45. INI BUKAN TEMPATMU
Apa ini mimpi? Tak mungkin ini nyata. Karena saat ini langit biru terlihat bercahaya, hijaunya pepohonan berwarna terang sedangkan ribuan awan putih mengelilingi angkasa, berputar dengan angun terbawa oleh angin yang tiada henti bertiup. Memberikan musik melodi alam ketika angin bersentuhan dengan rerumputan yang tinggi. Gemerisik dan alunan angin menjadi sebuah simponi merdu. Sungguh, ini adalah tempat terindah di mana warna kesukaan bertemu menjadi satu. Ketika biru langit, putih awan menyatu dengan hijau daun.
Dan seorang lelaki pun tidak ingin beranjak dari tempat ini karena terlalu indah untuk ditinggalkan. Dia ingin sekali tinggal lebih lama, mungkin tinggal untuk selamanya. Dan lagipula apalagi yang dia cari? Ketika matanya menangkap bidadari cantik memetik bunga ilalang di ladang rumput di bawah bukit tempat dia berteduh; di bawah pohon ceri yang melindungi lelaki itu dari sinar matahari yang bahkan pancarannya tidak menyengat kulit.
Kerudung putih bidadari itu mengayun indah tertiup angin, dia menoleh dan mengukirkan sebuah senyuman. Di mata lelaki yang melihatnya saat ini, ada sepasang sayap indah yang berkilau di belakang punggungnya. Bidadari, pastilah perempuan itu adalah bidadari yang dikirim Allah untuk menemaninya di sini. Di bukit yang sunyi ini.
“Muhammad Affan!” Bidadari itu memanggil dan mengayunkan rangkaian bunga ilalang. “Lihat apa yang Aya dapatkan.” Dia kemudian menunjukkan sebuah layang-layang berwarna merah. “Kemarilah!”
Bidadari cantik di padang ilalang itu adalah Ainaya Mahya. Bidadari dalam hidup Muhammad Affan dan sekaligus bidadari yang dia harapkan mendampinginya di surga nanti jika Allah mengizinkan.
Senyum Aya meluntur dan terlihat kesal.
“Apa Affan masih capek?” Aya mengerutkan kening, menghela napas dan berjalan kembali ke bukit, menanjakinya dan mendekati Affan yang hanya duduk di bawah pohon ceri.
“Astaga, apa Affan selalu seperti ini? manjanya nggak ketolongan,” omel Aya dan duduk di samping Affan.
“Affan juga nggak mau ngomong sama Aku. Dari tadi Affan diam terus, dari kemarin dan sekarang. Apa kamu masih marah sama aku?” tanya Aya sedih. Namun Affan hanya memperhatikan Aya dan memberikan senyuman kecil.
Aya menghela napas, dia tidak menyerah untuk menarik perhatian Affan. Dia memberikan bunga ilalang yang tadi dia petik kepadanya.
“Ambil!”
Perempuan itu terlihat bahagia tapi lagi! Affan hanya memberikan tatapan diam.
“Tangan aku bisa kram nih! Cepatan ambil Affan. Itu hadiah karena sudah mengajak aku ke sini. Aku senang bisa kembali lagi ke sini,” kata Aya.
Dan Affan tidak tersenyum lagi, dia menyentakkan bunga ilalang itu dari tangan Aya. Affan menunjukkan wajah tidak sukanya akan perkataan Aya.
Perempuan itu terlihat terluka. Aya bangkit berdiri dan mengambil bunga ilalangnya lagi. Aya menunjuk Affan dengan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Atas Awan [End]
SpiritualitéTentang Aya yang menolak lamaran para lelaki sampai dia menemukan teman masa kecilnya bernama Affan untuk dia nikahi. Dan ketika Aya dipertemukan kembali dengan Affan setelah bertahun-tahun berlalu. Affan ternyata masih menyimpan kebencian untuk si...