31. MISTERI YANG TAK TERPECAHKAN
“Lo udah sehat kan, bro?” sapa Reza dan langsung masuk ke kamar Affan tanpa mengetuk sama sekali.
Affan menurunkan buku yang dia baca dari pandangan dan mengernyit kening. “Alhamdulillah udah baikan. Kebiasaan deh! Kalo masuk ke rumah orang nggak kasih salam dulu,” tegurnya sedikit jengkel.
“Gue udah kasih salam tadi, tapi pelan dan nggak ada yang dengar.” Reza beralasan. Affan memperhatikan penampilan Reza yang sangat berbeda. Dia mengenakan kemeja putih kesukaannya hari ini.
“Ketahuan banget bohongnya,” sahut Affan dingin mencoba memfokuskan mata serta pikiran untuk membaca buku yang sempat tertahan tadi.
Reza menyunggingkan senyuman. Mengitari tempat tidur Affan sembari memutar kunci di antara jemari telunjuk, dia menyeret bangku bambu kemudian duduk di samping sahabatnya; yang tidak menunjukkan ekspresi senang bertemu dengan Reza.
Mata Affan tidak beralih dari halaman buku yang dia baca. “Tiap hari lo ke sini, apa lo nggak ada kerjaan? Mending lo jagain Tante Kasih. Kasian dia hamil tua dan bentar lagi lo bakal punya adik!” tegurnya sekarang duduk tegak di tempat tidur.
Reza mengibaskan tangannya santai. “Alah, lo tenang aja bokap gue itu suami siaga. Saban hari gue liat orangtua gue mesraan melulu. Takutnya puasa mereka aja yang batal.”
“Lo ngomong apaan sih?” Affan terdengar jengah. Mood-nya jadi semakin buruk. “Rez, kalo lo bosan nggak punya teman buat diajak ngomong lo samperin aja Mang Cecep. Main kerambol di pos ronda sana. Gue butuh istirahat.”
“Ketus amat. Habis sakit, tiap hari lo moodyan banget Fan! Gue ke sini kan sengaja pengen nemuin lo. Gue pengen mengajak lo ke Bandung,” beritahu Reza sembari menunjukkan kunci mobil.
“Buat apaan ke Bandung?” tanya Affan penasaran.
“Check-up kesehatan lo! Kita belum ke rumah sakit, kan? Sekalian kita check-up keseluruhan aja.” Reza bangkit berdiri dan membuka lemari baju Affan. Melempar kaos oblong, celana panjang dan jaket hoodie tebal ke pangkuan Affan. “Cepat ganti pakaian lo.”
“Gue nggak mau. Gue udah baikan Rez,” tolak Affan menyingkirkan baju itu dari pangkuannya.
Reza mengerlingnya dan melipat kedua lengan di dada. “Ini bukan keinginan gue tapi keinginan Ati yang gue sayang dan juga permintaan Om Zaky sama Tante Tifah! Mereka khawatir dengan sikap lo yang aneh selama seminggu ini.”
Affan mendengkus dan meraih tasbih putih di balik bantal. “Gue bilang gue baik-baik aja. Kenapa semua orang pada heboh.”
Reza tidak mau mengalah. Dia mengambil sepatu sneaker dari atas lemari dan juga tas Affan lalu memasukkan beberapa barang termasuk obatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Atas Awan [End]
SpiritualTentang Aya yang menolak lamaran para lelaki sampai dia menemukan teman masa kecilnya bernama Affan untuk dia nikahi. Dan ketika Aya dipertemukan kembali dengan Affan setelah bertahun-tahun berlalu. Affan ternyata masih menyimpan kebencian untuk si...