10. ES DAN API
Ketika matahari mulai tenggelam dan sore menyapa, seharusnya sengatan panas mulai berkurang namun sepertinya tidak untuk hari ini. Musim kemarau tidak pilih berbelas kasih bahkan pada seorang Muhammad Affan yang terpaksa pulang jalan kaki karena skuter matic-nya mogok. Dia terpaksa menitipkan motornya di bengkel Kang Udin. Tukang service motor satu-satunya di Kampung Daun.
“Nggak bisa diperbaiki hari ini Kang? Soalnya besok saya banyak urusan di Bandung,” tanya Affan sembari menyeka keringat dari kening.
Udin berjongkok melihat dengan teliti pada mesin motor skuter Affan, knalpotnya sangat panas meskipun dia sudah menguyur dengan beberapa ember. Udin berdiri, wajahnya berlepotan oli.
“Wah, kayaknya nggak bisa Mas Affan. Kalau nggak diperiksa dengan benar, entar malah turun mesin. Kasian Mas Affan, biayanya bisa nombok.” Udin menjelaskan. Dia kembali duduk di bangku, mengambil kipas sate, mengangkat sebelah kakinya kemudian berkipas.
Affan jengkel, terutama melihat Kang Udin yang sekarang malah memotong jari kuku kaki dibandingkan berusaha memperbaiki motornya.
“Tapi benaran besok yah! Serius dikit Kang Udin.”
“Iya Mas Affan, makan permen kiss dulu biar segeeerr!” Udin seperti menenangkan anak kecil yang ngambek dan menyodorkan toples permen kearahnya. “Dari tadi uring-uringan mulu. Nggak kasian sama tuh muka rata bener.”
Affan memasukkan tangan ke dalam toples, mengambil permen itu dan membaca tulisan yang selalu ada di belakang permen.
“So what gitu loh, selow aje!”
Hati Affan jadi semakin panas dan melemparkan balik permen itu ke Udin.
“Nyebelin banget jadi orang, saya pulang, Assalamualaikum,” ketus Affan dan meninggalkan Udin yang tertawa senang.
“Nggak mau saya anterin Mas Affan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Atas Awan [End]
SpiritualTentang Aya yang menolak lamaran para lelaki sampai dia menemukan teman masa kecilnya bernama Affan untuk dia nikahi. Dan ketika Aya dipertemukan kembali dengan Affan setelah bertahun-tahun berlalu. Affan ternyata masih menyimpan kebencian untuk si...