1.12 | Mine

39.2K 5.7K 1.4K
                                    

Sekarang gue berdiri di depan ruang osis. Bukan karna gue gabut, ya kali gue gabut malah ke depan ruang osis gila aja lu. Gue lagi nungguin kak Doyoung yang katanya lagi rapat. Ya, gue mau tagih janjinya dia. Kalo kalian lupa, tadi pagi dia bilang dia mau traktir gue makan.

Gue berdiri di depan situ selama hampir sepuluh menit, tapi ya nggak ada tanda-tanda bahwa yang dicari akan keluar. Kalian masih ingatkan ya, katanya kalo dia lama panggil aja. Gue pun maju satu langkah, niatnya mau ngetuk tapi keduluan ada yang buka.

Siapa lagi kalau bukan mas Doy.

Gue senyum ke arah dia, seperti biasa hanya datar-datar saja. Gue jadi curiga, saraf-saraf di otaknya itu masih bekerja nggak sih?

"Udah selesai?" tanya gue.

Kak Doyoung cuma angkat alisnya. Gue senyum senang, asik dong di traktir kapan lagi kak Doyoung baik sama gue. Kapan kapan ya.

"Eh Doy, lo jadi kan traktir gue?"

Seketika senyum gue hilang gitu aja. See segampang itu mood gue hancur cuma gara-gara orang di sebelah kak Doyoung. Gue ngelirik ke kak Doyoung, dan ternyata itu bikin gue tambah bad mood. Kak Doyoung noleh ke kak Sejeong sambil senyum.

Apa sih maksudnya? Gue udah berusaha untuk nggak ingat kejadian berhari-hari yang lalu. Mungkin kalo orang lain udah nggak bakal mau ketemu lagi sama dia, kurang sabar apa gue?

"Eh, Taerin. Apa kabar? Dengar-dengar lo sakit ya?"

Gue pengen ngomong nggak sopan, tapi di sebelahnya ada kak Doyoung. Argghh pengen tenggelam aja gue rasanya.

Gue senyum maksa -- banget -- "iya, kak udah sembuh."

Kak Sejeong senyum manis banget. Terus dia noleh ke kak Doyoung. "Jadi nggak lo?"

Gue mendengus berat, habis itu gue ngelirik kak Doyoung. Tapi mata kak Doyoung dari tadi nggak lepas natap kak Sejeong, kayak natap memuja gitu loh.

Sebenarnya gue nggak ngerti kenapa sama diri gue. Ya seharusnya itu terserah kak Doyoung dong, kan itu matanya jadi terserah dia mau natap dia. Gue kan bukan siapa-siapanya.

Nggak sengaja mata gue natap gerombolan Kak Yuta lagi lewat nggak jauh dari ruang osis. Karna gue orangnya cukup tau diri, jadi gue harus pergi dari hadapan pasangan ini.

"Kak!" Panggil gue ke arah gerombolan Kak Yuta. Tunggu kakak gue mana? Tumben nggak ada. Oke nanti aja di tanya. Gue noleh ke kak Doyoung yang ternyata udah natap gue tajam. "Kak, gue kesana dulu. Traktirnya kapan-kapan aja, tapi kakak masih punya hutang ya. Bye!"

Habis ngomong gitu gue pergi lari ke arah teman-teman kakak gue. Udah bisa ditebak mereka natap gue aneh. Ya ya gue aneh emang hari ini, puas kalian?

"Gue nggak papa." Ingat gengs, antisipasi menjawab sebelum ditanya.

"Dih, nggak kakak nggak ade sama-sama nggak jelas."

Gue langsung mukul lengan kak Johnny. "Tega lo samain gue sama kak Taeyong. Gue sama dia beda."

"Ya ya, beda jenis kelamin." kata Kak Johnny sambil masang muka ngejek. Ih pengen tampol. "Kenapa lo?"

Gue langsung masang muka sok sedih. "Uang jajan aku keting--"

"Ayo weh udah masukan."

"Ih kak Johnny!" Gue hentakin kaki gue sambil natap mereka yang pergi. "JAHAT!"

Tapi nggak lama kak Yuta balik lagi. Nah, ini nih yang suka bikin gue gila. Tadi pagi gue lagi good mood, terus tiba-tiba gue bad mood, nggak lama gue good mood lagi.

Perfect | Kim Doyoung ✓ [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang