"Kalau saja angin berhembus dapat membawa pergi luka, aku akan sangat menyukai dingin. Tapi nyatanya dingin justru membawa begitu banyak luka untuk ku." Gue tersenyum kemudian membalikkan badan dan menatap Kak Doyoung yang berdiri di belakang gue. "Bagus ya, kak?"
Kak Doyoung cuma mengangkat alisnya sebagai jawaban. Otomatis gue mendengus sebal karena dari tadi Kak Doyoung nggak ada ngomong apa-apa. By the way, sudah hampir satu bulan sejak kejadian gue di April Fools sama manusia-manusia gabut itu. Nggak terasa sudah tanggal satu lagi.
"Kak, jam berapa?"
Kak Doyoung mengangkat tangannya dan melirik jam berwarna hitam silver yang bertengger di lengannya. "Dua belas empat lima."
"Lima belas menit lagi, aku balik. Kak Doyoung kalo mau pulang duluan nggak papa."
"Tadi aku bilang apa?"
"Iya tapikan aku praktiknya sampe sore kak."
"Terus?"
"Ya pulang dulu gitu, baru nanti jemput aku sore. Tidur di rumah, makan kek, atau main game. Daripada disini."
"Suster disini cantik-cantik."
Eh... Mendengar itu gue langsung mukul tangannya yang di taruh di atas meja. "Ganjen banget sih."
Kak Doyoung senyum. Senyum yang selama dua bulan ini selalu buat gue nyaman. Kak Doyoung kembali. Iya, dia kembali jadi Kim Doyoung yang super salty, ngomong seadaanya, nggak pernah ngasih ekspresi berarti, dan lebih banyak bertindak kayak dulu.
Meski sebenarnya sikap dia yang asli memang terdengar menyakitkan tapi gue lebih senang dia yang begini dan apa adanya. Nggak terlihat terpaksa melakukan sesuatu atau nggak cringe saat ngegombal. Gue lebih suka dia yang selalu bersikap dingin dan mengejutkan daripada dia yang banyak omong. Rasanya kayak gue nggak kenal dia aja kalo lagi banyak omong.
"Gimana kabar Mingyu?" Gue menghela napas panjang lalu mengalihkan pandangan ke luar jendela.
"Besok dia balik." Jawab gue malas.
Kalian pasti bertanya-tanya tentang hubungan gue sama Mingyu. Ya masih sama. Dia nggak mau ngaku dan gue masih bertahan sampe dia ngaku. Gue mempersilahkan dia untuk mengakhiri karna dia yang memulai. Dan soal besok dia bakal datang, gue juga nggak begitu excited. Kemungkinan yang akan muncul adalah besok berakhir. Cukup sampai besok saja, selebihnya mungkin gue bakal mempersilahkan Kak Doyoung kembali. Maybe.
"Jangan terburu-buru untuk ambil keputusan. Jangan sampai nyesel."
Gue menoleh dan natap kak Doyoung. "Kakak nyesel nggak pisah sama aku?"
"Nyesel."
"Kenapa?"
"Harus ada alasannya?"
"Harus."
"Nggak punya alasan."
Lagi-lagi gue mendengus sebal. "Terserah." Gue berdiri dari duduk dan memakai kembali jas kebanggaan gue. "Aku balik."
"Masih lima menit lagi."
"Ya kan harus on time. Ruangan aku ada di lantai empat."
"Naik lift nggak sampe sepuluh menit."
"Kak."
Kak Doyoung menghela napas kemudian menggerakkan tangannya seperti mengusir. Gue cuma mempoutkan bibir gue sambil menghentakkan sebelah kaki lalu berjalan menuju lift. Dasar nggak jelas.
Ting!
Kak bunny : jangan lama-lama
Kak bunny : aku mau ajak dinner
Kak bunny : alasan aku nyesal, karna aku merasa meyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect | Kim Doyoung ✓ [Sudah Terbit]
Fanfiction[FULL VERSION] 𝓦𝓱𝓮𝓷 𝓭𝓮𝓼𝓽𝓲𝓷𝔂 𝓪𝓬𝓽𝓼 𝓽𝓱𝓮𝓷 𝓮𝓿𝓮𝓻𝔂𝓽𝓱𝓲𝓷𝓰 𝔀𝓲𝓵𝓵 𝓫𝓮 𝓹𝓮𝓻𝓯𝓮𝓬𝓽 - 𝐊𝐢𝐦 𝐃𝐨𝐲𝐨𝐮𝐧𝐠 Cover by : karin ©Shereen2018 Highest rank #2 in kim Highest rank #1 & #42 in ff Highest rank #8 in Yuta Highest rank...