1.19 | Dilan

26.1K 4.2K 835
                                    

Sudah tiga hari gue nggak masuk sekolah. Tepatnya, setelah kejadian mengerikan malam itu. Ketika gue liat dengan mata kepala gue sendiri gimana brutalnya Jaehyun mukul Kak Doyoung.

"Udah baik?" Tanya Mami yang ngeliat gue turun dari tangga.

Gue ngangguk. "Sudah Mi. Kakak mana?"

"Itu panasin motor." Kata Mami sambil menunjuk ke arah teras dengan dagunya.

Gue pun berjalan keluar datangin Kak Taeyong. "Kak." Panggil ku.

Kak Taeyong noleh. "Udah baik?"

"Masih jahat gue, mah." Jawab gue sambil duduk di tangga teras. Kak Taeyong ketawa, habis itu lanjut ngelap motornya yang baru pulang dari bengkel.

"Udah gue hajar." Katanya tiba-tiba yang ngebuat gue kaget.

Siapa yang di hajar kak Taeyong? Jangan bilang kak Doyoung? Atau kak Yuta? Atau malah Jaehyun? Sumpah ya, ini nggak lucu kalo kak Taeyong bilang cuma bercanda. Gue panik ini, serius.

Sebenarnya, niat gue itu sembunyiin masalah ini tapi sialnya, pas malam itu gue di antar Jaehyun kebetulan banget Kak Taeyong sama Mami ada do teras karena Yeri -- pacar kak Taeyong -- lagi mampir habis pulang les, dan keadaan gue waktu itu kacau banget. Awalnya juga cuma Mami yang nanya dan gue cerita juga cuma ke Mami, tapi pas banget Jeno lagi ngemil di ruang tv jadilah dia nguping dan berakhir ngadu ke kak Taeyong. Kalian tau? Subuh habis shalat kak Taeyong langsung interogasi gue di kamar, dengan muka super serem.

Sungguh tragis hidup ku hari itu.

Gue diam nggak jawab omongan kak Taeyong tadi. Gue cuma nunduk sambil cabutin rumput sintesis yang ada di keset samping gue. Nggak lama kak Taeyong selesai ngelap motornya, dia duduk di samping gue sambil bersihin tangannya.

"Gue udah hajar mereka." Ucap kak Taeyong lagi.

"Siapa?" Tanya gue senormal mungkin.

"Tiga-tiganya." Jawab kak Taeyong santai. "Gue hajar pake siraman rohani dan jasmani."

Bacod lur!

"Serius!"

"Iya, tanya aja sama mereka. Di masjid kemaren habis acara gue apain mereka." Kak Taeyong berdiri dari duduknya. "JENO! BURUAN NTAR TELAT LAGI!"

"SIAP!!!"

Gue juga ikutan berdiri sambil natap kak Taeyong sedikit kesel. Gue udah spot jantung gitu, ternyata. Ah sudahlah.

"Kak." Panggil gue yang sekarang lagi berdiri di teras dan dia masih di tangga.

"Apa?"

Entah dorongan dari mana gue langsung meluk dia. Insting aja gitu. Gue mau berterimakasih ke kakak gue karena gue udah bener-bener di jaga dengan baik sama dia. Kak Taeyong jadi banyak masalah juga gara-gara gue. Pokoknya kakak gue itu yang paling the best lah, meski jarang ada di rumah tapi dia pasti selalu ada disaat gue butuh.

"Lho-lho, apa-apaan ini pelukan nggak ngajak-ngajak!? Ikuuuutttt...." teriak Jeno dan langsung meluk gue sama kak Taeyong.

WOI INI BADAN LU BEDUA PADA KEK BABON GUENYA KEJEPIT SYALAND!

"Ud-- Lho! Ngapain kalian berpelukan kayak teletubis, heh? PAPI! PAPI!"

"Ada ap- lho, lho ada acara berpelukan? Durhaka kalian kalo nggak ngajak Papi sama Mami."

Kita bertiga ketawa terus meluk Papi sama Mami. Dan terjadilah moment absurd keluarga Lee yang berpelukan di teras rumah pada pagi hari yang cerah.

Tamat.

Receh amat keluarga gue :((

++++

Perfect | Kim Doyoung ✓ [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang