9. Keluarga Affan

13.3K 1.1K 54
                                    

9

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

9. KELUARGA AFFAN

Sepasang suami-isteri sedang menatap penasaran pada seorang perempuan yang berdiri di depan rumah mereka. Perempuan muda bermata indah dengan senyuman manis terulas dari bibirnya. Sejenak, mereka berdua terdiam karena perempuan itu tiba-tiba saja membawa mereka terhanyut dalam kenangan masa lalu. Saking terkesima, mereka bahkan lupa untuk menyahuti salam yang dia sudah lontarkan berkali-kali.

“Assalamualaikum,” sapa perempuan itu lagi.

Pria bertubuh kurus, berbisik ke wanita yang berdiri di belakang tubuhnya. “Kayaknya kenal deh Mah.”

Nama pria itu adalah Muhammad Zakaria bin Abbasy. Sarungnya terlihat longgar, hampir terjatuh tersungkur ketika melihat perempuan yang tidak dikenal muncul di depan rumah.

Wanita di belakangnya yang tak lain adalah isteri Zakaria balas berbisik, “Iya Pah, kayak pernah liat di mana gituh.” Namanya Latifah Maimunah binti Masyuni. Tudung jilbabnya terlihat miring, tergesa-gesa keluar kamar menuruti panggilan suaminya.

“Apa jangan-jangan warga pindahan Pah? Mau lapor kali?” terka Latifah menepuk punggung Zakaria yang tidak lain adalah salah satu Ketua RT di Kampung Daun.

“Mungkin juga Mah, tapi Cecep nggak kasih laporan ke Papah sama sekali. Kan biasanya tuh anak bakalan heboh kalau ada orang pindahan.” Zakaria terlihat sangsi.

“Assalamualaikum Paman. Assalamualaikum Bibi,” sapa perempuan itu lagi. Dia tertawa kecil karena melihat reaksi Zakaria dan Latifah yang masih berdiri di tempat dan saling berbisik.

Merasa tidak sopan. Zakaria mengancingkan baju kokonya di bagian dada dan berjalan menghampiri. Baru saja dia selesai sholat zuhur. Ketika dia hendak mengganti baju koko dan sarung menjadi kaos singlet dan celana pendek. Zakaria malah mendapati seorang perempuan berdiri di depan pintu yang sengaja dibuka. Zakaria tidak punya pilihan selain membuka lebar pintu dan semua jendela, dua kipas angin andalannya rusak ditendang keponakannya, membuka pintu salah satu cara mengurangi gerah akibat sengatan panas yang melanda Kampung Daun beberapa hari terakhir

“Walaikumsalam,” sahut Zakaria ramah sedangkan Latifah berjalan menguntit di belakangnya. “Ada apa ya Neng? Warga baru ya? Mau lapor? Pindah di mana? Asalnya dari mana?” Langsung memberikan perempuan itu dengan banyak pertanyaan.

“Ya Allah, Paman sama Bibi nggak berubah! Tetap awet muda. Sehat Paman? Sehat Bibi?” tanya perempuan itu senang.

Perkataanya membuat kebingungan Zakaria dan Latifah semakin bertambah. Terutama perempuan itu terlihat sangat familiar di ingatan mereka.

Cinta di Atas Awan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang