"Ada yang mau Papa omongin."
Suasana makan malam yang ceria sontak berubah menjadi hening. Kedua gadis yang diketahui sebagai putri pria paruh baya bernama Adam itu, tengah menatapnya dengan rasa penasaran. Sementara istrinya, Tanisha, terus menatap Adam dengan rasa cemas dan khawatir.
"Ada apa, Pa?" tanya putri pertamanya, Diana.
Adam menghela napasnya panjang. "Papa mau jodohin salah satu dari kalian dengan anak sahabat Papa. Kita memang sudah membicarakan ini dari jauh-jauh hari, bahkan dari kita masih muda. Bagaimana dengan kalian? Ada yang sedia?"
Diana beralih menatap adiknya, Leana. Keduanya saling memberikan tatapan yang sulit diartikan. Jika ditelaah lebih dalam lagi, jauh di lubuk hati mereka, tidak ada yang setuju untuk menerima perjodohan ini.
"Anaknya baik kok, tampan juga, kalian pasti suka," ucap Tanisha tersenyum hangat kepada kedua putrinya. Mencoba meyakinkan mereka untuk bersedia.
"Siapapun diantara kalian yang bersedia, mereka pasti menerima," ucap Adam.
Diana berdeham sekilas. Dirinya menjadi gugup untuk mengatakannya. "Kayaknya aku gak bisa, aku masih sibuk kuliah dan lain-lain. Kalo Leana aja gimana?"
Leana mengangkat alisnya tidak percaya ke arah Diana. "Aku? Tapi aku masih SMA, emang cowoknya mau?"
"Tunangan aja kok, kalo kamu udah lulus dan merasa cocok sama cowok itu, kalian bisa masuk ke jenjang yang lebih serius," ucap Tanisa membuat Leana lebih berpikir lagi.
"Hm... ya udah aku bersedia, tapi ini gak ada paksaan kan, Pa?" Leana cukup takut kalau akhirnya dia dan lelaki itu harus menikah apapun alasannya.
Adam menggeleng dan tersenyum tipis. "Hari Minggu nanti mereka akan datang ke rumah, besok kalian siap-siap ya, sana belanja sepuasnya."
Sontak saja Diana dan Leana tersenyum sumringah dan bersorak girang. Wanita mana yang tidak suka belanja? Bahkan wanita rela berjalan seharian mengitari mall untuk memasuki setiap toko baju yang ada. Hanya untuk mencari barang yang terbaik dan termurah. Namun pada akhirnya, mereka akan membeli barang-barang yang tidak pernah mereka rencanakan sebelumnya.
"Besok hari Sabtu, jadi kalian siap-siap dari pagi ya," ucap Tanisha yang juga semangat untuk berbelanja.
...
Leana masuk ke dalam kamarnya dan meraih ponselnya sembari tengkurap di atas kasurnya. Senyum menyungging tipis seraya mengetik sesuatu di layar ponselnya. Seperti gadis-gadis pada umumnya, mereka akan menghabiskan malamnya dengan bercerita kepada teman lainnya. Alias curhat. 90% yang para gadis curhatkan sudah pasti tidak jauh-jauh dari topik gebetan, pacar, dan mantan. Sisanya, mereka akan menggosipkan cewek-cewek yang mereka tidak sukai. Itulah wanita.
Tring! Tring!
Ponsel Leana berbunyi dan segera diangkat oleh sang pemilik. Baru saja menempelkan layar ponselnya di telinga, dia harus menjauhkannya kembali.
"LEANA! LO DIJODOHIN?!" seru temannya yang bernama Diandra. Leana terkekeh pelan sebelum menjawabnya.
"Iya, tapi masih tunangan kok, belom sampe pernikahan gitu," sahut Leana sembari membalikkan tubuhnya untuk menghadap langit-langit.
"Gila! Gila! Kok bisa sih? Cowoknya ganteng gak?" tanya Diandra yang sudah sangat penasaran itu.
"Hmm... gua belom tau, tapi kata nyokap sih ganteng."
"Liat tuh di grup, si Anna sama Tisya udah syok juga!" ucap Diandra lalu tertawa keras.
"Lo aja syok! Udah ye, gua mau tidur dulu, besok sibuk nih," ucap Leana terkekeh geli. Dia sadar kalau besok akan sangat sibuk karena harus siap-siap bertemu calon tunangannya itu.
...
"Ayo bangun, Le! Lo udah mau jadi istri juga!" Leana mengerjapkan matanya saat sorotan sinar matahari menembus matanya yang masih terpejam itu. Seruan Diana juga membuat dirinya terbangun sempurna.
"Emang jam berapa sekarang?" Leana melihat Diana yang sudah siap dengan baju perginya.
"Jam 8 pagi, Le, ayo cepet siap-siap," ucap Diana menarik lengan Leana memaksanya untuk bangun dan mendorongnya masuk ke kamar mandi. "Gua sama nyokap tunggu bawah ya!"
