33. Terungkap

1.6K 61 0
                                    

Gior, Leana dan Samuel berjalan masuk ke dalam rumah Samuel. Setelah memperbincangkan masalah kesalah-pahaman mereka, Samuel pun setuju untuk ikut pulang ke Jepang besok siang. Gior dan Leana membantu Samuel untuk mengemaskan barang miliknya. Samuel akan ikut menginap di hotel Gior dan Leana agar besok pagi lebih mudah untuk pergi bersama. Gior dan Leana memperhatikan isi rumah Samuel yang tertata dengan rapi.

"Duduk dulu aja," ucap Samuel. Gior dan Leana duduk di sofa mini namun sangat nyaman. Beberapa foto milik Samuel terpajang di dinding rumahnya. Samuel naik ke lantai atas untuk mengambil barang-barangnya.

"Aku gak nyangka Samuel bisa bikin rumahnya rapi banget," bisik Gior yang masih terpukau memandang isi rumah Samuel. Ia heran, bagaimana bisa seorang laki-laki dapat serapih ini?

"Iya hebat, ya," ucap Leana dan memasang senyum lebarnya. Gior mengernyitkan dahinya. Rasa cemburu pun muncul.

"Kamu bilang Samuel hebat?" tanya Gior dengan nada sebal. Leana menganggukan kepalanya tanpa merasa bersalah. "Biasa aja tuh, aku juga bisa rapi kayak dia."

"Iya aku tau kamu bisa lebih rapi dari dia," ucap Leana melembut dan menggenggam jemari Gior. Gior mengalihkan wajahnya dan tersenyum bangga.

"Ngapain lo senyum-senyum?" tanya Samuel yang tiba-tiba berada di depan Gior dengan koper di tangannya. Gior mengangkat kepalanya menatap Samuel geram.

"Bukan urusan lo," ucap Gior kesal dan menahan malu. "Udah kan?" tanya Gior tanpa menunggu jawaban Samuel, ia menarik lengan Leana keluar dari rumah Samuel. Samuel yang tidak tahu apa-apa, ia mengedikan bahunya dan ikut keluar lalu mengunci pintunya.

"Kamu laper gak babe ?" tanya Gior dan dibalas gelengkan kepala oleh Leana.

"Kak Sam laper gak?" tanya Leana tiba-tiba. Gior terkejut dan membulatkan matanya ke arah Leana.

"Enggak kok, Le," jawab Samuel dengan senyuman manisnya.

"Ngapain kamu tanyain dia? Aku yakin dia udah makan pasti, orang gendut begitu," ucap Gior sinis.

"Lo ngatain gua gendut?" balas Samuel dengan nada tinggi.

"Iya lo gendut," jawab Gior sembari menunjuk-nunjuk  tubuh Samuel. Padahal tubuh Samuel ini sangat atletis dan dapat membuat para wanita terpesona.

Samuel menatap Gior dengan pandangan yang sangat tajam, begitu pun Gior. Leana yang menyadari aura mereka berdua sudah tidak bersahabat, ia merangkul lengan Gior.

"Udah-udah jangan kesel gitu dong, yuk pulang, kita makan deket hotel aja ya," rayu Leana.

Gior menatap Leana lalu tersenyum. "Yuk." Samuel mengikuti Gior dan Leana.

Akhirnya mereka sampai di hotel terlebih dahulu sebelum mereka mencari makan di dekat hotel. Samuel menaruh semua barangnya di kamar sebelah kamar Gior dan Leana. Setelah itu mereka makan makanan khas Jepang, yaitu Ramen di dekat hotel mereka. Selama bersama Gior dan Leana, Samuel lebih banyak diam. Ia merasa risih dengan sikap Gior yang sangat amat berlebihan terhadap Leana. Gior bahkan mencuri kesempatan untuk mencium Leana. Walaupun Samuel sudah pernah merasakannya tetapi ia masih bisa menahan dirinya saat di tengah keramain seperti ini.

Selesai makan, Gior merangkul Leana berjalan di depan Samuel. Semakin melihat kemesraan mereka, semakin Samuel rindu dengan Diana. Mungkin jika waktu itu ia dapat lebih dewasa, ia tidak akan merasa kesepian dan menjadi nyamuk seperti ini.

"Jangan kaget ya kalo entar lo denger suara aneh-aneh dari kamar gua," bisik Gior saat ingin masuk ke dalam kamarnya sembari mengedipkan sebelah matanya. Samuel bergedik jijik melihat Gior menghampiri Leana di kamar dan menutup kamarnya. Ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

Samuel masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan dirinya di atas kasur. Melihat sekelilingnya dan kembali duduk di pinggiran tempat tidur. Ia membuka ponselnya dan melihat foto Diana yang masih ia pasang sebagai wallpaper.

Tiba-tiba ia mendengar suara erangan dan jeritan dari kamar Gior. Samuel yang tadinya sedang diam dan menatap foto Diana pun menjadi terkejut dan keluar dari kamarnya. Tetapi ia ingat ucapan Gior tadi.

