21. YANG TERLIHAT DAN YANG TAK TERLIHAT
“Sabria, mencintai Kak Affan.”
Kata-kata itu meluncur dari bibir Sabria sebelum otak Sabria mencegatnya, sebelum logika menghalanginya.
Affan menoleh kaget, merasa tidak yakin dengan apa yang barusan dia dengar. Namun perempuan itu, Sabria Zuhara; balas menatap tanpa keraguan sama sekali. Seakan menyangkal semua persepsi Affan dari tatapan matanya; tanpa kebohongan, hanya kejujuran serta cinta sebagai cerminannya.
“Sudah lama Sabria mencintai Kak Affan, sudah bertahun-tahun Sabria menyimpan rasa. Dan jujur, saat ini Sabria nggak tau apa yang Sabria lakukan ini benar atau enggak. Tapi—” Dia berhenti sejenak, menarik napas dalam seakan mengumpulkan keberaniannya yang tersisa. “Tapi ketika mengetahui Kak Aya melamar Kak Affan! Jujur, hati Sabria sakit, hati Sabria penuh dengan kegelisahan dan hati Sabria menjadi cemburu,” ungkapnya.
Muhammad Affan terdiam, tidak menemukan kata untuk menyela. Baru pertama kali dia melihat Sabria seperti ini. Seakan Affan, baru saja mengenal atau memang ini sisi Sabria yang sebenarnya yang Affan tidak ketahui. Sabria yang pemalu, Sabria yang selalu tersenyum sipu sekarang menjadi wanita dewasa.
Sabria menatap lekat Affan. “Sabria tahu ini mendadak dan membuat Kak Affan kaget tapi Sabria nggak bisa menahannya lagi. Perasaan ini menyiksa Sabria. Jadi maafkan Sabria harus mengatakan ini pada Kak Affan, bahwa selama ini Sabria nggak pernah memposisikan diri Sabria sebagai adik atau sahabat dari adik Kak Affan tapi sebagai wanita yang mencintai Kak Affan dengan tulus.” Suara Sabria goyah. Seakan berusaha mengungkapkan yang dia pedam selama bertahun-tahun.
Muhammad Affan masih terdiam. Terik senja yang menerpa wajahnya tak dia hiraukan. Dan kebisingan orang yang lalu-lalang di pasar ini entah kenapa menjadi terdengar sepi. Dunia Affan, lagi-lagi untuk sekian kali terhenti oleh dua perempuan yang hadir dalam hidupnya.
“Dan ini adalah permintaan pertama dan terakhir kali. Sabria memohon, tolong perhatikanlah hati Sabria. Tolong lihatlah Sabria walaupun hanya sedikit dari waktu Kak Affan, lihat Sabria bukan sebagai teman tapi lihatlah sebagai wanita. Sabria meminta ini karena Kak Affan menjadi satu-satunya pria yang Sabria pinta kepada Tuhan, menjadi imam Sabria untuk di dunia dan juga di akhirat.”
Affan sangat terkejut mendengar pengakuan perasaan Sabria yang secara tiba-tiba. Selama ini, dia tidak pernah memikirkannya atau membayangkan Sabria akan mengungkapkan perasaannya seperti ini.
Sabria; di mata Muhammad Affan sudah dia anggap sebagai keluarga sendiri. Kehadirannya yang membuat Affan terbiasa membuat Affan menciptakan rasa sayang sebagai kakak kepada adik. Dan perasaan Sabria, membuat kesombongan Affan luntur, bahwa Allah lah yang Maha membolak-balikkan hati manusia. Selama ini dia merasa yakin dengan perasaannya, tentang Sabria dan juga tentang Ainaya Mahya.
“Sabria, aku!” Affan akhirnya mampu berkata walaupun suara terdengar sangat canggung.
Sabria mendongak dan menggeleng. Dia memasang wajah dengan ekspresi memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Atas Awan [End]
SpiritualTentang Aya yang menolak lamaran para lelaki sampai dia menemukan teman masa kecilnya bernama Affan untuk dia nikahi. Dan ketika Aya dipertemukan kembali dengan Affan setelah bertahun-tahun berlalu. Affan ternyata masih menyimpan kebencian untuk si...