Aisshh... Sutt, tolong pelankan suaramu." ucapnya yang sedikit kesal.
"Jika benar tak mengganggu, silakan duduk terlebih dahulu. Rasanya tak nyaman jika aku harus mengadah keatas... "

" Ahaha oke oke, baik... "Sambung nya yang kali ini menuruti permintaan Han. Ia tertawa kecil.

" Jadi begini. Maaf sebelumnya mengganggu waktu mu. Aku hanya ingin bertanya beberapa hal, dan ini tentang kejadian 1 tahun yang lalu... " kali ini Han menatapnya dengan serius untuk memulai pembicaraan yang serius pula. Jika biasanya saat mengintrogasi, seorang detektif membawa sebuah buku kecil. Begitu juga dengan nya. Buku kecil itu sudah menjadi teman menemani tugasnya selama ini.

Suasana wajah yang ceria dan welcome dari pelayan itu tiba tiba berubah 180° dalam hitungan detik setelah Han menjelaskan kedatangan nya. Ia yang baru saja duduk tiba tiba berdiri dan hendak meninggalkan meja itu.

Melihat reaksinya yang menjadi aneh, semakin memperkuat prediksinya ada sesuatu yang ganjal disini, ditempat ini.
"Ada apa? Kau mau kemana? "

"Ada pekerjaan yang harus ku selesaikan. Banyak pelanggan disini yang harus kulayani. Maaf..." ia baru saja hendak melangkahkan kakinya, Han sudah memepetnya kembali.

"Pelanggan yang mana? Satu satunya pelanggan disini hanya aku. Jadi tolonglah, kembali layani pelanggan mu ini... Bukankah itu kewajiban mu sebagai pelayan? " ucapnya dengan sedikit mengejek. Ia hanya tersenyum kecil melihat ekspresi pelayan itu yang menoleh kesemua arah. Berharap ada pelanggan datang yang harus ia layani...

Tiba tiba ia menggebrak meja didepan Han...
" Aku ini pemilik cafe ini. Bukan seorang pelayan. Kau faham? Jadi berhenti menyebutku pelayan. Hah apa apaam itu.. " jawabnya dengan ketus yang terlihat sangan lucu. Ternyata ia bukan orang yang menyeramkam, malah berlaku sebaliknya.
" Baiklah baiklah.. Aku minta maaf, karena.... "

" Karena bersikap tidak sopan, menyebutku seorang pelayan, dan tutur kata yang menyakitkan. Asal kau tahu itu sangat menyakitkan ku.. Huh... " dengan sigap ia memotong ucapan Han.

Risalah TioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang