13. PEREMPUAN SOMBONG DAN LELAKI BODOH
Seperti dalam salah satu adegan drama percintaan romantis, Abidin tidak memperdulikan keselamatannya sendiri, dia melompat ke dalam pelukan Zakaria ketika pintu mobil baru dibuka, melepaskan rindu bertahun-tahun yang dia pendam pada sahabat perjuangan masa mudanya yang telah lama menghilang. Zakaria memeluk erat Abidin, berputar di tempat dan tertawa penuh bahagia.
“MasyaAllah, panjang umur juga lo!” Abidin mencium kening Zakaria. “Lo keliatan masih awet muda.”
“Alhamdulillah. Dan silakan Panggil gue Haji Zaky sekarang,” seru Zakaria juga balas mencium kening Abidin.
“Udah naik haji lo?”
“Udah dong, Alhamdulillah 5 tahun yang lalu,” beritahu Zakaria.
“Barakallah, cita-cita lo bisa liat Ka’bah kecapaian juga, gue turut bahagia,” ucap Abidin penuh haru.
Zakaria menatap penuh sayang pada sahabat yang sudah lama tidak dia lihat, walaupun kerutan-kerutan menggurati wajah serta helaian uban yang tak bisa dikendalikan, namun dia tetap Abidin yang Zakaria kenal. “Lo nggak berubah Bidin, tetap ganteng kayak dulu.”
“Lo juga nggak berubah Zaky, tetap gagah kayak dulu,” balas Abidin juga memuji sembari memeras otot-otot lengan Zakaria yang masih kekar. Sebuah tanda perjuangannya dulu ketika membajak sawah.
“Gue kangen banget sama lo bro! Tiap malam gue selalu nitip doa sama Allah, agar bisa dipertemukan suatu hari dan hari ini doa gue akhirnya dikabulkan.” Zakaria memeluk Abidin lagi dengan erat.
“Gue juga! Di doa sepertiga malam, selalu gue selipkan nama lo untuk disebut. Wahai teman dunia dan akhirat gue! Betapa gue sangat merindukan kebersamaan kita dulu,” sahut Abidin terenyuh dan matanya tampak berkaca-kaca.
Aminah berdeham keras, menarik perhatian Abidin yang menoleh dan segera menangkap delikan mengerikan isterinya.
“Eh gue lupa! Lihat siapa yang gue ajak ke sini Zaky, Aminah dan Ilham. Lo masih ingat, kan? Isteri sama anak gue.” Abidin akhirnya ingat keberadaan mereka, menarik Aminah dan Ilham yang berdiri di belakang untuk maju ke depan.
“Masya Allah, tentu aja ingat.” Zakaria menarik lengan Ilham dengan kuat dan merangkulnya. “Ini Ilham, kan? Bocah ingusan yang hidungnya meler terus. Ternyata elo sudah gede! Masih ingusan lo?”
Ilham menyalami dan mencium punggung tangan Zakaria. “Sehat Paman? Alhamdullilah Ilham nggak ingusan lagi. Paman nggak lihat Ilham udah jadi cowok ganteng kayak gini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Atas Awan [End]
SpiritualTentang Aya yang menolak lamaran para lelaki sampai dia menemukan teman masa kecilnya bernama Affan untuk dia nikahi. Dan ketika Aya dipertemukan kembali dengan Affan setelah bertahun-tahun berlalu. Affan ternyata masih menyimpan kebencian untuk si...