33. Kau Lah Pemenangnya

12K 987 43
                                    

33

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

33. KAULAH PEMENANGNYA

Awalnya mata menangkap begitu banyak bangunan tinggi serta jalan yang ramai penuh kendaraan tapi beberapa jam kemudian yang terlihat hanyalah penggunungan dan sawah yang menghijau. Jalanpun tak selancar tadi, aspal sudah berganti dengan jalan tanah berbatu yang tidak rata. Aya membuka kaca mobil dan mempersilakan angin pedesaan masuk, angin sejuk yang membuat paru-parunya terasa nyaman.

Aya tersenyum.

Dia dalam perjalanan kembali ke Kampung Daun. Dan tidak pernah terlintas di pikirannya akan kembali, terlebih lagi bisa satu mobil dengan orang yang dia hindari.

Aya menatap punggung belakang Affan yang duduk di depan; di sebelah Reza yang menyetir mobil. Dia membaca hasil pemeriksaan medical check-up dan banyak diam sepanjang perjalanan.

“Perasaan gue, kemaren nggak selama ini deh! Kampung Daun masih lama yah?” tanya Ilham sedikit jengkel. Dia duduk di samping Aya. Kepalanya terkulai, sama seperti Aya dia juga memilih membuka kaca mobil daripada mendinginkan tubuh dengan AC.

“Bentar lagi sampai Bang, kemaren nggak kerasa soalnya dalam perjalanan Abang tidur. Kenapa nggak coba tidur aja sih?” saran Reza sembari tersenyum.

“Udah coba tapi—” Ilham menangkap delikan Aya. “Tapi gue lagi nggak ngantuk.” Dia meraih ponsel dan mulai memainkan game online.

Gimana Ilham bisa tidur nyenyak, setiap kali mata Ilham terpejam, Aya selalu menyikut pinggangnya. Aya tidak membiarkan Ilham tertidur dan meninggalkan Aya sendirian dalam kecanggungan antara Affan dan Reza.

“Apa kata Dokter Fan?” Reza bertanya pada Affan yang sekarang menyimpan kembali hasil check-up ke dalam amplop.

“Alhamdulillah, gue sehat. Nggak ada penyakit yang serius,” jawab Affan. Dia mengeliatkan tubuh, lalu matanya tak sengaja saling bertatapan dengan Aya melalui kaca spion mobil. Dia terdiam, begitupula dengan Aya.

Aya segera memutuskan pandangan dan menatap keluar jendela. Kemudian perhatiannya teralih pada satu bangunan yang berada di atas bukit, dia sudah melihat bangunan itu semenjak kedatangannya ke Kampung Daun.

“Itu bangunan apa?” tanya Aya penasaran.

“Yang mana?” jawab Affan dan Reza bersamaan.

Canggung!

Ilham bahkan mengangkat matanya dari layar ponsel. Hal yang Aya takutkan akhirnya terjadi. Dia daritadi menahan diri untuk bicara, karena tidak mau membuat situasi canggung seperti ini. Dengan sikap Affan yang sedikit melunak kepadanya, malah membuat Aya tidak enak kepada Reza.

Cinta di Atas Awan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang