2.5 | Same

16.5K 2.3K 771
                                    

"Sore kak Yuta." Sapa seorang gadis dengan dress berwarna hitam yang melekat di tubuhnya. "Lama banget gue nggak jengukin lo. Maaf ya, Kak."

Gadis itu meletakkan satu buket mawar putih. "Gue bawain bunga kesukaan lo nih, Kak. Seneng nggak?" Lantas ia duduk di samping gundukan itu dengan wajah yang nampak begitu sedih. "Gue kangen sama lo kak. Maaf ya kemarin waktu kak Taeyong kesini gue nggak ikut, soalnya gue lagi sidang."

"Oh iya, besok gue udah mulai kerja kak. Gue udah jadi dokter nih, hebat kan?" Gadis itu tersenyum pada nisan yang ada di depannya.

"Kak, sebenarnya gue kesini mau cerita sama lo. Ya meskipun gue nggak akan dapat solusi sih, tapi gue nggak tau mau cerita kesiapa lagi, kak Taeyong sama Mingyu lagi nggak disini kak dan gue sendirian. Jadi temen gue cuma lo doang."

"Kak, waktu gue wisuda Aurel, June, Rein, sama Jaehyun datang loh, padahal mereka lagi pada sibuk apa lagi Jaehyun. Dia sekarang udah jadi dokter juga kak, tapi dia duluan wisuda daripada gue. Biasalah otak-otak orang ber-IQ tinggi. Mereka pada bawa pasangan loh kak, kecuali Jaehyun sih."

"Lo tau nggak kak, yang bikin gue seneng adalah kak Doyoung juga datang. Teman-teman kakak juga datang, kak Johnny, kak Taeil, Kak Hansol, semua pada datang meksipun terakhiran tapi gue seneng kita semua ngumpul. Dan— sebenarnya gue berharap banget lo juga ada disana, di antara mereka. Biasanya kan lo suka nempel gitu kan sama Kak Hansol, sekarang kak Hansol dekat sama Kak Johnny loh kak."

Mengambil napas sejenak, Taerin lantas menundukkan kepalanya. Entah kenapa tiba-tiba rasa sesak di dadanya begitu membludak. Ada rasa keinginan yang sangat besar untuk memeluk Yuta saat itu juga. Tak butuh waktu lama, bahu gadis itu nampak begitu bergetar. Suara isakan yang tertahan terdengar begitu menyedihkan. Dengan angin yang berhembus, membuat helaian rambutnya berkibar.

"Lo tau nggak, hal yang paling menyakitkan yang pernah gue rasain? Pertama, gue kehilangan lo, gue kehilangan sandaran gue, gue kehilangan orang yang 24 jam jagain gue selain kak Taeyong. Kedua, gue tau kalo Mingyu ada perempuan lain di belakang gue. Sakit rasanya kak disaat gue tau semuanya tapi gue berpura-pura bahwa nggak ada yang terjadi. Dan yang ketiga, gue sadar kalau ternyata hati gue sebagian masih ada d kak Doyoung dan disaat gue sudah resmi tunangan sama Mingyu."

"Gue nggak tau harus apa kak, gue bingung. Disatu sisi gue rasa kak Doyoung mulai membuka hatinya untuk Taerin yang lain. Dan gue? Kalo aja lo ada kak, gue nggak akan milih Mingyu atau kak Doyoung, gue dengan senang hati ngasih semua hidup gue bahkan hati gue buat lo. Andai kak, andai."

"Kenapa sih dulu lo pergi jenguk Kak Doyoung? Kenapa nggak lo biarin aja dia pergi, kenapa harus lo? Kak— lo bodoh tau nggak."

Isakan Taerin pun tak bisa tertahan lagi. Sesak di dadanya sudah begitu menyakitkan. Lelah sudah dirinya untuk menyimpan sendiri beban yang selama ini ia pendam. Bukan hanya soal kehidupannya tapi juga kehidupan keluarganya. Beban yang semakin lama justru semakin membuatnya menjadi pribadi yang berbeda. Taerin yang dulu sangat cerewet, yang ceria, yang selalu merengek, kini sudah hilang digantikan oleh Taerin yang lebih banyak diam, lebih suka menyendiri, lebih senang melamun, dan Taerin yang sudah kebal dengan segala kejutan hidup.

"Kak, gue boleh nggak sih ikut sama lo aja? Gue pingin di dekat lo aja. Boleh nggak?"

Drrrttt... Drrrttt...

Kak Taeyong is calling...

"Bentar ya kak, Kak Taeyong nelpon."

"Halo? Rin? Kok lama angkatannya?"

Taerin menarik napasnya kemudian tersenyum meski Taeyong nggak akan bisa liat. "Lagi sama Kak Yuta. Kenapa kak?"

"..."

Perfect | Kim Doyoung ✓ [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang