Happy reading
•••
Dengan wajah yang sedikit murung, Leana masuk ke dalam mobil Gior. Gior melajukan mobilnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Akhirnya mereka sampai di depan sebuah kafe. Gior menggenggam jemari Leana sesaat setelah turun dari mobil.
"Kamu mau pesen apa?" tanya Gior yang sedang melihat-lihat menu. Sementara Leana hanya diam tanpa membuka buku menu.
"Bebas." Gior terlihat bingung, namun akhirnya ia melihat satu kue kesukaan Leana.
"Ini satu dan ini satu ya," ucap Gior kepada si pelayan.
Gior mulai melipat tangannya di meja dengan pandangan yang tak lepas dari Leana. Merasa risih, Leana menatap Gior dengan kesal dan mengembungkan pipinya. Gior pun terkekeh.
"Tadi gimana lesnya?"
"Kamu mau ngomong apa?" tanya Leana tanpa basa basi.
"Udah bisa belajarnya?" Gior tak memedulikan pertanyaan Leana.
"Bisa langsung aja gak? Aku sibuk loh mau ulangan, sebenernya ada apa sih?" Raut wajah Gior seketika berubah.
"Aku gak boleh tanya tentang kamu? Kamu sama sekali gak bales telepon sama chat aku satupun loh Leana." Leana berusaha untuk tidak menatap Gior.
"Sekarang bilang sama aku, aku harus gimana?" sambung Gior dan menyenderkan tubuhnya ke belakang.
"Aku kan lagi marah sama kamu," ucap Leana tidak mau kalah. Gior menghela nafasnya dengan berat.
Inget Gior ini anak SMA, wajar.
"Ya udah aku minta maaf Leana, aku gak akan bikin kamu marah lagi." Leana tertegun mendengar permintaan maaf Gior.
"Emang kamu tau kamu salah apa?" tanya Leana dengan wajah polosnya.
"Emm.. gak tau sih." Gior meringis.
"Kamu mau tau salah kamu?! Salah kamu itu kamu gak tau salah kamu!" Leana berdiri dan berniat untu meninggalkan meja itu.
"Eh Leana tunggu dong, aku jadi bingung loh." Gior menahan lengan Leana.
Leana sedikit memberontak namun, seorang pelayan datang dan membawakan kue coklat kesukaan Leana. Ia menjadi bimbang untuk pergi atau memakan kue kesukaannya tersebut.
"Udah makan dulu sayang," rayu Gior dengan senyum tertahan. Leanapun duduk kembali dan memakan kue itu.
•••
"AKU KESEL PA, AKU MARAH!" Suara teriakan sampai di telinga Gior dan Leana yang baru saja sampai di rumah Leana. Mereka saling tatap dan segera masuk ke dalam.
"JANGAN KURANG AJA DIANA!" bentak Adam kepada Diana yang sedang menangis di ruang keluarga.
"Aku sayang sama Gior dan aku benci Leana!" jawab Diana lalu berlari masuk ke dalam kamar tanpa tahu bahwa Leana melihat semuanya.
Tanisha dengan lemas duduk di sofa bersamaan dengan Adam yang terlihat pusing menghadapi Diana.
"Mama, Papa," panggil Leana dan menghampiri kedua orangtuanya itu.
"Leana? Gior? Kalian sejak kapan sampai disana sayang?" jawab Tanisha dengan senyum yang ia paksakan agar Leana tidak tahu.
"Kak Diana kenapa Ma?" Tanisha pun kembali sedih saat tahu bahwa Leana mendengar Diana.
"Dia lagi marah aja Leana, kamu belum ganti baju? Sana mandi terus makan ya." Tanisha mencoba mengganti topik pembicaraan mereka.
Leana menundukkan kepalanya bersamaan dengan jatuhnya air mata miliknya. Gior yang mengetahui itu segera menarik Leana.
"Masuk kamar aja ya," bisik Gior. Tanisha pun menyadarinya dan memberi kode kepada Gior untuk mengantar Leana ke kamarnya.
Gior tetap menggenggam Leana sampai di kamarnya. Leana duduk di meja rias dengan tangan yang bertumpuh dan menutup wajahnya. Gior berdiri di belakang dirinya dan mendengar suara tangisan Leana yang semakin lama semakin kencang.
Ada rasa kesal kepada Diana di dalam dada Gior. Melihat Leana lagi-lagi menangis karena Diana. Ia membungkukkan tubuhnya dan memeluk Leana dari belakang.
"Udah ya udah," bisik Gior. Leana sesegukan namun tangisnya sudah berhenti.
"Kamu pulang gih," ucap Leana dengan suara yang masih serak. "Aku masih butuh waktu sendiri, maaf."
Gior menganggukan kepalanya lalu keluar dari kamar Leana dan segara pulang. Selama diperjalanan, Gior terus mencoba meredakan rasa kesal di dalam dirinya. Diana terus mengusik dirinya dan Leana tanpa lelah.
"Dasar brengsek!" umpat Gior.
•••
Sesampainya di rumah, Gior masuk dengan wajah datarnya.
"Nah itu Gior udah pulang," ucap Ranny saat melihat Gior memasuki rumah.
"Hai mas." Gior menolehkan kepalanya dengan cepat dan mendapatkan Livia yang sedang duduk bersama Ranny. Emosinya semakin meninggi melihat benalu lainnya berada di rumahnya.
"Ngapain lo disini?" tanya Gior dengan sinis.
"Ketemu mama Mas," jawab Livia dengan senyum lebarnya.
"Mas, Mas, emang gua ikan Mas?!" Dengan kesal, Gior meninggalkan Livia disana bersama Ranny.
"Biarinin aja Livia, mungkin Gior lagi ada masalah," ucap Ranny.
"Iya tante, ya udah aku duluan, oh iya aku ada titipan coklat buat Gior." Livia memberikan sebuah coklat berbentuk hati kepada Ranny.
"Ok nanti tante kasih, makasih ya Livia." Ranny melambaikan tangannya kepada Livia yang sedang berjalan pulang ke rumahnya yang tidak jauh dari rumah Gior.
•••
"Gior kamu ada titipan coklat tuh," celetuk Ranny saat Gior turun untuk makan malam.
"Dari siapa Ma?" Gior duduk dan mengambil beberapa lauk.
"Dari Livia." Gior membanting sendok dipiringnya.
"Jangan pernah terima apapun lagi Ma, buang aja itu," balas Gior membuat Ranny mengernyitkan dahinya.
"Kenapa emang?"
"Ya Mama bayangin dong kalo Leana tau gimana?" geram Gior.
"Ada apa Gi?" tanya Farrel yang baru saja turun.
"Tuh Mama terima-terima coklat dari cewe sebelah, kalo Leana tau gimana?"
"Ya udah Ran, besok-besok jangan diterima lagi."
"Iya deh iya ..." jawab Ranny dengan sesal.
TBC
Jangan lupa di vote ya! ❤
TERIMA KASIH
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sister's EX ✔
RomanceLeana bersedia untuk dijodohkan dengan anak dari sahabat ayahnya itu. Tanpa tahu siapa lelaki tersebut. Wajahnya saja Leana belum pernah melihatnya. Tepat pada makan malam antar keluarga, Leana melihat calon suaminya itu, Gior. Namun, ia terkejut sa...