2.4 | Jealousy

20.8K 2.4K 306
                                    

"Jaga diri ya sayang, kalo ada apa-apa telpon ke Doyoung aja untuk sementara." Gue natap Mingyu yang udah siap sama kopernya.

Sebenarnya gue heran dari awal dia mau berangkat dia selalu bahas kak Doyoung. Tepatnya, semenjak mereka nggak sengaja sama-sama datang ke rumah dan perang dingin.

Gue sebenernya rada nggak rela Mingyu pergi jauh gini. Honestly, gue nggak biasa jauh dari Mingyu sampe berhari-hari apalagi ini sampe dua bulan ke depan. Aneh rasanya kalo udah kebiasa ketemu tiba-tiba harus video call. Kalian pernah kan rasain begitu? Sama orang tua misalnya.

Ditambah lagi gue bakal sendirian di rumah, karena kak Taeyong juga ikut dalam project ini. Soal Jeno nggak usah di tanya, sejak adanya masalah Papi di penjara Jeno jadi jarang di rumah, pulang cuma kalo uangnya habis atau pas lagi ada masalah doang. Seminggu sekali pun belum tentu dia pulang. Malahan gue yang hampir tiap minggu harus datang ke sekolahnya karena kelakuannya dia yang jarang masuk.

"Kamu juga jaga diri ya." Gue senyum ke Mingyu dan dibalas senyum juga. Entah kenapa kok, Mingyu hari ini gantengnya nambah ya? Gini banget deh kalo mau ditinggal, semua-semua pasti bikin kangen.

"Udah kali pamitannya, udah dua hari kita disini." Gue noleh ke kak Taeyong.

"Lebay lo kak." Kak Taeyong ketawa terus jalan ke arah gue. "Ish, kak Taeyong ngapain sih ajak-ajak Mingyu pergi jauh gini."

"Bucin dasar." Kak Taeyong noyor kepala gue. "Jaga hati, tuh Mingyu kerja jauh buat pernikahan kalian."

Spontan gue ngerlingkan mata gue. "Kakak tuh ya, orang lagi serius."

"Gue juga serius bambang. Lo pikir gue nggak tau, tuh Mingyu kasih kepercayaan ke lo sama Doyoung dijaga, jangan sampe ntar malah balikan."

"Kak!"

Kak Taeyong kalo ngomong emang sembarangan. Tapi, ada benarnya juga sih. Semoga aja gue bisa jaga hati gue. Semoga.

"Gue pergi dulu ya." Gue ngangguk terus meluk kak Taeyong. "Nggak usah nangis lo."

"Nggak ye."

"Jeno nggak usah terlalu dipikirin, dia laki gue yakin dia bisa jaga diri. Lo fokus aja sama kerjaan lo, besok hari pertama lo kerja kan? Harus semangat, harus kerja keras." Gue ngangguk terus kak Taeyong nyium dahi sama pipi gue. "Duh ade kesayangan gue galau dua bulan."

"Ish!" Gue mukul dada kak Taeyong tapi dia malah ketawa. Nggak sengaja gue ngeliat Mingyu yang kayaknya lagi mikirin sesuatu.

"Gyu," gue dekatin dia dan langsung meluk. "Nggak usah takut, aku bisa jaga kepercayaan kamu kok, ya paling khilaf dikit."

"Taerin." Gue ketawa terus ngecup bibirnya singkat. "Kurang."

"Hih, enak situ."

"Doy. Titip Taerin ya, jangan di macem-macemin." Mingyu emang suka nggak tau diri.

Gue noleh ke kak Doyoung, dianya malah ketawa. "Dikitlah." Dih ngelawak.

"Wah bahaya lo." Habis itu mereka ketawa. Letak lucunya dimana ya? Kenapa mereka segitu recehnya? Udah kayak Mark aja.

Kak Doyoung jalan ngehampirin Mingyu terus tos-tosan ala laki gitu. "Hati-hati, bawa duit yang banyak."

"Tenang, gue bawa ntar sama banknya juga."

"Titip ade gue ya Doy."

"Aman kak."

"Yaudah kita masuk dulu, Rin aku pamit ya."

Gue ngangguk sambil senyum. "Save flight."

Setelah Mingyu sama Kak Taeyong masuk, tinggalah gue berdua sama kak Doyoung. Sebenarnya, setelah kejadian seminggu yang lalu itu, gue agak canggung sama dia. Gue doang sih kayaknya, soalnya daritadi kak Doyoung santai aja.

Perfect | Kim Doyoung ✓ [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang