30. Tiga Hati

9.5K 929 23
                                    

30

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

30. TIGA HATI

Muhammad Affan duduk sendirian di teras rumah. Mendongakkan kepala menatap langit malam. Dalam merdu melodi dari jangkrik pepohonan di musim kemarau, Affan merasa ada yang salah dengan hatinya. Ada yang salah dengan paru-parunya, sehingga dia tidak tau cara untuk bernapas dengan benar.

Affan menundukkan kepala kemudian memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Seakan ada sesuatu yang terlalu perih yang ingin meloloskan diri dalam diri. Tangan Affan meraih tasbih putih untuk menenangkan diri. Dia sangat mencandui tasbih putih ini, tangannya selalu tanpa sadar meraih dan menggenggamnya erat. Mata Affan menatap lekat pada butiran-butiran tasbih, lalu mengangkat ke angkasa. Mencoba menandingkan dengan para bintang, namun tasbih itu tak kalah indah, setiap butirnya bersinar melingkar di sela jemari Affan.

Namun selagi mengagumi tasbih itu, tiba-tiba saja buliran airmata lolos dari ujung mata Muhammad Affan, tanpa dia sadari, tanpa dia hendaki. Affan menyeka airmata dan melihat jemarinya yang basah. Membuat Affan bertanya, apa yang sebenarnya dia tangisi? Apa yang sebenarnya yang menusuk jantungnya saat ini? Sungguh, airmata ini sangat lancang berlinang tanpa dia perintahkan.

“Kak Affan, cepat masuk ke dalam. Entar Kakak demam lagi,” tegur Melati datang menghampiri.

Namun Affan tidak menjawab. Membuat Melati mengerutkan kening bingung lalu mendekati Affan yang duduk sendirian di bangku teras rumah. Kakaknya itu termenung sembari menatap tasbih yang dia genggam dengan erat.

“Kak?” panggil Melati dengan takut.

Penerangan lampu yang redup, membuat Melati sulit melihat wajah Affan. Melati akhirnya duduk bersimpuh di lantai. Namun Affan masih tidak menyadari keberadaan Melati yang sekarang mendongak menatapnya.

“Kak Affan?” panggil Melati lagi.

Dan kali ini tangan Melati menyentuh pipi Affan dengan lembut untuk menyadarkannya. Jari-jemari Melati basah dan akhirnya dia menyadari kenapa dari tadi Affan menyendiri.

“Kak Affan!” Melati memanggil dengan cemas, setengah berteriak namun akhirnya berhasil menyadarkan Affan dari lamunannya.

Mata Affan sekarang jatuh kepada paras cantik Melati yang menatapnya dengan sendu. Baru menyadari kedua tangan Melati menangkup pipinya. Baru menyadari bahwa adiknya duduk bersimpuh di depannya.

“Ati?”

“Apa yang Kak Affan lakukan di sini? Lihat, pipi Kakak sedingin es. Sudah berapa lama Kakak di luar? Mana Kakak nggak memakai jaket sama sekali.” Mata Melati menatap sedih pada tubuh Affan yang kurus, dia kehilangan berat badannya dengan cepat hanya dalam seminggu. “Ayo kita masuk. Masuk ke dalam rumah,” bujuk Melati menarik tangan Affan.

Cinta di Atas Awan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang