Kalau kalian pikir awalnya saya membenci Taerin, itu salah. Kalau kalian pikir saya pertama kali bertemu dengannya di SMA, itu salah. Kalau kalian pikir saya menyukai Taerin ketika saya mengejarnya untuk mengganti pakaiannya, itu salah. Kalau kalian pikir Mama saya membenci Taerin, itu juga salah.
Saya mengenal Taerin jauh sebelum Taerin mulai bercerita tentang saya di cerita ini. Saya menyukai Taerin jauh sebelum dia tahu saya. Saya mengejar Taerin jauh sebelum dia sadar kalau saya mengejar dia. Mama saya menyukai Taerin jauh sebelum Taerin mengira Mama saya membenci dia.
Saya menyembunyikan semuanya, karena saya tidak ingin melihat Taerin menangis seperti di Taman Safari dulu. Saya bersikap dingin karena saya tidak ingin Taerin tahu bahwa saya sebenarnya rapuh. Saya terus membuatnya kesal karena saya suka melihat wajah cemburu dan kesalnya. Saya jatuh cinta pada Taerin yang apa adanya.
Saya pikir dia adalah seorang wanita yang benar-benar bersikap seperti apa yang dia mau. Dia bisa menjadi dirinya sendiri. Dia sangat terbuka soal perasaannya. Dia sangat bahagia atas kehidupannya. Dia menikmati setiap hirupan udaranya.
Saya senang ketika dia berbicara. Saya senang ketika dia tertawa. Saya senang ketika dia bercerita panjang. Saya senang ketika dia terus bercerita tentang sapi-sapinya.
Saya ingat, pertama kali saya bertemu dengan Taerin di sebuah toko boneka. Saya tidak ke toko boneka, kebetulan saat itu toko bonekanya berada di sebelah toko buku. Dan saya dari toko buku. Saat itu saya tahu Taerin adik kelas saya di SMP. Tapi saya tidak terlalu perduli, meski dulu --bahkan sampai dia menjadi milik saya -- dia adalah salah satu cewek yang paling disegani para siswa cowok.
"Kak Taeyong ... ya boleh ya?" Rengek Taerin pada Taeyong.
"Di rumah sudah banyak, nanti Mami marah."
"Satu.... aja kak. Boleh ya, ya?"
"Nggak."
"Kak... satuuuuuuu aja. Yang itu tuh yang kecil aja."
"Nggak Taerin, kalo kakak bilang nggak ya nggak."
"Kak Taeyong pelit!" Taerin merajuk dan langsung duduk di emperan toko, membuat kak Taeyong mendesah frustasi.
"Taerin, di rumah tuh udah penuh sama sapi-sapi lo tau! Udah kayak peternakan sapi di rumah tuh. Udah ah, ayo pulang."
"Nggak mau!"
"Astaga... Gue lapor mami nih."
"Lapor sana! Pokoknya mau sapi itu!"
"Ya Allah salah sapa aku punya adek begini."
Saya gemas melihatnya. Betapa cintanya dia pada boneka-boneka sapi itu, sampai bertingkah selucu itu. Bahkan terkesan tidak tahu malu harus merajuk di depan toko yang banyak orang.
Dan sejak saat itu, saya melihatnya dengan sudut pandang yang berbeda dari orang-orang. Jika, semua orang melihatnya sebagai seorang cewek jahil, nakal, tidak taat peraturan, tukang bolos, nilai rata-rata, judes, dan galak. Saya tidak melihat itu. Saya melihat Taerin adalah anak gadis yang menyukai boneka sapi, yang selalu merengek seperti anak kecil pada kakaknya, yang menangis jika tidak dituruti, bahagia ketika kakaknya frustasi.
Dan hal yang bikin saya tidak pernah duga adalah Taerin memiliki sisi bak malaikat. Tidak, saya tidak berlebihan. Saya pernah melihat Taerin turun dari mobil. Ia jalan ke salah satu rumah makan di pinggir jalan. Dia keluar dengan makanan banyak, saya pikir mungkin di rumahnya ada acara, tapi saya salah. Dia pergi ke tempat dimana banyak anak-anak jalanan dan pengemis. Dia membagikan makanan itu secara percuma. Bahkan dia juga bermain dan tertawa bersama beberapa anak kecil yang ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect | Kim Doyoung ✓ [Sudah Terbit]
Fanfiction[FULL VERSION] 𝓦𝓱𝓮𝓷 𝓭𝓮𝓼𝓽𝓲𝓷𝔂 𝓪𝓬𝓽𝓼 𝓽𝓱𝓮𝓷 𝓮𝓿𝓮𝓻𝔂𝓽𝓱𝓲𝓷𝓰 𝔀𝓲𝓵𝓵 𝓫𝓮 𝓹𝓮𝓻𝓯𝓮𝓬𝓽 - 𝐊𝐢𝐦 𝐃𝐨𝐲𝐨𝐮𝐧𝐠 Cover by : karin ©Shereen2018 Highest rank #2 in kim Highest rank #1 & #42 in ff Highest rank #8 in Yuta Highest rank...