Mungkin mereka lagi honeymoon dini.

Samuel dan masuk kembali ke kamarnya. Ia memasang earphone di telinganya dan tertidur.

"AH!" jerit Leana tiba-tiba membuat tubuh Gior terperanjat

"Kamu kenapa? Ada apa?" tanya Gior mendekat dengan panik. Leana menunjuk jemari kakinya,

"Kepentok ujung meja," ucap Leana dengan mata yang berkaca-kaca. Gior menghela nafasnya. Hal konyol yang dapat dirasakan semua orang.

"Ya ampun aku kira ada apa, sini-sini aku bantu." Gior memapah tubuh Leana ke tempat tidur.

"Sakit," erang Leana.

"Iya-iya, udah duduk sini." Gior menaruh tubuh Leana di kasur. Akhirnya setelah berbincang untuk beberapa saat, mereka pun terlelap dalam tidurnya.

Gior, Samuel dan Leana sudah siap di bandara dengan beberapa koper yang dibawah oleh Aldin. Samuel berjalan di belakang Gior dan Leana. Setelah masuk ke dalam pesawat, Leana yang duduk di samping jendela pesawat dan Gior di sebelahnya, ia memilih untuk tidur sampai tiba di Jakarta. Sementara Gior dan Samuel duduk bersebelahan dengan jarak yang dilewati penumpang lainnya. Setelah satu jam pesawat terbang dan mereka berdua masih dengan posisi yang sama dan tidak bicara sama sekali.

"Gi, gua mau tanya." Ucap Samuel tanpa menoleh ke arah Gior.

"Hm?" balas Gior yang tidak mengalihkan matanya dari laptopnya tersebut.

"Lo sebenernya ada gak sih rasa sedikit aja ke Diana?" Sontak Gior menoleh ke Samuel dengan berbagai pertanyaan dari wajahnya.

"Kenapa lo tanya gitu?" Gior masih mengerutkan keningnya.

"Gua mau tau aja, Diana kan suka sama lo dari lama banget, masa sedikit aja hati lo gak tergerak sama dia?" Samuel menatap Gior dengan penasaran.

"Diana yang bikin gua putus sama Jessy, pacar pertama gua sejak SMA, gimana gua bisa maafin dia dengan segala tingkah laku dia, dia yang bikin gua gak bisa hidup bebas di kampus, dan asal lo tau, Diana udah nyelakain pacar pertama gua cuma gara-gara dia cemburu sama Jessy, sekarang gua tanya sama lo, apa lo bisa maafin orang yang udah nyelakain bahkan membuat cita-cita orang yang lo sayang saat itu gak bisa terkabulkan lagi? Diana sengaja menyuruh orang menabrak Jessy sampai kaki Jessy udah gak bisa ngelakuin hal berat lagi, bahkan cita-cita dia menjadi seorang dancer pun sirna. Jessy orang yang paling gua sayang saat itu Sam, gua gak bisa liat dia nangis setiap malem, bolak-balik masuk rumah sakit karena maag akut dia yang muncul akibat mikirin tingkah Diana, pengen rasanya gua bales dendam sama Diana-" Tanpa sadar Gior menjatuhkan air matanya, ia menghapus air matanya dengan tawa hambarnya. Ia melanjutkan perucapannya lagi.

"Sayang, gua udah jatuh cinta duluan sama Leana, gua-" perucapan Gior terpotong oleh Samuel tiba-tiba.

"Jangan bilang lo mau balas dendam ke Diana lewat Leana," desis Samuel dengan tatapan yang tajam ke arah Gior. Gior memandang Samuel dengan diam setelah beberapa detik, ia menganggukan kepalanya.

"Anjing lo!" Samuel mengepal jemarinya dengan kencang, jika ia tidak berada di dalam pesawat sudah dipastikan wajah tampa Gior akan dihiasi darah dan luka.

"Itu awal doang Sam, sekarang gua udah gak mikirin buat bales dendam sama Diana lagi, gua udah sayang beneran sama Leana, gak mungkin gua mau sakitin dia, Sam tolong jangan bilang Leana atau Diana soal ini, gua gak mau ini diungkit lagi, tolong." Gior memohon ke arah Samuel. Samuel berfikir jika ia memberi tahu Leana dan Diana soal ini, mungkin akan membuat kedua perempuan tersebut tersedih-sedih.

"Fine," balas Samuel lalu mereka kembali ke dalam renungan masing-masing.

Tanpa mereka ketahui, Leana menjatuhkan air matanya dalam diam. Ia merasa sangat sakit mendengar pengakuan Gior. Seakan Gior masih menyayangi Jessy. Leana mencoba mengabaikan perucapan Gior dan meyakinkan dirinya bahwa Gior menyayanginya. Ia kembali ke alam mimpinya tersebut.

TBC

My Sister's EX ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang