50. CINTA MUHAMMAD AFFAN
Gelas dihantam sangat keras ke lantai, membuat serpihan kacanya berhamburan. Itu bukan gelas pertama, namun itu gelas yang ke lima hari ini. Sedangkan sang pelempar meringkuk di sudut kamar. Memeluk kedua lutut dan menatap penuh amarah.
“Astagfirullah Aya. Nak, kenapa kamu seperti ini?” Aminah mengelus dada. Dia ingin mendekati Aya namun perempuan itu semakin mundur dan melukai telapak tangan sendiri dengan beling. “Ya Allah. Kamu nggak papa?”
Aminah khawatir namun lagi, Aya memberontak.
“Biar Affan yang ngurus Aya Mah.” Affan muncul di depan pintu kamar. Dia masih memakai seragam dinas coklat. Baru pulang kerja. “Biar Affan yang membersihkan itu semua. Nanti kaki Mamah luka.”
Affan masuk kamar dan merangkul Aminah yang masih mengelus dada cemas.
“Aya belum makan dan minum siang ini nak. Padahal dia harus minum obat.” Mata Aminah mulai berair. Terutama melihat kondisi putrinya yang menyedihkan, berat badan Aya turun dratis dan terlihat kurus. “Ya Allah, sudah dua bulan lebih Aya nggak pernah memanggil Mamah. Dia masih belum mau ngomong Fan.” Aminah mengutarakan kesedihannya.
Affan membawa Aminah duduk di sofa lalu dia berlutut di hadapan ibu mertuanya. “Kata dokter, Aya butuh waktu Mah. Kita harus lebih banyak bersabar.” Dia menenangkan Aminah dengan mengelus punggung tangan Aminah.
Aminah mengangguk. Lalu dia menatap wajah Affan yang basah keringat. Aminah bisa menduga Affan pulang dari sekolah dengan bergegas. Selalu mengusahakan pulang lebih cepat untuk bisa merawat Aya.
“Kamu belum makan sayang?” tanyanya prihatin, karena seharusnya sebagai seorang suami, Affan disambut masakan isteri ketika pulang kerja. Namun Affan tidak mendapatkan perlakukan istimewa itu.
Affan tersenyum. “Belum, Affan belum makan.”
Aminah bangkit berdiri. “Kalo gitu biar Mamah masakan sesuatu buat kamu. Ayah keluar sebentar, dia pergi mancing sama Papah kamu di empang.”
Aminah berusaha bersikap dengan wajar. Walaupun kondisi di rumahnya sama sekali tidak wajar. Dia mempunyai putri tapi tidak seperti putrinya. Dia mempunyai menantu tapi menantunya tidak seperti mempunyai isteri.
“Bang Ilham kapan balik dari Jakarta?” Affan meletakkan sepatu di rak.
“Minggu depan nak. Dia harus menghandle penerbitan dan mencari beberapa karyawan baru,” jawab Aminah dari arah dapur. Affan kemudian mendengar ibu mertuanya sibuk di dapur. Memasak makan siang untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Atas Awan [End]
SpiritualTentang Aya yang menolak lamaran para lelaki sampai dia menemukan teman masa kecilnya bernama Affan untuk dia nikahi. Dan ketika Aya dipertemukan kembali dengan Affan setelah bertahun-tahun berlalu. Affan ternyata masih menyimpan kebencian untuk si...