Hari ini sepertinya langit sedang bersedih, padahal hari ini hati gue lagi berbahagia. Gue duduk di ruang tamu nunggu Kak Doyoung datang, tadinya sih mau nunggu di teras tapi air hujannya lagi bertamu.
Tin! Tin!
Untung pendengaran gue masih baik. Gue pun berdiri dari duduk gue dan siap-siap pergi.
"Mi, Taerin pergi ya?"
Baru gue mau keluar, si doi udah berdiri di depan pintu bikin gue nabrak dadanya.
"Aw!" Gue mendongak terus kak Doyoung cuma naikin sebelah alisnya. "Ih, nongol mendadak, kaget tau."
"Mana Mami kamu?"
"Ada di dalam."
"Aku mau pamit."
Gue mendengus kesal terus masuk ke dalam. Nggak bener-bener masuk sih cuma mundur tiga langkah dari tempat gue berdiri tadi.
"Mami!" teriak gue ke arah dapur.
Nggak lama Mami keluar. Ya Allah Mami gue. Pake daster, roll rambut di kepala, koyok di jidat, heran ini Mami apa Mba Jijah?
"Dih, Mami kenapa dah?" tanya gue yang kaget.
Soalnya tadi Mami nggak ikut sarapan, Mami sibuk sama cucian tadi.
"Pusing Mami dek, cucian banyak banget. Jeno udah kayak fashion show aja baju sampe lima belas lembar tiga hari."
Gue langsung ngerjapin mata gue kaget. Gila aja sehari dia ganti baju lima kali, ngapain tuh anak?
"Nanti pulang Taerin bantu setrika, Mi." kasian Mami udah masak sendiri, masa iya setrika sendiri.
"Duh anak Mami paling bisa diandelin."
"Eh iya Mi, Taerin berangkat dulu kasian kak Doyoung nunggu tuh, udah kayak patung selamat datang di depan pintu." Kata gue sambil nunjuk kak Doyoung yang berdiri di depan pintu.
"Eh, ada calon mantu Mami ternyata." Mami jalan dekati kak Doyoung.
"Saya pamit dulu Mi."
Gue spontan keselek sama liur sendiri. Itu kak Doyoung barusan manggil Mami apa? Mi? Mami maksudnya? Astaga kak masih pagi jangan buat gue kena serangan jantung gitu dong.
"Aduh, di panggil Mami sama calon mantu. Ya udah hati-hati ya, belajar yang bener, itu Taerin kalo nakal cubit aja."
"Ish, Mami masa iya rela anaknya di siksa. Ya udah pamit dulu. Bye Mi."
"Hati-hati ya."
"Iya."
Gue sama kak Doyoung pun jalan ke arah mobil. Tapi karna kak Doyoung parkir di luar garasi, jadi dia bawa payung. Duh baru kali ini gue dibukain pintu sama dia. Pas gue masuk ternyata di atas kursinya udah ada jaket sama selimut sapi. Astaga ini lucu banget.
"Kak ini punya siapa?" tanya gue ke kak Doyoung yang baru aja masuk.
"Biar nggak dingin." katanya sambil sibuk pasang safety belt.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect | Kim Doyoung ✓ [Sudah Terbit]
Fanfiction[FULL VERSION] 𝓦𝓱𝓮𝓷 𝓭𝓮𝓼𝓽𝓲𝓷𝔂 𝓪𝓬𝓽𝓼 𝓽𝓱𝓮𝓷 𝓮𝓿𝓮𝓻𝔂𝓽𝓱𝓲𝓷𝓰 𝔀𝓲𝓵𝓵 𝓫𝓮 𝓹𝓮𝓻𝓯𝓮𝓬𝓽 - 𝐊𝐢𝐦 𝐃𝐨𝐲𝐨𝐮𝐧𝐠 Cover by : karin ©Shereen2018 Highest rank #2 in kim Highest rank #1 & #42 in ff Highest rank #8 in Yuta Highest rank...