Leana yang belum sadar 100% itu harus cepat-cepat mandi untuk pergi. Walaupun malas, dia juga penasaran dengan kegiatannya hari ini. Tidak perlu lama-lama, setelah 30 menit dia pun turun ke lantai bawah. Yap, 30 menit adalah waktu yang cepat bagi wanita untuk mandi.
"Yuk jalan, Mama udah siapin sarapannya di mobil." Mereka bertiga masuk ke dalam mobil dan Leana melahap sarapannya di dalam.
Setelah beberapa menit, mereka semua turun dari mobil dan masuk ke dalam mall yang masih sangat sepi. Semua ini karena jam masih menunjukkan pukul 10 pagi. Seluruh toko belum buka sempurna.
"Kita kepagian gak sih, Ma?" tanya Diana menatap sekitarnya dengan heran. Tanisha hanya menggeleng sekilas.
"Tenang aja, kita mau ke butik yang Mama udah hubungin kemaren, sengaja pagi biar gak begitu ramai nantinya."
Diana dan Leana hanya mengekori Tanisha untuk naik ke lantai atas. Sesampainya di depan butik tersebut, seorang wanita yang tidak jauh umurnya dengan Tanisha, keluar menyambut mereka bertiga.
"Hai, Ta!" Wanita itu berhamburan memeluk Tanisha, kemudian beralih menatap Diana dan Leana. "Aduh duh, cantik semua... yang mau tunangan yang mana nih?"
Diana dan Tanisha menunjuk Leana dengan cepat. "Ohh ini, oke ayo masuk! Aku bikin kamu jadi cantik sekali."
Wanita tersebut menarik Leana masuk sedikit menyeretnya. Diana dan Tanisha berjalan di belakangnya. Wanita yang diketahui bernama Felly itu memberi isyarat kepada pegawainya untuk membawa gaun-gaun yang sudah dia sediakan. Salah satu pegawainya memberikan 3 jenis gaun.
"Aku udah bikin gaun kalian mirip-mirip gitu, kata Tanisha juga kalian suka warna pink, kan?" Gaun sepanjang mata kaki yang sangat simple, namun terkesan mewah.
"Oke deh, thankyou ya, Fel," ucap Tanisha yang akhirnya membayar seluruh gaun tersebut.
"Sama-sama, Ta, nanti undangan pernikahannya jangan lupa ya," ucap Felly sembari mengedipkan sebelah matanya kepada Leana. Membuat gadis itu merona tersipu.
Setelah mengambil gaun di butik, Tanisha mengajak Leana dan Diana masuk ke salah satu salon. Mereka bertiga akan menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di dalam sana. Untung saja tidak ada Adam yang menemani mereka. Kalau tidak, Adam akan tertidur di salon.
Tidak sadar kalau jam sudah menunjukkan pukul 1 siang. Mereka bertiga sudah selesai merawat mahkota mereka, yaitu rambut, kuku, dan wajah. Butuh berjam-jam lamanya bagi untuk berbelanja keperluan yang penting bagi mereka. Hanya butuh dua kata yang membuat mereka masuk ke dalam toko pakaian, new collections dan discount.
"Udah puas kalian?" tanya Tanisha kepada putri-putrinya. Mereka membawa banyak plastik belanjaan masing-masing.
"Udah, pulang aja, Ma," ucap Diana yang diangguki oleh Leana.
...
Tanisha turun lebih dulu dari mobil sembari membawa beberapa barang bawaan. Diikuti dengan Diana dan Leana. Namun sebelum masuk ke dalam rumah, Diana terpaku melihat mobil yang sangat familiar di matanya tengah terparkir sempurna di depan rumahnya itu.
"Kak, masuk gak?" tanya Leana yang bingung melihat Diana terdiam dengan wajah senyum-senyum sendiri.
"Ah? Masuk aja dulu gih," pinta Diana lalu berlari pelan ke arah mobil tersebut.
Leana yang masih penasaran, tetap berdiri di situ untuk melihat kelanjutannya. Seketika wajahnya tersenyum geli. "Ck, pasti pacarnya."
Leana mencoba melihat lelaki itu dari kaca depan mobil tersebut, tetapi karena langit sudah gelap, sulit baginya untuk melihat siapa yang mengemudikan mobil tersebut. Leana menghela napasnya sekilas. Kakinya sudah sangat pegal karena berjalan di mall selama berjam-jam, Leana memilih untuk masuk ke dalam.
TBC
Ini versi revisinya ya guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sister's EX ✔
RomanceLeana bersedia untuk dijodohkan dengan anak dari sahabat ayahnya itu. Tanpa tahu siapa lelaki tersebut. Wajahnya saja Leana belum pernah melihatnya. Tepat pada makan malam antar keluarga, Leana melihat calon suaminya itu, Gior. Namun, ia terkejut sa...